Walau di dalam kepalanya ada suara yang menyuruhnya berhenti, tapi hatinya terus membuat Jacob melaju. Hanya Naftalie yang berhasil membuat Jacob kehilangan akal sehatnya. Selalu begitu.“Oh Nat, punyamu hangat sekali,” erang Jacob meracau sambil mengusap rambut Naftalie. Wanita itu terengah- engah kembali di bawahnya.Wanita itu memeluknya dengan erat sambil menatap Jacob dengan bola mata hijaunya yang besar. Wanita itu lalu menggeliat saat Jacob memasukinya lagi.“Ooh …” Wanita itu terisak dengan sangat sensual. Napas, desahan, dan erangannya yang sangat seksi membuat Jacob tak bisa menahan gairahnya lagi.“Ooh … aku nggak tahan … aku … aku,—” Pria itu tak lagi bisa menyelesaikan ucapannya karena dirinya akan segera meledak. Jacob mempercepat gerakan bokongnya sehingga memenuhi istrinya sepenuhnya.Pekikkan dan jeritan Naftalie bagaikan kicauan burung yang merdu, Jacob merasa melayang saat akhirnya dia melepaskan seluruh benihnya di dalam rahim Naftalie.“Aaakh … aaah! Ooh Nat … o
Biasanya pria itu sangat cerewet setelah bertemu dengan Naftalie. Mereka juga terlihat masih terus bercanda saat William mengantar wanita itu ke mobilnya. Tapi, kenapa sekarang pria itu malah hanya diam saja dan memandang ke jendela mobilnya. “Apa dia sakit?” tanya Cecil dengan sedikit khawatir. Wanita itu tanpa sadar terus melirik ke arah William. “Kenapa kamu liat aku terus?” tanya pria itu dengan tatapan geli yang membuat Cecil segera mengalihkan pandangannya dengan panik. “Nggak, ish ngapain aku liatin kamu,” elak Cecil jelas berbohong karena tadi mereka sempat saling beradu pandang sesaat. “Gimana jarimu?” tanya Willam tiba-tiba meraih tangan Cecil lagi lalu melihatnya dengan teliti. Jemari itu terasa sangat lembut dan lembab, sehingga William mengelusnya dengan penuh perasaan.“Apaan sih?” tanya Cecil sambil mencoba menarik tangannya. Tapi tangan pemain biola itu bisa mencengkram tangan Cecil dengan kencang sehingga wanita itu tak bisa menariknya.“Lepasin aaah!” erang Cecil
Merasa kesedihan di dalam kalimat William, entah kenapa Cecil merasa berkewajiban untuk menghibur pria itu. Tapi setelah melihat wajahnya ada rasa sesak yang membuat Cecil mencari alasan untuk sibuk. Dia menunduk dan mencoba mencari botol air sehingga pria itu tidak dehidrasi. Dia menunduk untuk meraih tasnya yang ada di lantai mobil. Namun tiba-tiba mobil berhenti tiba-tiba sehingga kepalanya terantuk. Tak terlalu keras, Cecil sudah pernah terantuk yang lebih kencang dari itu. Tapi wajah William yang khawatir akan keadaannya tak akan pernah bisa Cecil lupakan. Pria itu memotong jalan untuk segera menepikan mobilnya tanpa mempedulikan bunyi klakson dan makian dari para pengendara mobil yang lain. “Kamu nggak apa-apa kan?” tanya pria itu dengan wajah pucat. Bola mata biru tuanya menatap Cecil dengan sangat khawatir sehingga lagi- lagi membuat hati Cecil kembali bergetar. Tak pernah ada yang peduli padanya, ini baru, dan Cecil tak mengerti bagaimana harus menanggapi perhatian sepert
Ketika yakin Naftalie sudah tertidur, jacob segera turun dari sofa dan mengenakan pakaiannya lagi. Dia baru saja hendak berjalan keluar dari perpustakaan itu sebelum menyadari kalau istrinya terbaring dengan polosnya di atas sofa. Pria itu segera memutar otak dan mencari sesuatu untuk menutup tubuh molek istrinya. Tapi hanya ada buku dan laptopnya yang ada di ruangan itu. “Haish!” erang Jacob kesal pada dirinya sendiri saat mengambil blus Naftalie yang dia robek tadi. Akhirnya pria itu menuju pintu dan tak terkejut melihat Ed sudah menunggu di situ.“Selimut, dan satu stel baju baru buat nyonya,” ucapnya lalu segera menutup pintu lagi ketika Ed menunduk dan pergi tanpa bertanya. Pria itu kembali datang dan memberikan apa yang Jacob pinta lalu Jacob segera kembali mendekati istrinya dan segera terpesona dengan kecantikan wanita itu.Rambutnya yang merah mengelilingi kepalanya, bulu matanya lentik dengan hidung yang mancung dan bibir merah mempesona, Jacob tak pernah bosan mengagumi
Tak pernah terbayang dalam benak Naftalie kalau akan melihat Jacob ada di dalam dapur kastil. Terlebih dia duduk dan semacam bercanda dengan para karyawannya.“Nat, kamu lebih suka jeruk atau apel?” tanya Jacob ketika wanita itu sampai di sebelahnya.“Hah?” tanya Naftalie dengan bingung karena pertanyaan Jacob yang random.“Jeruk sama apel suka mana?” tanya Jacob mengulangi pertanyaannya seperti tidak sabar. “Apel?” jawab Naftalie dengan bingung sambil duduk di samping suaminya. “Nah kan apa aku bilang, dia itu sukanya apel!” ujar Jacob dengan penuh kemenangan. “Tapi kalau minum sering sekali mintanya jus jeruk,” ujar sang pelayan muda bersikeras. “Oh … aku takut aku kurang vitamin, jadi aku minta jus jeruk.” Wanita itu menjawab dengan wajah masih bingung. Jacob mendengus geli.“Lah, kenapa kamu nggak pilih jus apel aja sekalian?” tanya Jacob dengan heran. “Nggak enak, enakkan jus jeruk,” jawab Naftalie dengan jujur yang membuat sang pelayan muda memekik senang. “Nah kan, Nyonya
Setelah ciuman yang aneh itu, Cecil benar-benar menghindari William. Dia ada hanya jika William benar-benar meminta wanita itu ikut. Keadaan menjadi canggung di antara mereka.William sendiri bingung dengan perasaannya. Waktu itu rasanya sungguh tepat untuk melakukan itu. Tapi saat ini kenapa rasanya itu begitu gila sekarang?Bukannya dia mencintai Naftalie, dengan sepenuh hatinya dan sepenuh perasaannya? Kenapa bisa tiba-tiba dia melakukan itu pada Cecilia? Bukannya dia hanya iseng menggoda wanita itu?Tapi menggoda dalam bibir saja, dalam kata-kata, kenapa kemarin dia malah menempelkan bibirnya pada bibir Cecilia.Bukannya dia keberatan … ciuman kemarin itu rasanya luar biasa. William seakan berada di dunia lain, hanya ada dia dan Cecil yang sedang memadu lidah. Apalagi setelah itu, Cecil keluar dan membelanya habis-habisan di depan polisi. Cara wanita itu membelanya membuat hati William anehnya menjadi bergetar. Tapi itu sudah beberapa minggu yang lalu, kini wanita itu bersikap
Sebenarnya yang dia lihat itu wajar adanya. Pria itu bahkan sudah mengakui padanya kalau memang dia mencintai sahabatnya itu, tapi mengapa begitu melihatnya langsung dengan bola mata kepalanya sendiri, Cecil merasakan sakit yang teramat pilu di hatinya. Seharusnya dari awal dia sama sekali tak usah memeriksa mereka. Namun tadi dia seperti merasakan dalam hatinya, kalau pria itu mencarinya. William mencarinya, cih buat apa? Sudah ada Naftalie di sana? Buat apa lagi ada Cecil? Cinta pertama dan terakhirnya ada di hadapan William sehingga sudah pasti pria itu tak akan ingat lagi pada Cecil.Wanita itu segera menutup pintu ruangan latihan sambil menghela napas panjang. Tenang dia harus bisa tenang. Seperti yang dia katakan pada dirinya berulang kali. Kalau kemarin itu kesalahan. Ciuman itu hanya karena mereka sama -sama dipacu emosi sesaat yang tidak jelas, karena dalam rangka apa William menciumnya seperti itu?Setelah ciuman itu, Cecil segera menjauhi pria itu sebisa mungkin, karena se
Cecil awalnya berusaha untuk santai dan tak memikirkan apa yang terjadi di dalam. Setelah beberapa lama duduk di luar sambil memandangi langit, wanita itu masih merasa resah dan gelisah. Walau dia berusaha untuk melupakan apa yang dia lihat tadi, tetap saja benaknya membawa Cecil ke bayangan William bersama Naftalie. Tuannya itu jelas mencintai sahabatnya, tidak ada masalah kalau sahabatnya itu sudah punya suami adalah masalah yang lain lagi. “Ya kan? Aku nggak usah ikut campur kan?” pikir Cecil dalam hati. Tapi lama kelamaan pikiran gilanya mulai merajalela, dalam bayangannya William melakukan hal gila, mencium Naftalie seperti pria itu lakukan padanya dan hal itu membuatnya tiba-tiba berdiri dengan cemburu dan berjalan cepat masuk untuk mencegah hal buruk terjadi antara kedua orang itu. Tapi, saat dia masuk malah berbeda, William terlihat terpukul sedangkan Naftalie terlihat amat berbahagia, apa yang terjadi? Wajah wanita berambut merah itu malah berbinar-binar, sangat cantik s