Saat melihat tagihan papa dan dirinya sendiri yang panjang di tangannya, Naftalie rasanya ingin kembali pingsan. Rumah dan segala isinya katanya sudah disita oleh bank, pabrik dan segala aset diambil oleh pihak-pihak yang dihutangi oleh papanya. Naftalie sebatang kara dengan pakaian yang dia kenakan dipaksa keluar dari rumah masa kecilnya. Dia duduk termenung memandangi kertas yang berisi segala obat dan peralatan yang digunakan pihak rumah sakit untuk mengobati papanya.Bukannya Naftalie tak bersyukur kalau papanya selamat dan bisa sehat walau dalam keadaan babak belur, tapi tetap saja tagihan rumah sakit yang menumpuk itu membuat perutnya terus melilit rasanya. Berulang kali dia menatap telepon genggamnya dan ingin menghubungi William. Siapa bilang dia tak ingat pria itu. Naftalie sangat ingat dengan sahabatnya itu, dan wanita itu yakin kalau pria itu tak akan seperti teman-temannya yang lain yang segera memblokir dan menendangnya dari grup chat begitu berita papanya bangkrut dan
Setelah kematian mamanya, Cecil resmi menjadi yatim piatu. Mamanya yang sangat cantik itu akhirnya menyerah pada penyakit yang sudah dia derita bertahun-tahun.Dengan terseok-seok sesil akhirnya menyelesaikan sarjana keperawatannya. Sarjana yang dia pikirkan berguna untuk mengurus mamanya nanti tapi ternyata sesil malah mengurus orang lain pada akhirnya Karena wanita itu sudah meninggalkan dirinya untuk selamanya.Selama ini Cecil selalu membenci wajahnya yang cantik. Semua selalu mengatakan kalau wajah cantik adalah berkat,tetapi baginya wajah cantik yang dia miliki itu adalah bagaikan kutukan.Tidak pernah ada orang yang bisa tulus kepadanya. Tidak ada orang yang memperlakukannya dengan baik jika tidak ada sesuatu yang diinginkan. Terutama pria. Khususnya pria.Sudah sering dia menerima bantuan dari pria yang ternyata ada maunya di belakang. Cecil jadi kesusahan untuk membayar semua hutang bantuan yang sebenarnya dia tidak mau terima pada awalnya.Seperti dokter Kelley yang tiba-tib
Diiringi dengan tatapan penuh kebencian Cecil berjalan di samping dokter Kelley. Wanita muda itu tahu kalau dia akan menjadi pergunjingan satu rumah sakit karena lagi-lagi dia mendapatkan perhatian khusus dari dokter tampan itu.Pria itu sebenarnya tak perlu mengantarnya sampai ke bagian rontgen, Cecil tahu tempat itu di mana. Tapi pria itu bersikeras dan mengatakan harus dia sendiri yang memberikan instruksi buat petugas yang menjalankan mesin rontgen, padahal petugas itu sudah bertahun-tahun pengalamannya.Tapi apalah Cecil sehingga penolakkan di dengar? Wanita itu akhirnya tetap diantar oleh Dr. Kelley dan rombongan perawat yang sepertinya tak rela meninggalkan Cecil sendirian dengan dokter Kelley.Untungnya ketika mereka berbondong- bondong keluar dari lift, dokter tampan itu akhirnya menyadari kalau rombongan mereka semakin lama semakin banyak. “Umm, kalian … kembali ke pos kalian. Saya dan Cecil bisa sendiri ke bagian rontgen.” Pria itu menatap ke arah kepala perawat dan rombon
Jantung Cecilia tak pernah berdebar sekencang itu dalam seumur hidupnya, bahkan saat melihat mamanya sakit, Cecil tak pernah berdebar semacam tadi. Mungkin karena baru, mungkin karena tak perna peduli dengan pria, Cecil tak pernah merasakannya. Bukan artinya Cecil peduli, amit-amit, mana mungkin dia peduli dengan pria sok tau, sok kaya yang sok perhatian itu, amit-amit! Amit-amit, itu kata yang cocok buat dia. Mungkin Cecil hanya kaget, dia hanya kaget karena sentuhannya yang kurang ajar tadi. Iya pasti dia kaget!Wanita itu begitu sibuk dengan pikirannya sehingga begitu tersadar dia dipandangi oleh dr Kelley dan petugas radiologi dengan bingung.“Cecil?” tanya Dr. Kelley dengan khawatir. “Eh … maaf, maaf,” ujar Cecil dengan wajah memerah. Dr. Kelley segera memeriksa matanya dan memandangnya dengan khawatir. “Kamu yakin nggak pusing atau bagaimana pandanganmu, rasanya berbayang nggak?” tanya Kurt Keller sambil masih terus memeriksa wajah Cecil.“Nggak, aku nggak apa-apa, tadi mel
Tak lama setelah melihat Cecilia masuk ke dalam ruangan radiologi, tiba-tiba wanita tua yang tadi katanya adalah kepala perawat itu mendekati William dengan wajah mengerikan. “Oh tuan William, kenapa bisa ada di sini? Kami mencari bapak kemana-mana tadi,” ujar wanita itu dengan gaya berlebihan. Dengan kesal akhirnya William menerima nasibnya untuk digiring kembali ke dalam kamarnya. Wanita paruh baya berbaju putih yang menuntunnya terus bercerita tentang hal- hal yang sebenarnya tak perlu William dengar. Maestro itu hanya mulai mendengarkan ketika nama Jacob disebut. “Bukannya saya senang bergosip ya, tapi tuan Jacob itu memiliki saham kepemilikan di rumah sakit ini, jadi dia yang mendapatkan ruangan VVIP.” Wanita itu berbicara terus karena William hanya diam saja.“Saya yang pesan duluan kan? Bukannya manajer saja sudah memesan kamar sejak sebulan yang lalu?” tanya William tiba-tiba saat mereka memasuki lift. Bola mata keriput milik kepala perawat membesar karena kaget dengan tang
Jacob segera memutar tubuhnya dan menghampiri pria tak tahu diri itu.“Tutup mulut lo, bacot!” “Lo yang berisik, lo yang masuk nyamperin gue, buat apa?” tanya William tanpa basa basi lagi.“Gue … gue …” Jacob melirik ke arah perawat tua yang sedang mau memasang infus.“Cih, cepat pasang infusnya!” omel William kepada perawat tua itu yang segera tersentak dan maju mendekatinya.“I-iya … saya pasang sekarang,” ujar wanita itu dengan gugup karena dipandangi dua pasang mata yang marah.William segera kembali merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur sambil mendengus kesal. Sedangkan Jacob bukannya keluar malah memperhatikan William dipasang infus.Dengan cekatan karena memang sudah berpengalaman puluhan tahun, perawat tua itu dengan cepat berhasil memasang infus William.“Nanti saya akan kembali untuk memberikan obat yang sudah diresepkan oleh dokter anda ya, Maestro,” ujar Perawat itu sambil tersenyum kikuk. Keheningan yang melanda di antara kedua pria tampan itu terasa sungguh mengerik
William menatap Jacob yang kembali merasa sedih. Harusnya dia tak berempati dengan pria perebut Naftalie, tapi semakin dis berbicara dengan pria itu, semakin William menyadari kalau Jacob sangat mencintai istrinya.“Sial, dia benar-benar tidak menganggap aku sama sekali!” geram William dalam hati dengan kesal. Dengan sebal pria itu menghela napas panjang“Jadi … apa yang kamu mau tau?” tanya William. …Cecil menerima hasil rontgennya dengan kesal. Gara-gara pria tak tahu diri itu, hidungnya ternyata jadi retak. Walau dokter Kelley merasa senang saat melihat hasil rontgennya, tapi tetap saja Cecil mengutuki William dalam hatinya. “Apa yang dia lakukan sih sampai membuka pintu sekasar itu?” tanya Cecil dalam hati sambil berjalan di samping dokter Kelley. APria itu pasti mengatakan sesuatu karena setelah beberapa lama pria itu terus memandangnya.“Umm …” Tiba-tiba pria itu berhenti berjalan dan memegang pundak Cecilia. Kurt menatap wajah Cecil dengan khawatir.“Kalau menurut hasil d
William memperhatikan pria itu dengan tekun mencatat dalam buku catatannya. Selama kenal dengan pria yang bernama Jacob Owen itu, William tidak pernah menyangka kalau pria itu adalah pria yang sama polosnya dengan Naftalie.Bagaimana kalau William mengatakan semua dusta padanya, sedangkan pria itu mencatat semua kata-kata yang William katakan tanpa curiga?Walau sebenarnya ini bertentangan dengan apa yang ada dalam benaknya, tetapi pada akhirnya William mengatakan Yang sejujurnya kepada Jacob.Memperhatikan pria itu menulis membuat William seakan ditampar karena melihat kegigihan pria itu untuk mengenal Naftalie, berbanding dengan niatnya yang berusaha untuk mengacaukan hubungan antara Jacob dan Naftalie. Pada awalnya William berencana untuk mengatakan semua hal bohong kepada Jacob agar dirinya melakukan kesalahan. Sehingga William yang dekat padanya saat melakukan latihan untuk duet, dapat kembali mendekati Naftalie. Tapi melihat kesungguhan Jacob, William jadi tidak tega. Siapa sa