Ketika yakin Naftalie sudah tertidur, jacob segera turun dari sofa dan mengenakan pakaiannya lagi. Dia baru saja hendak berjalan keluar dari perpustakaan itu sebelum menyadari kalau istrinya terbaring dengan polosnya di atas sofa. Pria itu segera memutar otak dan mencari sesuatu untuk menutup tubuh molek istrinya. Tapi hanya ada buku dan laptopnya yang ada di ruangan itu. “Haish!” erang Jacob kesal pada dirinya sendiri saat mengambil blus Naftalie yang dia robek tadi. Akhirnya pria itu menuju pintu dan tak terkejut melihat Ed sudah menunggu di situ.“Selimut, dan satu stel baju baru buat nyonya,” ucapnya lalu segera menutup pintu lagi ketika Ed menunduk dan pergi tanpa bertanya. Pria itu kembali datang dan memberikan apa yang Jacob pinta lalu Jacob segera kembali mendekati istrinya dan segera terpesona dengan kecantikan wanita itu.Rambutnya yang merah mengelilingi kepalanya, bulu matanya lentik dengan hidung yang mancung dan bibir merah mempesona, Jacob tak pernah bosan mengagumi
Tak pernah terbayang dalam benak Naftalie kalau akan melihat Jacob ada di dalam dapur kastil. Terlebih dia duduk dan semacam bercanda dengan para karyawannya.“Nat, kamu lebih suka jeruk atau apel?” tanya Jacob ketika wanita itu sampai di sebelahnya.“Hah?” tanya Naftalie dengan bingung karena pertanyaan Jacob yang random.“Jeruk sama apel suka mana?” tanya Jacob mengulangi pertanyaannya seperti tidak sabar. “Apel?” jawab Naftalie dengan bingung sambil duduk di samping suaminya. “Nah kan apa aku bilang, dia itu sukanya apel!” ujar Jacob dengan penuh kemenangan. “Tapi kalau minum sering sekali mintanya jus jeruk,” ujar sang pelayan muda bersikeras. “Oh … aku takut aku kurang vitamin, jadi aku minta jus jeruk.” Wanita itu menjawab dengan wajah masih bingung. Jacob mendengus geli.“Lah, kenapa kamu nggak pilih jus apel aja sekalian?” tanya Jacob dengan heran. “Nggak enak, enakkan jus jeruk,” jawab Naftalie dengan jujur yang membuat sang pelayan muda memekik senang. “Nah kan, Nyonya
Setelah ciuman yang aneh itu, Cecil benar-benar menghindari William. Dia ada hanya jika William benar-benar meminta wanita itu ikut. Keadaan menjadi canggung di antara mereka.William sendiri bingung dengan perasaannya. Waktu itu rasanya sungguh tepat untuk melakukan itu. Tapi saat ini kenapa rasanya itu begitu gila sekarang?Bukannya dia mencintai Naftalie, dengan sepenuh hatinya dan sepenuh perasaannya? Kenapa bisa tiba-tiba dia melakukan itu pada Cecilia? Bukannya dia hanya iseng menggoda wanita itu?Tapi menggoda dalam bibir saja, dalam kata-kata, kenapa kemarin dia malah menempelkan bibirnya pada bibir Cecilia.Bukannya dia keberatan … ciuman kemarin itu rasanya luar biasa. William seakan berada di dunia lain, hanya ada dia dan Cecil yang sedang memadu lidah. Apalagi setelah itu, Cecil keluar dan membelanya habis-habisan di depan polisi. Cara wanita itu membelanya membuat hati William anehnya menjadi bergetar. Tapi itu sudah beberapa minggu yang lalu, kini wanita itu bersikap
Sebenarnya yang dia lihat itu wajar adanya. Pria itu bahkan sudah mengakui padanya kalau memang dia mencintai sahabatnya itu, tapi mengapa begitu melihatnya langsung dengan bola mata kepalanya sendiri, Cecil merasakan sakit yang teramat pilu di hatinya. Seharusnya dari awal dia sama sekali tak usah memeriksa mereka. Namun tadi dia seperti merasakan dalam hatinya, kalau pria itu mencarinya. William mencarinya, cih buat apa? Sudah ada Naftalie di sana? Buat apa lagi ada Cecil? Cinta pertama dan terakhirnya ada di hadapan William sehingga sudah pasti pria itu tak akan ingat lagi pada Cecil.Wanita itu segera menutup pintu ruangan latihan sambil menghela napas panjang. Tenang dia harus bisa tenang. Seperti yang dia katakan pada dirinya berulang kali. Kalau kemarin itu kesalahan. Ciuman itu hanya karena mereka sama -sama dipacu emosi sesaat yang tidak jelas, karena dalam rangka apa William menciumnya seperti itu?Setelah ciuman itu, Cecil segera menjauhi pria itu sebisa mungkin, karena se
Cecil awalnya berusaha untuk santai dan tak memikirkan apa yang terjadi di dalam. Setelah beberapa lama duduk di luar sambil memandangi langit, wanita itu masih merasa resah dan gelisah. Walau dia berusaha untuk melupakan apa yang dia lihat tadi, tetap saja benaknya membawa Cecil ke bayangan William bersama Naftalie. Tuannya itu jelas mencintai sahabatnya, tidak ada masalah kalau sahabatnya itu sudah punya suami adalah masalah yang lain lagi. “Ya kan? Aku nggak usah ikut campur kan?” pikir Cecil dalam hati. Tapi lama kelamaan pikiran gilanya mulai merajalela, dalam bayangannya William melakukan hal gila, mencium Naftalie seperti pria itu lakukan padanya dan hal itu membuatnya tiba-tiba berdiri dengan cemburu dan berjalan cepat masuk untuk mencegah hal buruk terjadi antara kedua orang itu. Tapi, saat dia masuk malah berbeda, William terlihat terpukul sedangkan Naftalie terlihat amat berbahagia, apa yang terjadi? Wajah wanita berambut merah itu malah berbinar-binar, sangat cantik s
Naftalie memperhatikan sahabatnya yang sedang berlagak keren memotong croissantnya dengan gaya elegan. sejak kapan William makan croissant dengan menggunakan pisau dan garpu? Dan juga, sejak kapan dia makan croissant sampai selama itu? Naftalie mendengus melihat kelakuan sahabatnya itu.“Dah digigit aja, ribet banget sih!” omel Naftalie dengan gemas melihat sahabatnya sibuk memotong roti.“Huh?” Pria itu mendongak dan Naftalie mendengus geli.“Kamu tu sejak kapan makan Croissant pake pisau segala? Biasanya juga langsung hap?” desis Naftalie sambil memicingkan matanya.“Aku nggak gitu!” jawab William segera membela diri sambil menatap ke arah Cecil dengan malu-malu. Naftalie tertawa mengejek“Cih … mana ada, aku selalu makan pake pisau,” desis pria itu lagi dengan kesal.“Will, aku kenal kamu dah lebih lama daripada umur kafe ini, jadi nggak usah ngomong deh,” ejek Naftalie sambil tertawa lagi lalu melihat ke arah Cecil.“Dia … selama ini makan Croissant pakai pisau?” tanya Naftalie sa
Sebagai wanita cantik, Cecil sudah sering kali mendapatkan perlakuan seperti yang pelayan ini lakukan. Cecil memiliki berbagai cara untuk menanggapinya. Dia bisa sering berlagak bodoh, dan banyak bertanya dengan bergaya tidak tahu semua sehingga lawan bicaranya akan memberitahukan cara dan segala informasi yang Cecil ingin tahu dengan hanya berpura-pura bodoh. Cecil juga bisa berlagak manja, dan tertarik dengan lawan bicaranya, yang biasanya pria-pria hidung belang yang langsung menggodanya mau melakukan apapun yang dia pinta. Namun, hari ini karena dia sedang kesal, jadi dia tak melakukan kedua itu. Dia hanya butuh air mineral permintaan William sehingga dia bisa kembali ke mobil dan menangisi dirinya sendiri yang begitu konyol tadi. “Kenapa juga aku bertanya seperti itu tadi?” erangnya dengan penuh penyesalan sambil berjalan kembali ke arah meja William dan Naftalie. “Buat apa aku tanya yang sudah tau jelas jawabannya apa,” ucapnya lagi dalam hati. Namun, tiba- tiba saja, pelayan
Melihat bagaimana William yang keras kepala tiba-tiba menurut dengan Cecil membuat Naftalie kembali tersenyum. Menurut pengamatan Naftalie tadi, William memang minum cukup banyak tadi. Pasti pria itu akan cukup menyulitkan Cecil. Tapi entah kenapa, Naftalie yakin, kalau wanita muda berambut pirang itu dapat mengurus William dengan baik.Naftalie menghela napas panjang dan segera menuju rumah karena tak ada lagi yang dapat dia lakukan lagi. Hari ini William katanya pulang ke rumah setelah beberapa hari keluar negeri.Bukan karena iseng, Naftalie mencoba untuk merahasiakan kehamilannya dari Jacob. Tapi, karena mereka sudah menunggu lama untuk mendapatkan anak ini, juga karena untuk menutup mulut mama Victoria yang tiap hari meneror Naftalie dan Jacob untuk menanyakan kehamilannya.Namun, merahasiakan kehamilan ternyata bukan hal yang mudah, Cecil dan William segera tahu dia sedang hamil. Bagaimana caranya menutupi kehamilan ini dari Jacob yang seharusnya lebih mengenal dirinya daripada
Walau semuanya sudah jelas, mereka sudah bebas kembali ke rumah kastilnya, tetapi entah kenapa Jacob lebih senang berada di rumah kecil ini dengan Naftalie. Rumah itu lebih nyaman dan hangat, mungkin karena keberadaan Naftalie yang selalu mengantarnya pergi kerja, atau menyambutnya ketika dia pulang.Tentu saja dia sudah menyuruh Ed untuk membuat paviliun terpisah sendiri untuk Isabel karena kamar yang mereka gunakan sekarang hendak Jacob gunakan sebagai kamar bayinya. Paviliun itu sudah berdiri di bagian belakang rumah dekat kolam renang. Karena, walau kata Jacob rumah itu rumah yang mungil, tetap ada tanah dibelakang untuk paviliun studio, lalu ada taman bunga beserta pergolanya, dan tentu saja kandang kuda. Naftalie sempat mengejeknya tentang kandang kuda itu, tak ada rumah mungil yang memiliki kandang kuda. Tapi, bagi Jacob, rumah yang tak memiliki 16 kamar termasuk kecil. Mereka dapat dikatakan sungguh berbahagia sekarang karena Victoria akhirnya mati kutu karena semua yang di
Sejujurnya grafolog itu sudah mendapatkan hasil pada hari surat itu diserahkan kepadanya. Namun karena itu adalah surat terakhir dari mendiang Jason Owen wanita itu mengulang- ulang pemeriksaannya berkali -kali.Bahkan saat dia sudah mau menyerahkannya kepada asisten dari Jacob Owen, pria itu tetap malah menyuruhnya untuk sekali lagi memeriksa ulang hasilnya agar benar-benar teliti.Kali ini wanita itu duduk dengan gugup sama menunggu dari billionaire itu keluar dari kamar. Karena hasil dari pemeriksaannya sungguh buruk dan bahkan bisa menjadi bukti sebagai pembunuhan berencana. Dengan masih berperban walaupun tipis, asisten dari Jacob Owen menyuruh grafolog itu duduk. Wanita itu terkesiap saat melihat Jacob dan istrinya keluar. Mereka bagaikan model di majalah yang keluar dalam dunia nyata. “Jadi bagaimana hasilnya? Apakah ini asli tulisan Jason?” tanya Jacob sambil duduk di sofa. Pria itu menatap grafolog dengan tatapan tajam sehingga wanita itu merasa sedang diinterogasi.“Oh … “
Naftalie merasa sangat lelah, akhirnya hari- hari selama perang dingin dengan Jacob berakhir. Pria itu kemungkinan akan kembali ke kastilnya, sedangkan Nat sendiri akan kembali tinggal di rumah ini. Selama Ed dan Isabel di rumah sakit, Jacob tidur di kamar Isabel, sedangkan dirinya tidur di kamarnya sendiri. Pria itu kembali ke kebiasaan lamanya. Perlakukan Naftalie bagai mereka hanyalah teman sekamar yang tidak terlalu akrab.Anehnya pria itu tetap keluar saat jam makan malam, dan mereka makan malam dalam keheningan yang menyakitkan hati Naftalie. Bagaimana bisa, mereka yang dulu begitu akrab, kini begitu jauh padahal mereka tidur bersebelahan kamar?Tapi semua itu akan segera berakhir. Karena Ed dan Isabel sudah pulang, Jacob juga akan segera kembali ke rumahnya. Naftalie akan terbebas dari segala perasaannya yang tak menentu.Wanita itu sangat marah, karena lagi- lagi suaminya tak percaya padanya. Naftalie pikir setelah kasus kehamilannya, Jacob akan mempercayai Nat sepenuhnya..
“Jake …” Naftalie memandang wajah suaminya yang mengeras. “Aku … nggak nyangka!” desah pria itu sambil tak mengalihkan pandangannya dari kertas di tangan.“Apa … apa itu?” tanya Naftalie dengan suara bergetar.“Tangkap dia!” ujar Jacob memberikan perintah kepada para detektif. Victoria tersenyum senang karena pada akhirnya Jacob kembali ke dalam genggamannya. Polisi dengan heran mendekati wanita cantik berambut merah itu. Tapi Jacob segera menggeram dengan mengerikan.“Ibuku lah! Dia tetap pembunuh pria tadi!” geram Jacob dengan suara mengerikan.Para detektif itu, walau sedikit kesal karena kena bentakan Jacob, tetap mengerjakan apa yang pria itu perintahkan.Victoria yang merasa tadi di atas awan kini segera terjun bebas karena tangannya tiba-tiba dipegang oleh kepala detektif itu untuk ditahan. Minta itu kembali menggeliat seperti belut mencoba melepaskan diri. “Lepasin nggak!” jerit wanita itu dengan sekuat tenaga. Wanita itu menendang ke segala arah sambil menjerit- jerit sepe
Dengan napas memburu Jacob segera kembali ke rumah sakit di mana Ed dan Isabel dirawat. Namun yang lebih penting istrinya, jangan sampai Naftalie kenapa- kenapa karena perbuatan ibu tirinya itu. Tapi Jacob tak menyesal pergi, karena dia berhasil menemukan bukti di mobil dan kini dia tinggal menyeret wanita tua tak tahu diri itu ke penjara dan memastikan wanita itu tinggal di sana!Langkah kakinya bergaung di lorong rumah sakit dengan masih tetap diikuti para detektif di belakangnya. Begitu pintu lift terbuka tadi, Jacob bisa mendengar jeritan ibu tirinya bergaung di lorong rumah sakit. Seharusnya pihak keamanan sudah menyumpal mulutnya dengan kaus kaki, kalau Jacob ada di situ. Suaranya yang melengking membuat Jacob malu. Bagaimanapun dia tetap pemilik saham dari rumah sakit itu. Pandangan para perawat dan dokter yang segera pura- pura mengalihkan perhatian dari suara Victoria benar- benar memalukan. Tapi mungkin karena Jacob pemilik saham rumah sakit ini juga yang membuat Victoria
Dengan geram pria berwajah tampan itu segera menuju ke tempat di mana ibu tirinya berada. Wanita itu memang benar-benar sudah keterlaluan dia tidak bisa lagi didiamkan. Check up akan memastikan wanita itu masuk ke dalam penjara karena semua perbuatannya ini. Sudah ada beberapa dokumen dan data -data yang dia kumpulkan untuk memastikan wanita itu bisa dipidanakan, tapi yang ini benar -benar akan langsung menyeret wanita itu ke penjara.“Benar ini adalah mobilnya!” ujar salah satu petugas yang mengikuti Jacob setelah mereka sampai ke kastil tua Owen yang ditinggali oleh mama tiri dan papanya saat pria itu masih hidup. Jacob mendengus dengan jijik begitu melihat pergola di taman sudah menghilang. Pergola itu adalah hadiah dari papanya Jacob untuk mama kandung Jacob. Sejak kedatangan ibu tirinya, wanita itu tidak pernah menyukai pergola di taman itu, karena mengingatkan ayahnya Jacob kepada mendiang istrinya. Pada akhirnya Victoria sudah berhasil menghancurkan semua pergola itu dan mem
Hari itu adalah hari pertama kali Isabel keluar dari panti asuhan, beberapa bulan yang lalu pekerjaannya di kafe akhirnya berakhir karena atasannya memutuskan akan mengakhiri kontrak kerja sebelum selesai jangka waktu kontrak Isabel berakhir. Semua karena Isabel menolak ciumannya kemarin. Isabel bersyukur bisa menghindar pria kurus yang sudah beristri itu dari awal memang sudah seringkali menyentuh Isabel di daerah -daerah yang berbahaya. Tapi akibatnya, Isabel kini sudah habis waktunya tinggal di panti asuhan, dan juga tak punya uang untuk menyewa kosan untuk dia tinggali. Untung saja ibu panti asuhan berhasil membujuk seseorang untuk membawa Isabel untuk menjadi pelayan di sebuah rumah orang kaya.Pagi- pagi benar Isabel di bawa ke sebuah bukan rumah melainkan kastil. Dikatakan kalau mereka memang mencari gadis- gadis polos untuk dijadikan pelayan. Sebenarnya agak konyol permintaannya, gadis harus polos, tapi harus sudah berpengalaman. Tapi untungnya Isabel tetap boleh datang, k
Jacob mendengar penjelasan Ed dengan seksama. Ada saat dia rasanya ingin mencekik asistennya itu. Pria itu tak tahu diri, setelah berbagai hal yang Jacob lakukan untuknya, bisa- bisanya Ed melakukan semua hal menjijikkan itu padanya. Seharusnya dia membunuh Ed saat ini juga. Tapi entah kenapa penjelasan yang Ed katakan padanya seakan mengingatkan Jacob akan semua kesalahannya dulu pada Naftalie. Mungkin dia juga memperlakukan Ed seenaknya seperti dulu dia memperlakukan Naftalie. Bukan … bukan kemungkinan, ini bahkan suatu kepastian. Melihat wajah Ed menceritakan sakit hatinya, Jacob merasa seperti ditampar sekarang. Dia memang keterlaluan. Dia kini heran kenapa Ed bisa berbalik dan mengakui ini semua, padahal dengan semua yang dia miliki, dia bisa saja bersama Victoria untuk menghancurkan Jacob sepenuhnya.“Lalu … kenapa kamu mengakui ini semua sekarang?” tanya Jacob dengan sangsi. Pria itu kembali mencurigai Ed hanya berlakon dan ada skema lain lagi di belakang ini.“Karena Isabel.”
“Dokumen apa Ed?” tanya Jacob mengabaikan perawat yang datang dengan wajah khawatir.“Semua dokumen yang tuan terima … itu sudah direkayasa oleh nyonya Victoria.” Jawaban yang diberikan Ed mulai masuk akal di pikiran Jacob.“Dimanipulasi … jadi …” Jacob merasakan dirinya bodoh sekali bisa diperdaya oleh nenek sihir itu.“Maaf … tapi saya harus memastikan, mengenai pembayaran …” perawat yang masuk ke kamar Ed kembali memotong pembicaraan mereka.“Pembayaran apa sih,” tanya Jacob dengan kesal karena perawat itu berani- beraninya menyalahkan pertanyaannya yang penting.“Ada seorang wanita mudah ditemukan di seorang rumah sakit yang diserang seakan mau dirampok, mengaku ada hubungan dengan bapak Ed,” ucap perawat itu segera menjelaskan dengan takut-takut. Hati Ed segera mencelos begitu mendengar kata wanita muda. Pria itu segera menyesal memberikan dokumen penting itu kepada Isabel.Tadi dia pikir hanya dia yang akan diserang, tapi ternyata sampai semua yang berhubungan dengan dirinya ju