Cecil awalnya berusaha untuk santai dan tak memikirkan apa yang terjadi di dalam. Setelah beberapa lama duduk di luar sambil memandangi langit, wanita itu masih merasa resah dan gelisah. Walau dia berusaha untuk melupakan apa yang dia lihat tadi, tetap saja benaknya membawa Cecil ke bayangan William bersama Naftalie. Tuannya itu jelas mencintai sahabatnya, tidak ada masalah kalau sahabatnya itu sudah punya suami adalah masalah yang lain lagi. “Ya kan? Aku nggak usah ikut campur kan?” pikir Cecil dalam hati. Tapi lama kelamaan pikiran gilanya mulai merajalela, dalam bayangannya William melakukan hal gila, mencium Naftalie seperti pria itu lakukan padanya dan hal itu membuatnya tiba-tiba berdiri dengan cemburu dan berjalan cepat masuk untuk mencegah hal buruk terjadi antara kedua orang itu. Tapi, saat dia masuk malah berbeda, William terlihat terpukul sedangkan Naftalie terlihat amat berbahagia, apa yang terjadi? Wajah wanita berambut merah itu malah berbinar-binar, sangat cantik s
Naftalie memperhatikan sahabatnya yang sedang berlagak keren memotong croissantnya dengan gaya elegan. sejak kapan William makan croissant dengan menggunakan pisau dan garpu? Dan juga, sejak kapan dia makan croissant sampai selama itu? Naftalie mendengus melihat kelakuan sahabatnya itu.“Dah digigit aja, ribet banget sih!” omel Naftalie dengan gemas melihat sahabatnya sibuk memotong roti.“Huh?” Pria itu mendongak dan Naftalie mendengus geli.“Kamu tu sejak kapan makan Croissant pake pisau segala? Biasanya juga langsung hap?” desis Naftalie sambil memicingkan matanya.“Aku nggak gitu!” jawab William segera membela diri sambil menatap ke arah Cecil dengan malu-malu. Naftalie tertawa mengejek“Cih … mana ada, aku selalu makan pake pisau,” desis pria itu lagi dengan kesal.“Will, aku kenal kamu dah lebih lama daripada umur kafe ini, jadi nggak usah ngomong deh,” ejek Naftalie sambil tertawa lagi lalu melihat ke arah Cecil.“Dia … selama ini makan Croissant pakai pisau?” tanya Naftalie sa
Sebagai wanita cantik, Cecil sudah sering kali mendapatkan perlakuan seperti yang pelayan ini lakukan. Cecil memiliki berbagai cara untuk menanggapinya. Dia bisa sering berlagak bodoh, dan banyak bertanya dengan bergaya tidak tahu semua sehingga lawan bicaranya akan memberitahukan cara dan segala informasi yang Cecil ingin tahu dengan hanya berpura-pura bodoh. Cecil juga bisa berlagak manja, dan tertarik dengan lawan bicaranya, yang biasanya pria-pria hidung belang yang langsung menggodanya mau melakukan apapun yang dia pinta. Namun, hari ini karena dia sedang kesal, jadi dia tak melakukan kedua itu. Dia hanya butuh air mineral permintaan William sehingga dia bisa kembali ke mobil dan menangisi dirinya sendiri yang begitu konyol tadi. “Kenapa juga aku bertanya seperti itu tadi?” erangnya dengan penuh penyesalan sambil berjalan kembali ke arah meja William dan Naftalie. “Buat apa aku tanya yang sudah tau jelas jawabannya apa,” ucapnya lagi dalam hati. Namun, tiba- tiba saja, pelayan
Melihat bagaimana William yang keras kepala tiba-tiba menurut dengan Cecil membuat Naftalie kembali tersenyum. Menurut pengamatan Naftalie tadi, William memang minum cukup banyak tadi. Pasti pria itu akan cukup menyulitkan Cecil. Tapi entah kenapa, Naftalie yakin, kalau wanita muda berambut pirang itu dapat mengurus William dengan baik.Naftalie menghela napas panjang dan segera menuju rumah karena tak ada lagi yang dapat dia lakukan lagi. Hari ini William katanya pulang ke rumah setelah beberapa hari keluar negeri.Bukan karena iseng, Naftalie mencoba untuk merahasiakan kehamilannya dari Jacob. Tapi, karena mereka sudah menunggu lama untuk mendapatkan anak ini, juga karena untuk menutup mulut mama Victoria yang tiap hari meneror Naftalie dan Jacob untuk menanyakan kehamilannya.Namun, merahasiakan kehamilan ternyata bukan hal yang mudah, Cecil dan William segera tahu dia sedang hamil. Bagaimana caranya menutupi kehamilan ini dari Jacob yang seharusnya lebih mengenal dirinya daripada
Sambil mengerang, Cecil mengabaikan ucapan William walau hal itu manyakiti hatinya. Wanita itu dengan kesal terus menyeret pria mabuk itu menuju lift. Beruntung para penjaga pintu dan lift sudah mengenali wajahnya, sehingga mereka hanya pura- pura tak melihat ketika Cecilia menyeret William menuju pent house milik maestro itu.“Cih, dah badan berat, kaki nggak mau dipake lagi!” erang Cecil dalam hati sambil memasukkan kode pintu. Terdengar bunyi berdenting tanda kalau pintu sudah terbuka dan wanita itu membuka pintu sambil tetap menyeret William. Pria itu meletakkan tangannya di pundak Cecil sambil mengoceh sesuatu yang tak dapat dimengerti.“Kalau nggak kuat minum, nggak usah minum. Kalau seperti ini kan nyusain aja!” omel Cecil sambil menyeret pria itu ke sofa dan melepaskannya. Pria itu tergeletak dengan kepala di bawah dan kaki di atas sedangkan Cecil melempar tubuhnya duduk disamping pria itu sambil mendesah napas panjang.“Haish nyusain banget sih! Aku ini perawat orang sakit,
Jantung Cecilia tidak bisa normal jika berdekatan dengan William. Terlebih ketika tiba- tiba pria itu menjatuhkan kepalanya yang besar itu di pangkuannya. Ini sangat romantis, ketika Cecilia mengusapnya dengan lembut dan muncul senyuman di bibir pria itu. Bagaikan cerita di novel- novel yang Cecil baca, pria itu meringkuk dalam pangkuannya. Namun semua berantakan ketika tiba- tiba pria itu membuka bola matanya yang indah. Awalnya pria itu kembali menarik ke dalam ciuman yang sangat Cecil rindukan, tapi saat semakin lama, Cecil sadar kalau pria itu masih dalam mabuknya, dan dia membayangkan wanita lain.Mencintai seseorang yang mencintai orang lain sangat sakit rasanya, terlebih saat pria itu membayangkan seseorang lain ketika sedang bersama. Begitu pula Cecil yang menyadari kalau dia sedang dibayangkan sebagai Naftalie.Naftalie Ambrosia, wanita cantik sempurna yang merupakan cinta pertama dan terakhir William, hanya wanita itu yang ada di matanya. Ciuman dan semua belaian yang pria
Naftalie melihat ke arah suaminya. Baru saja rahasianya mau ke luar dari ujung mulutnya, tapi karena kedatangan William yang panik membuat konsentrasi Jacob seketika buyar dan memperhatikan sahabatnya itu.“Ada apa? Ada apa dengan pianonya?” tanya Jacob segera melepaskan pegangan tangan Naftalie dan berjalan mengikuti William.Naftalie mendesah dan sepertinya memang dia harus menceritakan tentang kehamilannya di atas panggung nanti.Wanita itu akhirnya mengikuti ke mana suami dan sahabatnya pergi.Kedua pria itu berjalan cepat ke arah ruangan yang nanti dijadikan sebagai tempat pesta ultah tahun mama Victoria. Kali ini konsepnya tidak di panggung tapi di tengah tamu dengan sedikit undakan. Semua hiasan dekorasi dan bunga putih ungu menghiasi ruangan dengan indahnya. Sebenarnya bagi Jacob, kesannya bukan indah, tetapi norak. Seakan mau memperlihatkan kalau Victoria adalah orang yang maha kaya, yang mampu membayar seluruh dunia untuk pesta ulang tahunnya.Tapi, wanita itu tidak tahu ka
“Cih pas aku yang ngomong dia bilang aku cerewet, pas William yang ngomong langsung dianggap angin surga!” geram Jacob sambil menjauhi panggung. Perasaannya sudah cukup kesal mengetahui istrinya pergi tiap hari untuk menemui sahabatnya berlatih piano.Dia merelakan perasaannya yang tertekan cemburu hanya untuk membuat istrinya merasa berarti. Wanita itu kini lebih sering tersenyum dan riang sejak kembali menyentuh piano. Hidup wanita itu memang selamanya berhubungan dengan piano.“Tapi kenapa jadi seperti ini sekarang? Kenapa dia jadi lebih mendengarkan ucapan William daripada ucapan aku?” geram pria itu lagi sambil mencoba menuang alkohol di gelas kecilnya. Tapi pria itu seketika mendengus saat menyadari apa yang dia hampir lakukan.Kini Jacob benar-benar menjaga kesehatan dirinya. Pria itu tak lagi minum minuman beralkohol, makan makanan sehat dan juga beristirahat yang cukup. Menurut dokter selain obat- obatan Jacob harus menjaga kesehatan dirinya dengan sempurna. Semua demi keb