Disaat Arumi tengah larut dalam pemikirannya, Dewa yang masih banyak mendiskusikan beberapa project baru bersama rekannya, dia mengingatkan Arumi agar menunggunya sebentar. Arumi tertunduk patuh, bahkan Dewa juga tak lupa mengingatkan agar tidak meminum wine Mengingat kondisi wanita yang bergelar istrinya itu tengah hamil muda. Setelah mengingatkan, Dewa yang di ikuti asistennya kini mulai bergabung dengan beberapa rekannya termasuk Adrian yang juga ikut dalam project itu. Melihat beberapa menu makanan yang tersedia di meja dengan berbagai jenis menu membuat Arumi menelan saliva beberapa kali karena membuatnya tergoda. "Wah makanan di sini sepertinya sangat enak-enak aku jadi ingin mencicipinya," Gumam Arumi yang perlahan mencoba mencicipi beberapa cake mini buah-buahan. Laura yang melihat Arumi sendirian membuatnya segera menghampiri, lalu sengaja memulai topik pembicaraan untuk membuat Arumi sadar akan posisinya di hati Dewa. "Hmm, sepertinya ada orang kampung yang baru
"Arumi kamu yang sabar ya, perkataan Dewa tidak usah kamu masukin hati," Clarisa berusaha menghibur Arumi. Dia sangat sedih dan ikut sedih saat melihat sikap Dewa yang sangat keterlauan lebih mementingkan Laura di bandingkan istrinya sendiri. Arumi menarik nafas dalam-dalam dia tidak suka orang lain melihat dirinya lemah, sampai berusaha keras terlihat tegar. "Clarisa! terima kasih karena kamu sudah menghibur ku, tapi seperti aku sedikit pusing dan ingin cepat pulang," keluh Arumi seraya memijat kening. Clarisa yang sangat cemas, kini ia menawarkan diri untuk mengantar Arumi. Awalnya Arumi menolak tapi karena ingin tahu lebih jauh tentang masa lalu Dewa dan Laura membuatnya menerima tawaran wanita itu lalu memberi perintah pada supirnya pribadi Dewa agar tidak menunggunya. Sebagai seorang karyawan pak Hendra hanya bisa mematuhi perintah istri tuanya, Arumi dan Clarisa pun segera bergegas pergi dari pesta mengingat Dewa yang pergi begitu saja tanpa bicara apa pun. Suasana di
Arumi dan Clarisa memberanikan diri membuka pintu ruang UGD, Laura yang sudah di beritahu oleh asistennya kini ia sengaja terlihat seolah takut oleh Arumi. "Nona Laura! bagaimana keadaan mu?" Arumi memberanikan diri membuka pintu untuk melihat kondisi dan ia juga ingin menjelaskan pada Dewa tentang kesalahan pahaman di antara mereka. Melihat Arumi yang datang, Laura bersandiwara dengan cepatnya ia merengek dan mengadu pada Dewa. "Mas Dewa! aku sangat takut pada dia, dia hampir saja membunuh ku," ujar Laura menatap tajam dengan penuh kebencian. Arumi tercengang saat mendengar perkataan Laura, yang seolah ingin menjatuhkan dirinya di depan Dewa. "Nona Laura! apa yang kamu katakan? aku tidak pernah mempunyai niat buruk sedikit pun pada mu, jadi tolong jangan asal berbicara," jelas Arumi yang berusaha membela diri. "Iya benar Laura, kamu jangan berharap ngawur deh. Arumi bukan orang seperti itu. Jadi jangan mengada-ngada," sambung Clarisa yang membela Arumi. Dewa terlihat
Dewa menelan saliva beberapa kali, saat mendengar perkataan Laura yang sudah tak sabar ingin menikah dengannya. Membuat dia semakin bimbang. Di sisi lain dia melihat sang nenek yang terlihat bahagia saat Arumi menjadi cucu mantunya, tapi dia juga sudah terikat janji pada dirinya sendiri jika ia akan menikahi Laura karena bagaimana pun juga Laura pernah menyelamatkan dirinya. Kening Laura berkerut saat melihat wajah datar pria yang sangat dia cintai, Hingga membuatnya memberanikan diri untuk bertanya. "Kenapa mas Dewa hanya diam? mas tidak mungkin mengingkari janji mas kan?" Sindir Laura dengan penuh penekanan. Dewangga tersadar dari lamunannya lalu menyahut dan berusaha menenangkan. "Tidak akan Laura, tapi pernikahan ku dengan Arumi tidak bisa di akhiri begitu saja jadi aku .." Belum sempat Dewa menuntaskan perkatannya, Laura tetap menuntut untuk segera di nikahi apa lagi hubungan mereka sudah lebih dari sekedar pacaran. Bahkan Laura menegaskan dan mengancam jika dia akan m
Ketika Arumi dan Adrian sudah masuk ke dalam mobil, tiba-tiba saja Clarisa mencari alasan untuk membuat mereka pergi hanya berdua saja. Hal itu membuat Arumi sangat terkejut karena ia merasa tidak nyaman jika hanya pergi berdua. "Clarisa! ayo masuklah, aku akan mengantar kalian pulang biarkan saja nanti orang bengkel yang mengatasi mobil mu," ajak Adrian yang sudah mulai menyalakan mesin mobil mewahnya. "Astaga! aku baru ingat punya janji dengan teman ku. Tuan Adrian bisa tolong antar Arumi pulang? Arumi kamu pulang dulu saja aku baru ingat punya janji tidak papa kan?" jelas Clarisa yang sengaja menolak. Arumi menghela nafas berat, dia merasa jika Clarisa memang sengaja menghindar agar tidak ikut dengan mereka. Adrian yang terlihat begitu antusias dia sama sekali tidak menolak malah ia terlihat lebih bersemangat. "Aku akan mengantar Arumi pulang, kamu tidak usah khawatir nona Clarisa," kata Adrian menyahut. "Tuan benar, anda pasti akan menjaga Arumi dengan baik. Kalau be
"Maaf nona Laura, karena tadi begitu cepat dia pergi," sesal Rini dengan wajah yang tertunduk tak berani menatap majikannya. Laura menatap gemas, kedua bola mata berapi-api menahan rasa marah yang semakin menggebu dalam hatinya. Laura menegaskan jika dia tidak mau tahu dan menekan Rini harus mencari cara agar bisa meracuni kandungan Arumi. Tak ingin kena marah majikannya, Rini pun berusaha menenangkan dan berjanji akan mengatur rencana baru untuk melakukan rencana besar mereka. "Nona tenang saja, saya janji anak di dalam kandung Arumi akan lenyap," tegasnya. Laura menghela nafas panjang, dia berusaha meyakin dengan ucapan Rini. Dan meminta Rini untuk membuktikannya. Tentu saja Rini dengan penuh keyakinan menyanggupinya. Sesampainya di kediaman Wijaya, Arumi meminta Adrian untuk menghentikan mobilnya sebelum di depan gerbang. Karena dia tidak ingin ada security atau pun pengawal yang melihat dirinya di antar oleh pria lain selain suaminya. "Sudah sampai di sini saja tuan
Kedua bola mata Dewa berapi-api saat mendengar permintaan Arumi yang begitu berani padanya. "Ingin mengakhiri kontrak pernikahan yang telah kita sepakati? Arumi jangan pernah bermimpi!" Dewa menegaskan jika dirinya yang lebih berhak menentukan kapan mereka pernikahan kontrak mereka akan berakhir. Dewa yang kembali tersulut emosi karena mengingat Ardian yang tadi sudah sengaja terang-terangan mengantar Arumi ke rumah membuat ia kehilangan emosi lagi. "Jangan bilang ingin segera mengakhiri kontrak pernikahanan dengan ku, kamu sudah tidak sabar ingin segera menjalin hubungan dengan Kaka senior mu itu kan?" Geram Dewa yang semakin marah. Arumi menelan saliva, sungguh rasanya dia sudah tak tahan lagi saat berada dekat dan Dewa hingga memberanikan diri untuk memberontak. "Cukup tuan! jangan menuduh ku sembarang, jangan libatkan permintaan ku dengan tuan Adrian, dia tidak ada sangkut pautnya dengan masalah kita?" sanggah Arumi. Yang berusaha pergi menghindari Dewa. Namun Arumi yang b
Ketika Oma Rima tengah menegur Dewa, Arumi yang perlahan mulai siuman wanita cantik yang masih terbaring lemas dengan seragam pasiennya sejenak ia termenung. Memikirkan kondisi kandungannya yang semakin hari terasa semakin tidak nyaman saat berada di antara Dewa dan Laura. "Calon baby mommy, kamu tumbuh kembang yang baik ya nak. Jika Dady mu sibuk dengan urusannya lebih baik kita pergi saja, mommy hanya ingin melahirkan mu dengan tenang," Lirih Arumi dalam hati seraya mengelus lembut perutnya yang sudah mulai terlihat, dan sengaja mengajak komunikasi dengan calon baby-nya Ketika Arumi tengah larut dalam pikirannya, tiba-tiba aja pintu terbuka Oma Rima masuk dan menghampiri ingin memastikan jika keadaan cucu mantu dan calon cicitnya baik-baik saja. "Oma!" Pekik Arumi segera menyeka air matanya. Melihat Arumi yang seperti sedih dan menyembunyikan sesuatu darinya membuat Oma Rima semakin yakin, jika Dewa dan Laura yah sudah membuatnya sedih. "Arumi! Oma baru pulang dari rumah
Dewa memijat kening, sungguh selama ini dirinya merasa sangat bodoh karena telah tertipu oleh wanita yang begitu manipulatif seperti Laura. Nyonya Retha dan Oma Rima bernafas lega, saat melihat Laura dan Adrian telah di bawa oleh orang-orang mereka agar segera di proses. Excel menatap mommy dan Dady, meskipun jagoan kecil yang tidak mengerti tentang urusan orang dewasa tadi tapi ada senyuman bahagia di wajah lucunya lalu ia yang berada di dekat kedua orang tuanya pun bertanya. "Mommy! Apa benal paman tampan ini adalah Dady ku?" Celoteh Excel dengan nada cadel-nya sembari memegang kedua tangan kedua orang tuanya. Seketika wajah Arumi terdiam, dia masih marah pada Dewa. Akan tetapi setelah melihat bukti dan mengetahui kebenarannya membuat hatinya perlahan menjadi luluh. "Jagoan kecil! mulai sekarang jangan panggil lagi paman oke, karena kamu adalah pura Dady nak, maaf jika selama ini Dady tidak menjaga mommy dan kamu dengan baik," sesal Dewa yang perlahan berjongkok lalu memeluk da
Arumi terlihat dilema, setelah dia mengetahui semua kebenarannya tentang malam itu. Yang ternyata ulah Laura. "Jangan kembali lagi pada pria seperti Dewa. Dia hanya mencintai Laura. Dan kamu tidak akan bahagia," Adrian kembali mengingatkan. Tentu saja Dewa semakin marah dengan sikap Adrian yang terlalu ikut campur dalam hubungannya dengan Arumi. Sampai Dewa kehilangan kendali, lalu kembali melayangkan tangannya yang mendarat tepat di wajah lawan bicaranya itu.BLUGH!"Diam kau Adrian! Simpan omong kosong mu itu," Geram Dewa. Sampai membuat Adrian kembali terjatuh tersungkur ke bawah lantai. Semua orang di sana terkejut, tak ingin sampai Dewa semakin murka dengan cepatnya Doni memghampiri dan berusaha mengingatkan bosnya. "Tuan, tenanglah, jaga jangan sampai image anda terlihat buruk oleh semua orang, terutama nyonya Arumi," bisik Doni mengingatkan. Dewa berusaha menahan diri, dan Oma Rima juga menegurnya. "Dewa tenanglah, dan kamu nak Adrian berhentilah berharap pada Arumi. Dia ma
Kata-kata sindiran Dewa seolah menjadi sebuah belati tajam untuk hati Adrian, yang sebenarnya apa yang telah dia lakukan itu memang salah karena rasa cintanya yang begitu besar pada Arumi. Tak ingin mengelak lagi, Kini Adrian pun membalas kata-kata Dewa dengan penuh kepercayaan diri. "Heh! jika aku salah telah membantu Arumi agar jauh dari orang-orang toxic seperti mu," Decih Adrian dengan suara yang santai. Darah Dewa mendidih, saat mendengar kata-kata Adrian yang menyulut emosinya. Hingga membuat lelaki tampan itu menghampiri lalu meraih dan menarik kerah Adrian dengan sangat keras. Membuat Arumi kaget begitu juga dengan Excel. "Lancang sekali kau berbicara seperti itu padaku Adrian? tahu apa kau tentang aku dan istri ku!" Hardik Dewa yang sudah tidak ingin mentolerir sikap rekan bisnisnya itu. Arumi terlihat cemas dan panik, sampai dia berusaha melerai keduanya. Karena tidak ingin ada sesuatu hal yang terjadi apa lagi sampai ada yang terluka. "Cukup mas Dewa! oke, aku
"Apa! kamu bilang suster, tuan Dewa? kalian pergi ke sana?" Arumi tercengang saat baru tahu jika putranya itu entah sebuah kebetulan atau memang sengaja mencari tahu tentang Dady-nya tanpa sepengetahuan dirinya. "Iya nyonya, maaf. saya telah berbohong tadi hanya tidak tega saja melihat den Excel meminta untuk main ke rumah nenek buyut temanya," sesal sang baby sister dengan wajah yang tertunduk. Arumi menghela nafas jengah, saat mendengar kenyataan yang baru saja dia ketahui hari, dia terlihat cemas dan panik katena tidak ingin jika Dewa sampai mengetahui keberadaan mereka terutama Excel. "Arumi! apa kamu tidak apa-apa?" tanya Adrian yang ikut cemas saat melihat wajah Arumi yang terlihat sangat pucat. Arumi tersadar dari lamunannya, lalu menjawab jika dia sangat takut jika sampai Dewa mengetahui tentang Excel, mengingat perjanjian mereka berdua saat menikah. Dewa berhak mengambil hak asuh putra mereka. Tapi sebagai seorang ibu, meskipun Arumi bukan istri yang Dewa ingin
Melihat cucunya begitu bersemangat, Oma Rima menatap penuh harap punggung Dewa yang perlahan semakin menjauh dari pandanganya. Dalam hatinya kembali ada secercah harapan jika rumahnya akan kembali hangat seperti dulu. "Semoga Dewa berhasil meminta maaf dan membujuk Arumi, agar mau pulang lagi," gumam Oma Rima. Mendengar perkataan ibunya, Nyonya Margaretha datang menghampiri lalu dia mengatakan beberapa pendapatnya yang menohok. "Ck, ibu ini kenapa begitu yakin jika anak itu milik Dewa? sekaligus dia hamil pun Belum tentu darah daging Dewa. Siapa tahu Arumi selingkuh," Cibir Nyonya Retha sembari memutar kedua bola mata malasnya. Oma Rima mendelik, saat menerima celaan dari putrinya. Bahkan dia menegur agar putrinya itu menjaga ucapan dan yang penting dia meminta sebagai seorang ibu dia hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk kebahagiaan putranya. "Akh ibu ini aku bosen Mendengarnya, menurut ku tetap Laura yang terbaik untuk Dewa." Ucap Retha yang terkekeh dengan pendiriannya.
Arumi terlihat kebingungan, saat jagoan kecilnya terus menuntut jawaban tentang Dady kandungnya. "Astaga! apa yang harus aku katakan? jika Excel tahu jika mas Dewa tidak menginginkan aku dan dia pasti akan sangat sedih," Lirih Arumi dengan hati yang sangat dilema. Bahkan ia terlihat beberapa kali menghela nafas berat, sampai suster Rhini yang sudah mengikuti cukup lama begitu penasaran dengan sebenarnya apa yang sudah terjadi pada Arumi dan ayahnya Excel, tapi sebagai pengasuh ia tidak berani dan tidak mau lancang untuk bertanya tentang masalah pribadi majikanya. "Momy! kenapa masih tidak menjawab? apa mommy tega melihat aku tidak punya Dady? jika momy dan Dady ada masalah cepat selesaikan, karena aku pingin ketemu Dady," Excel menangis, dia sengaja ingin mencari tahu informasi. Arumi benar-benar tidak tega, saat melihat Excel sangat ingin tahu, tapi baginya ini bukan waktu yang tepat untuk menjelaskan dan dia sengaja berusaha untuk mengalihkan topik pembicaraan di antara mer
"Ssttt! jangan bersuara dulu, aku melihat Dewa ada di sini?" Bisik Adrian sembari mendaratkan tangannya di bibir Arumi. Mendengar perkataan Adrian, tentu saja Arumi sangat kaget sampai hampir tak percaya, karena bagaimana bisa lelaki yang pernah dia cintai itu bisa ada di rumah sakit. "Mas Dewa! bagaimana bisa dia ada di sini? apa ada seseorang yang dia temui?" Arumi sangat penasaran saat melihat Dewa yang sudah pergi keluar dari pintu utama. Adrian yang tidak suka saat Arumi membahas tentang Dewa. Dia berusaha mencoba untuk mengalihkan perhatian untuk segera menemui Excel yang sudah ada di ruangan rawat VIP. Arumi yang begitu mencemaskan jagoan kecilnya, tanpa banyak berpikir lagi kini dia pun segera pergi ke ruangan di mana Excel berada. Berharap tidak ada hal yang serius terjadi. Setelah berjalan menyusuri lobi beberapa menit, Arumi akhirnya sampai ke ruangan yang di cari dia sedikit terkejut karena ruang rawat itu biasanya di khususkan untuk para orang kaya. Suster
Suster Rini tersontak kaget, saat mendengar suara majikannya. Sampai nafasnya seolah tercekat di tenggorokannya karena saking bingung harus menjawab apa. "Suster Rini! apa kamu masih mendengar ku?" tanya Arumi yang kedua kalinya untuk memastikan. Suster Rini menghela nafas dalam-dalam lalu mengeluarkanya pelan. Baru saja wanita berseragam serba pink itu akan menjawab. Tiba -tiba saja tak sengaja Arumi mendengar suara khas pria yang begitu familiar di telinganya. "Sus! kenapa kamu tidak bilang kalau Excel ternyata punya alergi seafood?" Dewa melontarkan satu pertanyaan dengan nada tinggi. Kebetulan Arumi yang masih menunggu baby sister kepercayaannya dia sangat terkejut saat mendengar suara yang khas dan sangat familiar, membuatnya seketika mematung. Rhini menelan saliva beberapa kali, bibirnya seolah merasa terkunci saat pria yang ada di depannya menegur. "Ma-maaf tuan, saya juga sebagai pengasuh den Excel benar-benar baru tahu ternyata dia punya alergi dan nyonya tidak p
Oma Rima sangat terkejut, saat mendengar kabar jika ibu dari anak kecil yang begitu mirip dengan Dewa adalah putri dari cucu mantu yang sudah dia cari selama ini. "Rudi! kamu tidak berbohong kan? dari mana kamu dapat info itu?" Oma Rima memastikan karena dia tidak ingin jika sampai salah dengar. ¹ddfd Dan tentu saja Rudi tidak pernah memberikan informasi tanpa menemukan bukti lebih akurat dulu. "Nyonya, ini adalah data anak kecil tadi di dapat dari taman kanak-kanaknya," Jelas Rudi Sembari menyodorkan sebuah map yang berhasil dia dapatkan dari salah satu wali di sekolah bergensi itu. Oma Rima meraih dan membaca kembali isi laporan tentang indentitas Excel, jantungnya berdegup sangat kencang, perasaannya campur aduk antara terharu dan senang. "Jadi anak itu benar-benar putra Arumi? kemungkinan dia bisa jadi putra Dewa, Rudi cepat aku ingin info yang lebih akurat, ambil sampel DNA Excel," Titah Oma Rima dengan nada yang penuh penekanan. "Baik nyonya, saya akan segera menyu