Tak pernah terbayang dalam benak Naftalie kalau akan melihat Jacob ada di dalam dapur kastil. Terlebih dia duduk dan semacam bercanda dengan para karyawannya.“Nat, kamu lebih suka jeruk atau apel?” tanya Jacob ketika wanita itu sampai di sebelahnya.“Hah?” tanya Naftalie dengan bingung karena pertanyaan Jacob yang random.“Jeruk sama apel suka mana?” tanya Jacob mengulangi pertanyaannya seperti tidak sabar. “Apel?” jawab Naftalie dengan bingung sambil duduk di samping suaminya. “Nah kan apa aku bilang, dia itu sukanya apel!” ujar Jacob dengan penuh kemenangan. “Tapi kalau minum sering sekali mintanya jus jeruk,” ujar sang pelayan muda bersikeras. “Oh … aku takut aku kurang vitamin, jadi aku minta jus jeruk.” Wanita itu menjawab dengan wajah masih bingung. Jacob mendengus geli.“Lah, kenapa kamu nggak pilih jus apel aja sekalian?” tanya Jacob dengan heran. “Nggak enak, enakkan jus jeruk,” jawab Naftalie dengan jujur yang membuat sang pelayan muda memekik senang. “Nah kan, Nyonya
Setelah ciuman yang aneh itu, Cecil benar-benar menghindari William. Dia ada hanya jika William benar-benar meminta wanita itu ikut. Keadaan menjadi canggung di antara mereka.William sendiri bingung dengan perasaannya. Waktu itu rasanya sungguh tepat untuk melakukan itu. Tapi saat ini kenapa rasanya itu begitu gila sekarang?Bukannya dia mencintai Naftalie, dengan sepenuh hatinya dan sepenuh perasaannya? Kenapa bisa tiba-tiba dia melakukan itu pada Cecilia? Bukannya dia hanya iseng menggoda wanita itu?Tapi menggoda dalam bibir saja, dalam kata-kata, kenapa kemarin dia malah menempelkan bibirnya pada bibir Cecilia.Bukannya dia keberatan … ciuman kemarin itu rasanya luar biasa. William seakan berada di dunia lain, hanya ada dia dan Cecil yang sedang memadu lidah. Apalagi setelah itu, Cecil keluar dan membelanya habis-habisan di depan polisi. Cara wanita itu membelanya membuat hati William anehnya menjadi bergetar. Tapi itu sudah beberapa minggu yang lalu, kini wanita itu bersikap
Sebenarnya yang dia lihat itu wajar adanya. Pria itu bahkan sudah mengakui padanya kalau memang dia mencintai sahabatnya itu, tapi mengapa begitu melihatnya langsung dengan bola mata kepalanya sendiri, Cecil merasakan sakit yang teramat pilu di hatinya. Seharusnya dari awal dia sama sekali tak usah memeriksa mereka. Namun tadi dia seperti merasakan dalam hatinya, kalau pria itu mencarinya. William mencarinya, cih buat apa? Sudah ada Naftalie di sana? Buat apa lagi ada Cecil? Cinta pertama dan terakhirnya ada di hadapan William sehingga sudah pasti pria itu tak akan ingat lagi pada Cecil.Wanita itu segera menutup pintu ruangan latihan sambil menghela napas panjang. Tenang dia harus bisa tenang. Seperti yang dia katakan pada dirinya berulang kali. Kalau kemarin itu kesalahan. Ciuman itu hanya karena mereka sama -sama dipacu emosi sesaat yang tidak jelas, karena dalam rangka apa William menciumnya seperti itu?Setelah ciuman itu, Cecil segera menjauhi pria itu sebisa mungkin, karena se
Cecil awalnya berusaha untuk santai dan tak memikirkan apa yang terjadi di dalam. Setelah beberapa lama duduk di luar sambil memandangi langit, wanita itu masih merasa resah dan gelisah. Walau dia berusaha untuk melupakan apa yang dia lihat tadi, tetap saja benaknya membawa Cecil ke bayangan William bersama Naftalie. Tuannya itu jelas mencintai sahabatnya, tidak ada masalah kalau sahabatnya itu sudah punya suami adalah masalah yang lain lagi. “Ya kan? Aku nggak usah ikut campur kan?” pikir Cecil dalam hati. Tapi lama kelamaan pikiran gilanya mulai merajalela, dalam bayangannya William melakukan hal gila, mencium Naftalie seperti pria itu lakukan padanya dan hal itu membuatnya tiba-tiba berdiri dengan cemburu dan berjalan cepat masuk untuk mencegah hal buruk terjadi antara kedua orang itu. Tapi, saat dia masuk malah berbeda, William terlihat terpukul sedangkan Naftalie terlihat amat berbahagia, apa yang terjadi? Wajah wanita berambut merah itu malah berbinar-binar, sangat cantik s
Naftalie memperhatikan sahabatnya yang sedang berlagak keren memotong croissantnya dengan gaya elegan. sejak kapan William makan croissant dengan menggunakan pisau dan garpu? Dan juga, sejak kapan dia makan croissant sampai selama itu? Naftalie mendengus melihat kelakuan sahabatnya itu.“Dah digigit aja, ribet banget sih!” omel Naftalie dengan gemas melihat sahabatnya sibuk memotong roti.“Huh?” Pria itu mendongak dan Naftalie mendengus geli.“Kamu tu sejak kapan makan Croissant pake pisau segala? Biasanya juga langsung hap?” desis Naftalie sambil memicingkan matanya.“Aku nggak gitu!” jawab William segera membela diri sambil menatap ke arah Cecil dengan malu-malu. Naftalie tertawa mengejek“Cih … mana ada, aku selalu makan pake pisau,” desis pria itu lagi dengan kesal.“Will, aku kenal kamu dah lebih lama daripada umur kafe ini, jadi nggak usah ngomong deh,” ejek Naftalie sambil tertawa lagi lalu melihat ke arah Cecil.“Dia … selama ini makan Croissant pakai pisau?” tanya Naftalie sa
Sebagai wanita cantik, Cecil sudah sering kali mendapatkan perlakuan seperti yang pelayan ini lakukan. Cecil memiliki berbagai cara untuk menanggapinya. Dia bisa sering berlagak bodoh, dan banyak bertanya dengan bergaya tidak tahu semua sehingga lawan bicaranya akan memberitahukan cara dan segala informasi yang Cecil ingin tahu dengan hanya berpura-pura bodoh. Cecil juga bisa berlagak manja, dan tertarik dengan lawan bicaranya, yang biasanya pria-pria hidung belang yang langsung menggodanya mau melakukan apapun yang dia pinta. Namun, hari ini karena dia sedang kesal, jadi dia tak melakukan kedua itu. Dia hanya butuh air mineral permintaan William sehingga dia bisa kembali ke mobil dan menangisi dirinya sendiri yang begitu konyol tadi. “Kenapa juga aku bertanya seperti itu tadi?” erangnya dengan penuh penyesalan sambil berjalan kembali ke arah meja William dan Naftalie. “Buat apa aku tanya yang sudah tau jelas jawabannya apa,” ucapnya lagi dalam hati. Namun, tiba- tiba saja, pelayan
Melihat bagaimana William yang keras kepala tiba-tiba menurut dengan Cecil membuat Naftalie kembali tersenyum. Menurut pengamatan Naftalie tadi, William memang minum cukup banyak tadi. Pasti pria itu akan cukup menyulitkan Cecil. Tapi entah kenapa, Naftalie yakin, kalau wanita muda berambut pirang itu dapat mengurus William dengan baik.Naftalie menghela napas panjang dan segera menuju rumah karena tak ada lagi yang dapat dia lakukan lagi. Hari ini William katanya pulang ke rumah setelah beberapa hari keluar negeri.Bukan karena iseng, Naftalie mencoba untuk merahasiakan kehamilannya dari Jacob. Tapi, karena mereka sudah menunggu lama untuk mendapatkan anak ini, juga karena untuk menutup mulut mama Victoria yang tiap hari meneror Naftalie dan Jacob untuk menanyakan kehamilannya.Namun, merahasiakan kehamilan ternyata bukan hal yang mudah, Cecil dan William segera tahu dia sedang hamil. Bagaimana caranya menutupi kehamilan ini dari Jacob yang seharusnya lebih mengenal dirinya daripada
Sambil mengerang, Cecil mengabaikan ucapan William walau hal itu manyakiti hatinya. Wanita itu dengan kesal terus menyeret pria mabuk itu menuju lift. Beruntung para penjaga pintu dan lift sudah mengenali wajahnya, sehingga mereka hanya pura- pura tak melihat ketika Cecilia menyeret William menuju pent house milik maestro itu.“Cih, dah badan berat, kaki nggak mau dipake lagi!” erang Cecil dalam hati sambil memasukkan kode pintu. Terdengar bunyi berdenting tanda kalau pintu sudah terbuka dan wanita itu membuka pintu sambil tetap menyeret William. Pria itu meletakkan tangannya di pundak Cecil sambil mengoceh sesuatu yang tak dapat dimengerti.“Kalau nggak kuat minum, nggak usah minum. Kalau seperti ini kan nyusain aja!” omel Cecil sambil menyeret pria itu ke sofa dan melepaskannya. Pria itu tergeletak dengan kepala di bawah dan kaki di atas sedangkan Cecil melempar tubuhnya duduk disamping pria itu sambil mendesah napas panjang.“Haish nyusain banget sih! Aku ini perawat orang sakit,