Jika kemarin Cecil tak begitu mengenali sebenarnya apa yang dikerjakan oleh William, untuk apa dia dipanggil maestro, begitu masuk dalam kehidupan William, wanita itu seakan masuk ke sebuah kehidupan baru yang benar-benar berbeda dengan dunianya.Sejujurnya wanita itu tidak pernah berpikir kalau William bisa berlaku sopan padanya selama Cecil menjadi semacam asistennya karena sebenarnya dia adalah pria yang sangat sehat, sehingga tak perlu ada suster yang melayaninya. Kegiatan Cecil sekarang adalah semacam sekretaris William yang mengikuti kemana saja pria itu pergi.Awalnya keisengan pria itu yang selalu menggodanya sangat mengganggu Cecil, tapi setelah beberapa lama tinggal dan bekerja bersama pria itu, Cecil akhirnya terbiasa.Anehnya yang membuat Cecil tak biasa adalah ketika melihat interaksi William dengan Naftalie, sang pianis. Seperti saat ini Cecil memperhatikan mereka latihan bersama. Wanita itu tentu saja luar biasa cantik. Kulitnya putih pucat kencang sempurna, dengan ram
“Gimana perkembangan latihan kamu, apakah ada lagu baru lagi?” tanya Jacob sambil memandang istrinya yang sedang sibuk memotong daging steaknya. Sebenarnya kini keputusan akan makanan dan apa pun yang terjadi di rumah mulai bergeser dari Ed ke Naftalie. Jadi untuk makan malam kali ini steak daging merah dengan tumis sayuran dan kentang tumbuk adalah pilihan Naftalie, tapi mengapa sepertinya dia tetap kesulitan untuk memotong dagingnya sendiri? Akhirnya karena gemas melihat istrinya yang dari tadi tidak selesai juga potong daging steaknya, Jacob mengambil piringnya dan mulai memotong buat Naftalie. Wanita itu terkekeh atas ketidakmampuannya lalu mulai menyesap anggurnya. Jus anggur, karena entah kenapa kini Jacob sama sekali tak mau menyentuh alkohol.“Potong gini aja nggak bisa,” ujar Jacob sambil mendengus. Wanita di sampingnya akhirnya tertawa sambil bersandar padanya dengan manja. “Kan biar kamu yang motongin,” ucapnya manja sambil mengecup pipi suaminya. Pria itu mendengus men
Awalnya Naftalie hanya ingin memeluk dan mencium suaminya karena dia begitu bahagia sekaligus sedih karena belum bisa memberikan anak bagi suaminya. Namun, kenapa kini tiba-tiba mereka sudah berciuman dengan panas di sofa dekat buku-buku? Pria itu tak lagi melepaskan tubuh Naftalie dari pelukannya. Pria itu malah sekarang sibuk mencoba melepaskan kaitan di gaun Naftalie.Kalau tau akan seperti ini, Naftalie tak akan mengenakan gaun yang sulit dibuka. Wanita itu ikut membantu suaminya membuka kaitannya karena takut Jacob akan mengurungkan niatnya. Padahal setelah selesai bulanannya, Naftalie merasakan gairah dalam tubuhnya sangat membara.Namun kaitan baju Naftalie, malah semakin terikat. Jacob melepaskan tangannya dari gaun Naftalie, dan wanita itu merasakan hatinya merosot ke dasar perut.Dengan cepat Naftalie mencoba melepaskan lilitan kaitan yang membuat bajunya tak bisa dibuka oleh suaminya. Namun karena tak sabaran, tangannya jadi berkeringat dan licin. “Haish baju ini!” maki
Walau di dalam kepalanya ada suara yang menyuruhnya berhenti, tapi hatinya terus membuat Jacob melaju. Hanya Naftalie yang berhasil membuat Jacob kehilangan akal sehatnya. Selalu begitu.“Oh Nat, punyamu hangat sekali,” erang Jacob meracau sambil mengusap rambut Naftalie. Wanita itu terengah- engah kembali di bawahnya.Wanita itu memeluknya dengan erat sambil menatap Jacob dengan bola mata hijaunya yang besar. Wanita itu lalu menggeliat saat Jacob memasukinya lagi.“Ooh …” Wanita itu terisak dengan sangat sensual. Napas, desahan, dan erangannya yang sangat seksi membuat Jacob tak bisa menahan gairahnya lagi.“Ooh … aku nggak tahan … aku … aku,—” Pria itu tak lagi bisa menyelesaikan ucapannya karena dirinya akan segera meledak. Jacob mempercepat gerakan bokongnya sehingga memenuhi istrinya sepenuhnya.Pekikkan dan jeritan Naftalie bagaikan kicauan burung yang merdu, Jacob merasa melayang saat akhirnya dia melepaskan seluruh benihnya di dalam rahim Naftalie.“Aaakh … aaah! Ooh Nat … o
Biasanya pria itu sangat cerewet setelah bertemu dengan Naftalie. Mereka juga terlihat masih terus bercanda saat William mengantar wanita itu ke mobilnya. Tapi, kenapa sekarang pria itu malah hanya diam saja dan memandang ke jendela mobilnya. “Apa dia sakit?” tanya Cecil dengan sedikit khawatir. Wanita itu tanpa sadar terus melirik ke arah William. “Kenapa kamu liat aku terus?” tanya pria itu dengan tatapan geli yang membuat Cecil segera mengalihkan pandangannya dengan panik. “Nggak, ish ngapain aku liatin kamu,” elak Cecil jelas berbohong karena tadi mereka sempat saling beradu pandang sesaat. “Gimana jarimu?” tanya Willam tiba-tiba meraih tangan Cecil lagi lalu melihatnya dengan teliti. Jemari itu terasa sangat lembut dan lembab, sehingga William mengelusnya dengan penuh perasaan.“Apaan sih?” tanya Cecil sambil mencoba menarik tangannya. Tapi tangan pemain biola itu bisa mencengkram tangan Cecil dengan kencang sehingga wanita itu tak bisa menariknya.“Lepasin aaah!” erang Cecil
Merasa kesedihan di dalam kalimat William, entah kenapa Cecil merasa berkewajiban untuk menghibur pria itu. Tapi setelah melihat wajahnya ada rasa sesak yang membuat Cecil mencari alasan untuk sibuk. Dia menunduk dan mencoba mencari botol air sehingga pria itu tidak dehidrasi. Dia menunduk untuk meraih tasnya yang ada di lantai mobil. Namun tiba-tiba mobil berhenti tiba-tiba sehingga kepalanya terantuk. Tak terlalu keras, Cecil sudah pernah terantuk yang lebih kencang dari itu. Tapi wajah William yang khawatir akan keadaannya tak akan pernah bisa Cecil lupakan. Pria itu memotong jalan untuk segera menepikan mobilnya tanpa mempedulikan bunyi klakson dan makian dari para pengendara mobil yang lain. “Kamu nggak apa-apa kan?” tanya pria itu dengan wajah pucat. Bola mata biru tuanya menatap Cecil dengan sangat khawatir sehingga lagi- lagi membuat hati Cecil kembali bergetar. Tak pernah ada yang peduli padanya, ini baru, dan Cecil tak mengerti bagaimana harus menanggapi perhatian sepert
Ketika yakin Naftalie sudah tertidur, jacob segera turun dari sofa dan mengenakan pakaiannya lagi. Dia baru saja hendak berjalan keluar dari perpustakaan itu sebelum menyadari kalau istrinya terbaring dengan polosnya di atas sofa. Pria itu segera memutar otak dan mencari sesuatu untuk menutup tubuh molek istrinya. Tapi hanya ada buku dan laptopnya yang ada di ruangan itu. “Haish!” erang Jacob kesal pada dirinya sendiri saat mengambil blus Naftalie yang dia robek tadi. Akhirnya pria itu menuju pintu dan tak terkejut melihat Ed sudah menunggu di situ.“Selimut, dan satu stel baju baru buat nyonya,” ucapnya lalu segera menutup pintu lagi ketika Ed menunduk dan pergi tanpa bertanya. Pria itu kembali datang dan memberikan apa yang Jacob pinta lalu Jacob segera kembali mendekati istrinya dan segera terpesona dengan kecantikan wanita itu.Rambutnya yang merah mengelilingi kepalanya, bulu matanya lentik dengan hidung yang mancung dan bibir merah mempesona, Jacob tak pernah bosan mengagumi
Tak pernah terbayang dalam benak Naftalie kalau akan melihat Jacob ada di dalam dapur kastil. Terlebih dia duduk dan semacam bercanda dengan para karyawannya.“Nat, kamu lebih suka jeruk atau apel?” tanya Jacob ketika wanita itu sampai di sebelahnya.“Hah?” tanya Naftalie dengan bingung karena pertanyaan Jacob yang random.“Jeruk sama apel suka mana?” tanya Jacob mengulangi pertanyaannya seperti tidak sabar. “Apel?” jawab Naftalie dengan bingung sambil duduk di samping suaminya. “Nah kan apa aku bilang, dia itu sukanya apel!” ujar Jacob dengan penuh kemenangan. “Tapi kalau minum sering sekali mintanya jus jeruk,” ujar sang pelayan muda bersikeras. “Oh … aku takut aku kurang vitamin, jadi aku minta jus jeruk.” Wanita itu menjawab dengan wajah masih bingung. Jacob mendengus geli.“Lah, kenapa kamu nggak pilih jus apel aja sekalian?” tanya Jacob dengan heran. “Nggak enak, enakkan jus jeruk,” jawab Naftalie dengan jujur yang membuat sang pelayan muda memekik senang. “Nah kan, Nyonya
Walau semuanya sudah jelas, mereka sudah bebas kembali ke rumah kastilnya, tetapi entah kenapa Jacob lebih senang berada di rumah kecil ini dengan Naftalie. Rumah itu lebih nyaman dan hangat, mungkin karena keberadaan Naftalie yang selalu mengantarnya pergi kerja, atau menyambutnya ketika dia pulang.Tentu saja dia sudah menyuruh Ed untuk membuat paviliun terpisah sendiri untuk Isabel karena kamar yang mereka gunakan sekarang hendak Jacob gunakan sebagai kamar bayinya. Paviliun itu sudah berdiri di bagian belakang rumah dekat kolam renang. Karena, walau kata Jacob rumah itu rumah yang mungil, tetap ada tanah dibelakang untuk paviliun studio, lalu ada taman bunga beserta pergolanya, dan tentu saja kandang kuda. Naftalie sempat mengejeknya tentang kandang kuda itu, tak ada rumah mungil yang memiliki kandang kuda. Tapi, bagi Jacob, rumah yang tak memiliki 16 kamar termasuk kecil. Mereka dapat dikatakan sungguh berbahagia sekarang karena Victoria akhirnya mati kutu karena semua yang di
Sejujurnya grafolog itu sudah mendapatkan hasil pada hari surat itu diserahkan kepadanya. Namun karena itu adalah surat terakhir dari mendiang Jason Owen wanita itu mengulang- ulang pemeriksaannya berkali -kali.Bahkan saat dia sudah mau menyerahkannya kepada asisten dari Jacob Owen, pria itu tetap malah menyuruhnya untuk sekali lagi memeriksa ulang hasilnya agar benar-benar teliti.Kali ini wanita itu duduk dengan gugup sama menunggu dari billionaire itu keluar dari kamar. Karena hasil dari pemeriksaannya sungguh buruk dan bahkan bisa menjadi bukti sebagai pembunuhan berencana. Dengan masih berperban walaupun tipis, asisten dari Jacob Owen menyuruh grafolog itu duduk. Wanita itu terkesiap saat melihat Jacob dan istrinya keluar. Mereka bagaikan model di majalah yang keluar dalam dunia nyata. “Jadi bagaimana hasilnya? Apakah ini asli tulisan Jason?” tanya Jacob sambil duduk di sofa. Pria itu menatap grafolog dengan tatapan tajam sehingga wanita itu merasa sedang diinterogasi.“Oh … “
Naftalie merasa sangat lelah, akhirnya hari- hari selama perang dingin dengan Jacob berakhir. Pria itu kemungkinan akan kembali ke kastilnya, sedangkan Nat sendiri akan kembali tinggal di rumah ini. Selama Ed dan Isabel di rumah sakit, Jacob tidur di kamar Isabel, sedangkan dirinya tidur di kamarnya sendiri. Pria itu kembali ke kebiasaan lamanya. Perlakukan Naftalie bagai mereka hanyalah teman sekamar yang tidak terlalu akrab.Anehnya pria itu tetap keluar saat jam makan malam, dan mereka makan malam dalam keheningan yang menyakitkan hati Naftalie. Bagaimana bisa, mereka yang dulu begitu akrab, kini begitu jauh padahal mereka tidur bersebelahan kamar?Tapi semua itu akan segera berakhir. Karena Ed dan Isabel sudah pulang, Jacob juga akan segera kembali ke rumahnya. Naftalie akan terbebas dari segala perasaannya yang tak menentu.Wanita itu sangat marah, karena lagi- lagi suaminya tak percaya padanya. Naftalie pikir setelah kasus kehamilannya, Jacob akan mempercayai Nat sepenuhnya..
“Jake …” Naftalie memandang wajah suaminya yang mengeras. “Aku … nggak nyangka!” desah pria itu sambil tak mengalihkan pandangannya dari kertas di tangan.“Apa … apa itu?” tanya Naftalie dengan suara bergetar.“Tangkap dia!” ujar Jacob memberikan perintah kepada para detektif. Victoria tersenyum senang karena pada akhirnya Jacob kembali ke dalam genggamannya. Polisi dengan heran mendekati wanita cantik berambut merah itu. Tapi Jacob segera menggeram dengan mengerikan.“Ibuku lah! Dia tetap pembunuh pria tadi!” geram Jacob dengan suara mengerikan.Para detektif itu, walau sedikit kesal karena kena bentakan Jacob, tetap mengerjakan apa yang pria itu perintahkan.Victoria yang merasa tadi di atas awan kini segera terjun bebas karena tangannya tiba-tiba dipegang oleh kepala detektif itu untuk ditahan. Minta itu kembali menggeliat seperti belut mencoba melepaskan diri. “Lepasin nggak!” jerit wanita itu dengan sekuat tenaga. Wanita itu menendang ke segala arah sambil menjerit- jerit sepe
Dengan napas memburu Jacob segera kembali ke rumah sakit di mana Ed dan Isabel dirawat. Namun yang lebih penting istrinya, jangan sampai Naftalie kenapa- kenapa karena perbuatan ibu tirinya itu. Tapi Jacob tak menyesal pergi, karena dia berhasil menemukan bukti di mobil dan kini dia tinggal menyeret wanita tua tak tahu diri itu ke penjara dan memastikan wanita itu tinggal di sana!Langkah kakinya bergaung di lorong rumah sakit dengan masih tetap diikuti para detektif di belakangnya. Begitu pintu lift terbuka tadi, Jacob bisa mendengar jeritan ibu tirinya bergaung di lorong rumah sakit. Seharusnya pihak keamanan sudah menyumpal mulutnya dengan kaus kaki, kalau Jacob ada di situ. Suaranya yang melengking membuat Jacob malu. Bagaimanapun dia tetap pemilik saham dari rumah sakit itu. Pandangan para perawat dan dokter yang segera pura- pura mengalihkan perhatian dari suara Victoria benar- benar memalukan. Tapi mungkin karena Jacob pemilik saham rumah sakit ini juga yang membuat Victoria
Dengan geram pria berwajah tampan itu segera menuju ke tempat di mana ibu tirinya berada. Wanita itu memang benar-benar sudah keterlaluan dia tidak bisa lagi didiamkan. Check up akan memastikan wanita itu masuk ke dalam penjara karena semua perbuatannya ini. Sudah ada beberapa dokumen dan data -data yang dia kumpulkan untuk memastikan wanita itu bisa dipidanakan, tapi yang ini benar -benar akan langsung menyeret wanita itu ke penjara.“Benar ini adalah mobilnya!” ujar salah satu petugas yang mengikuti Jacob setelah mereka sampai ke kastil tua Owen yang ditinggali oleh mama tiri dan papanya saat pria itu masih hidup. Jacob mendengus dengan jijik begitu melihat pergola di taman sudah menghilang. Pergola itu adalah hadiah dari papanya Jacob untuk mama kandung Jacob. Sejak kedatangan ibu tirinya, wanita itu tidak pernah menyukai pergola di taman itu, karena mengingatkan ayahnya Jacob kepada mendiang istrinya. Pada akhirnya Victoria sudah berhasil menghancurkan semua pergola itu dan mem
Hari itu adalah hari pertama kali Isabel keluar dari panti asuhan, beberapa bulan yang lalu pekerjaannya di kafe akhirnya berakhir karena atasannya memutuskan akan mengakhiri kontrak kerja sebelum selesai jangka waktu kontrak Isabel berakhir. Semua karena Isabel menolak ciumannya kemarin. Isabel bersyukur bisa menghindar pria kurus yang sudah beristri itu dari awal memang sudah seringkali menyentuh Isabel di daerah -daerah yang berbahaya. Tapi akibatnya, Isabel kini sudah habis waktunya tinggal di panti asuhan, dan juga tak punya uang untuk menyewa kosan untuk dia tinggali. Untung saja ibu panti asuhan berhasil membujuk seseorang untuk membawa Isabel untuk menjadi pelayan di sebuah rumah orang kaya.Pagi- pagi benar Isabel di bawa ke sebuah bukan rumah melainkan kastil. Dikatakan kalau mereka memang mencari gadis- gadis polos untuk dijadikan pelayan. Sebenarnya agak konyol permintaannya, gadis harus polos, tapi harus sudah berpengalaman. Tapi untungnya Isabel tetap boleh datang, k
Jacob mendengar penjelasan Ed dengan seksama. Ada saat dia rasanya ingin mencekik asistennya itu. Pria itu tak tahu diri, setelah berbagai hal yang Jacob lakukan untuknya, bisa- bisanya Ed melakukan semua hal menjijikkan itu padanya. Seharusnya dia membunuh Ed saat ini juga. Tapi entah kenapa penjelasan yang Ed katakan padanya seakan mengingatkan Jacob akan semua kesalahannya dulu pada Naftalie. Mungkin dia juga memperlakukan Ed seenaknya seperti dulu dia memperlakukan Naftalie. Bukan … bukan kemungkinan, ini bahkan suatu kepastian. Melihat wajah Ed menceritakan sakit hatinya, Jacob merasa seperti ditampar sekarang. Dia memang keterlaluan. Dia kini heran kenapa Ed bisa berbalik dan mengakui ini semua, padahal dengan semua yang dia miliki, dia bisa saja bersama Victoria untuk menghancurkan Jacob sepenuhnya.“Lalu … kenapa kamu mengakui ini semua sekarang?” tanya Jacob dengan sangsi. Pria itu kembali mencurigai Ed hanya berlakon dan ada skema lain lagi di belakang ini.“Karena Isabel.”
“Dokumen apa Ed?” tanya Jacob mengabaikan perawat yang datang dengan wajah khawatir.“Semua dokumen yang tuan terima … itu sudah direkayasa oleh nyonya Victoria.” Jawaban yang diberikan Ed mulai masuk akal di pikiran Jacob.“Dimanipulasi … jadi …” Jacob merasakan dirinya bodoh sekali bisa diperdaya oleh nenek sihir itu.“Maaf … tapi saya harus memastikan, mengenai pembayaran …” perawat yang masuk ke kamar Ed kembali memotong pembicaraan mereka.“Pembayaran apa sih,” tanya Jacob dengan kesal karena perawat itu berani- beraninya menyalahkan pertanyaannya yang penting.“Ada seorang wanita mudah ditemukan di seorang rumah sakit yang diserang seakan mau dirampok, mengaku ada hubungan dengan bapak Ed,” ucap perawat itu segera menjelaskan dengan takut-takut. Hati Ed segera mencelos begitu mendengar kata wanita muda. Pria itu segera menyesal memberikan dokumen penting itu kepada Isabel.Tadi dia pikir hanya dia yang akan diserang, tapi ternyata sampai semua yang berhubungan dengan dirinya ju