Share

Bab 4

Author: santi.santi
last update Huling Na-update: 2025-02-27 17:39:57

Setelah menunggu Naya membereskan barang-barang penting yang akan dibawa dari kos-kosannya, mobil milik Aksa membawa Naya ke halaman rumah yang begitu megah.

Rumah tingkat dua itu begitu besar hingga Naya tidak berani membayangkan betapa banyak uang yang harus dikeluarkan untuk membangunnya.

Seketika rasa gugup kembali menyerang meski dia sudah mempersiapkan diri sedemikian rupa. Jadi, saat melihat Aksa mendekat ke arah pintu untuk masuk, Naya hanya bisa mengikutinya dari belakang sambil berusaha untuk rileks.

“Tidak usah gugup, ada saya.”

Naya menatap Aksa dan tersenyum tipis. “Terima kasih, Pak.”

“Ayo masuk!” 

“Iya, Pak”

Naya mengekor di belakang Aksa dan berusaha untuk menegakkan dirinya agar sebisa mungkin memperlihatkan gerak tubuh yang natural. 

Sejak kesepakatan itu dibuat, Aksa sudah begitu baik kepadanya. Jadi, sekarang adalah saatnya bagi Naya untuk membalas budi.

“Gaviinnn!” Aksa berseru memanggil nama yang Naya tau sebagai keponakannya.

“Papaaa!!!” 

Naya menatap anak yang muncul dari dalam sambil berlari. Bocah tampan berusia sekitar lima tahunan.

Hap…

Gavin langsung naik ke gendongan Aksa. Dia terlihat tertawa dengan renyah khas anak kecil.

“Wuuahh Gavin semakin berat ya ternyata?”

“Gavin kan sudah besar Papa!” Sahut Gavin yang sudah pandai berbicara.

“Iya Papa lupa, Papa ingatnya Gavin masih bayi!” 

“Itu karena Papa sibuk bekerja. Sampai lupa kalau Anaknya sudah besar!” Gavin membuat ekspresi marah yang lucu.

“Oke Papa minta maaf. Oleh karena itu, Papa bawa hadiah buat Gavin!” 

“Hadiah?” Gavin kebingungan kemudian meminta turun dari gendongan Gavin.

“Iya, Papa bawa Mama buat Gavin!” Aksa tiba-tiba menggenggam tangan Naya di depan Gavin.

“Mama??” Beo Gavin sambil menatap Naya dari atas sampai bawah seperti yang Aksa lakukan kemarin.

“Iya, ini Mama Naya. Istrinya Papa!” Aksa menjelaskan pada Gavin dengan begitu lembut.

“Apa?? Istri??” 

Naya terkejut mendengar suara lantang yang tiba-tiba datang dari arah munculnya Gavin tadi.

“Siapa yang kamu sebut istri itu Aksa?” Wanita dengan bibir merah merona dan rambut di sasak seperti gunung di bagian pucuk kepalanya itu menatap Naya dan juga Aksa secara bergantian.

"Ini Naya Ma, istriku!" 

Naya baru tau kalau wanita itu adalah Ibu dari Aksa. 

"Selamat sore Nyonya" 

Bukannya menanggapi salam dari Naya, wanita itu justru kembali menatap Aksa.

"Jangan bercanda Aksa. Kamu berani menikah tanpa restu dan ingin dari Mama!" 

"Maaf untuk itu Ma. Tapi pernikahan ini sudah terjadi, Aku mohon Mama bisa menerima Naya sebagai istriku!" 

Wanita itu kembali menatap Naya, tatapan penuh rasa tidak suka.

"Tidak akan pernah!" 

“Ada apa ribut-ribut seperti ini?” Semua yang ada di ruangan itu langsung terdiam.

Bab 4 (1002)

“Ayah, lihat cucu mu ini! Dia menikahi wanita ini tanpa persetujuan kita!” Widuri mengadu pada Ayah mertuanya. 

“Benar itu Aksa?” Pria yang sudah sepuh dengan rambut penuh uban itu manatap cucunya.

“Benar Kakek. Ini Naya, istriku!” Aksa kembali menggenggam tangan Naya di depan keluarganya.

“Selamat sore Tuan?” Naya kembali menyapa.

Tapi pria itu sama saja tidak merespon Naya seperti Widuri tadi.

“Kenapa kamu menikah secara diam-diam tanpa memberitahu Kakek dan Mamamu?” 

“Maaf Kek, aku yang tidak sabar karena ingin cepat-cepat menikahi Naya” 

“Tapi kamu harus lihat dulu siapa wanita ini Aksa! Mama tidak mau kamu menikahi wanita yang tidak jelas asal-usulnya!” Widuri kembali menyentil hati Naya.

“Sudah, tidak baik berdebat di depan Gavin. Karena Aksa sudah terlanjur menikah, mau apa lagi” 

Kakek Hardi pergi begitu saja dari hadapan Aksa, kemudian diikuti oleh Widuri yang masih belum menerima kenyataan jika Aksa telah menikah.

“Huhh” Aksa terlihat membuang nafas beratnya. Entah apa yang sedang pria itu pikirkan.

“Gavin?” Aksa berjongkok menyamakan tingginya dengan Gavin.

“Gavin mau main sama Mama?” Tanya Aksa pada keponakannya itu.

Gavin hanya diam, tapi matanya kembali menatap Naya.

“Hay, Gavin. Kita main yuk?” Ajak Naya dengan senyum manisnya. Sejak pertama kali melihat Gavin, dia langsung menyukai anak tampan itu karena memang pada dasarnya dia menyukai anak-anak.

Tanpa mengeluarkan suara atau penolakan apapun, Gavin berlari meninggalkan Aksa begitu saja.

Naya menatap itu dengan kecewa. Dia merasa benar-benar tidak di terima dengan baik di kuluarga itu.

“Maaf karena membawa mu ke dalam situasi seperti ini. Maafkan Mama dan Kakak ku tadi, mungkin ucapannya telah menyakitimu” 

“Tidak papa Pak Aksa, saya paham. Mungkin Nyonya dan Tuan masih terkejut dengan pernikahan kita. Makanya belum bisa menerima saya” 

Naya sadar akan hal itu, tapi mengingat Aksa yang sudah begitu banyak membantunya, Naya akan berusaha untuk membuat mereka menerima dirinya.

“Terima kasih untuk pengertian kamu dan untuk Gavin, dia memang seperti itu kalau berhadapan dengan orang baru. Tapi sebenarnya dia anak yang baik” 

“Saya tau kalau Gavin sebenarnya anak yang manis Pak. Saya akan berusaha lebih dekat dengan Gavin” 

Aksa mengangguk sambil tersenyum. Naya sampai tak berkedip menatap senyum Aksa yang begitu menawan. 

Ternyata benar apa kata orang-orang di kantornya, jika Aksa memang pria tampan yang penuh kharisma.

***

Aksa mengajak Naya naik ke lantai dua, di mana kamarnya berada. Naya begitu takjub melihat kamar yang begitu besar. Ukurannya bahkan berkali-kali lebih besar dari kamar kosnya.

Kamar yang terlihat manly menurut Naya dengan warna hitam dan abu-abu yang mendominasi.

Jangan lupakan harum semerbak yang sama dengan parfum mahal milik Aksa, benar-benar memanjakan hidung Naya.

“Saya sudah siapkan beberapa potong pakaian untuk kamu di lemari paling ujung. Kalau barang-barang kamu bisa dibawa besok, biar Seno yang mengantar kamu” 

“Iya Pak, terima kasih banyak” 

“Tidak perlu banyak berterima kasih sama saya. Ingat, kita ini saling membantu!” 

“Iya Pak” Namun Naya masih merasa canggung. Tetap saja apa yang Aksa lakukan untuknya itu sangatlah besar.

“Oh ya Naya, saya minta sama kamu, kalau di depan Mama atau Kakek, tolong jangan panggil saya Pak. Mereka bisa curiga dengan hubungan kita!”

“Saya mengerti Pak” Padahal Naya sendiri belum tau dia harus memanggil Aksa seperti apa.

“Istirahatlah, aku akan menemui Kakek. Nanti aku kembali lagi saat makan malam. Pakai saja bajunya kalau kamu mau mandi” 

“Iya Pak” 

“Huhhh” Naya merasa sedikit lega saat Aksa sudah keluar dari kamar itu.

“Apa nanti Pak Aksa juga akan tidur di sini?” Naya mencoba duduk di ujung ranjang. 

Rasanya benar-benar empuk, berbeda dengan kasur tipisnya di kamar kos. 

Tapi rasanya pasti akan canggung jika mereka tidur satu kamar, atau bahkan satu ranjang. 

Naya menatap sofa yang ukurannya, dia mungkin bisa tidur disana malam nanti.

Sampai sekarang, Naya masih belum percaya kalau statusnya sudah berubah menjadi istri Aksa. Seorang CEO dari perusahaan raksasa. Bukan hanya itu, Aska adalah salah satu CEO muda yang digandrungi banyak wanita karena ketampanannya. 

Namun sayang, pernikahan itu hanyalah sebuah status atas perjanjian yang saling menguntungkan.

Di ruangan lain, Aksa menghadap Kakeknya, Hardi Satya Wardana. Kalau Aksa bisa menjadi pemimpin di NN Group dan dihormati seluruh bawahan serta perusahaan yang masih dalam naungannya, sebenarnya masih ada Kakek Hardi yang ada di atas Aksa.

“Jadi benar wanita itu istrimu?” 

“Namanya Kanaya Kek!” 

“Apa yang kamu rencanakan sampai tiba-tiba menikahi wanita itu Aksa?” Kakek Hardi memutar kursinya untuk menatap Aksa.

“Tidak adanya yang aku rencanakan Kek. Maaf selama ini aku menyembunyikan hubungan ku dengan Kanaya dari Kakek. Tapi tolong restui hubungan kami Kek!” 

Kakek Hardi menatap Aksa dengan begitu dalam.

“Kamu seharusnya tau siapa keluarga kita ini Aksa. Kakek tidak mau kamu salah memilih seorang pendamping apalagi dia tidak sepadan dengan kita. Kakek tidak mau kalah dia hanya memanfaatkan kamu demi keuntungannya saja!”

“Naya bukan wanita seperti itu Kek, aku yang akan menjaminnya!” 

Kakek Hardi hanya terdiam. Pria tua itu tak banyak bicara lagi.

“Keluarlah!” Pinta Kakek Hardi.

“Tapi Kek..” Aksa masih ingin meyakinkan Kakeknya.

“Baik, Aksa keluar dulu!” Tapi tampaknya Kakeknya itu tidak mau bicara lagi kepadanya karena sudah memutar kursinya untuk memunggungi Aksa lagi.

***

Suasana makan malam benar-benar hening. Hanya suara dentingan sendok yang terdengar di sana.

Malam ini adalah makan malam paling menakutkan bagi Naya meski di depannya banyak hidangan lezat. Tapi tatapan mata dari Widuri yang terus tertuju ke arahnya membuat Naya kesulitan menelan makanan.

"Uhuk..uhuk..." Suara Gavin yang tersedak makanan membuat perhatian semua orang teralihkan.

"Gavin, pelan-pelan dong!" Widuri langsung menegur cucunya.

Sementara Naya memilih mengambil air minum untuk Gavin kemudian menepuk punggung Gavin dengan pelan. Tak lupa dia juga mengusap bibir Gavin yang basah dengan tisu.

"Sudah? Gavin nggak papa?" Tanya Naya dengan lembut.

Gavin hanya menggeleng dengan wajahnya yang kembali datar.

"Ya sudah, Gavin makan lagi ya? Tapi pelan-pelan aja!" 

Apa yang Naya lakukan itu tentu saja tak luput dari perhatian Aksa dan juga Kakek Hardi. 

Entah apa yang sedang mereka pikirkan tentang Naya saat ini. Terutama Kakek Hardi yang jelas belum bisa menerima Naya menjadi cucu menantu di keluarganya. 

"Cih, pintar sekali cari perhatian!" Cibir Widuri setelah melihat apa yang Naya lakukan untuk cucunya.

Kaugnay na kabanata

  • Istri Kesayangan Sang CEO   Bab 5

    Setelah menunggu Naya membereskan barang-barang penting yang akan dibawa dari kos-kosannya, mobil milik Aksa membawa Naya ke halaman rumah yang begitu megah. Rumah tingkat dua itu begitu besar hingga Naya tidak berani membayangkan betapa banyak uang yang harus dikeluarkan untuk membangunnya. Seketika rasa gugup kembali menyerang meski dia sudah mempersiapkan diri sedemikian rupa. Jadi, saat melihat Aksa mendekat ke arah pintu untuk masuk, Naya hanya bisa mengikutinya dari belakang sambil berusaha untuk rileks. “Tidak usah gugup, ada saya.” Naya menatap Aksa dan tersenyum tipis. “Terima kasih, Pak.” “Ayo masuk!” “Iya, Pak” Naya mengekor di belakang Aksa dan berusaha untuk menegakkan dirinya agar sebisa mungkin memperlihatkan gerak tubuh yang natural. Sejak kesepakatan itu dibuat, Aksa sudah begitu baik kepadanya. Jadi, sekarang adalah saatnya bagi Naya untuk membalas budi. “Gaviinnn!” Aksa berseru memanggil nama yang Naya tau sebagai keponakannya. “Papaaa!!!” Naya menata

    Huling Na-update : 2025-02-27
  • Istri Kesayangan Sang CEO   Bab 1

    Kamu pikir Perusahaan ini badan amal?" Sentak seorang wanita yang membuat Kanaya terkesiap. Belum habis keterkejutan Naya karena kabar yang ia terima dari rumah sakit mengenai ayahnya yang kecelakaan, dia harus kembali dikejutkan dengan bentakan dari managernya, Mirna. Keadaan saat ini sungguh tidak memberi kesempatan bagi Naya untuk sedikit saja menenangkan diri. Jantungnya yang masih berdetak dengan cemas, kini harus ditambah dengan bulir-bulir air mata yang kembali turun membasahi pipinya. "Kamu itu baru dua bulan kerja di sini! Berani-beraninya kamu mau pinjam uang dan meminta cuti? Kamu pikir perusahaan ini milik nenek moyang kamu ya??!!" Suara wanita dengan bibir merah merona itu kembali terdengar menggelegar di lorong perusahaan yang sepi hingga menarik perhatian banyak karyawan lalu lalang. Sebelum ini, Naya telah meminta Mirna untuk berbicara di ruangan wanita itu agar niatnya untuk meminta bantuan tidak didengar oleh orang lain. Namun, Mirna menolak dengan a

    Huling Na-update : 2025-02-27
  • Istri Kesayangan Sang CEO   Bab 2

    “Bagaimana?” Aksa kembali bertanya setelah melihat Naya tak kunjung memberi jawaban. "Bapak nggak sedang bercanda kan? Bagaimana bisa sebuah pernikahan—" "Sama sekali tidak, Naya.” Aksa menjawab dengan tenang. “Pernikahan ini bersifat rahasia dan hanya bertujuan untuk mendapat hak asuh atas keponakan saya. Jadi, kita bisa bercerai setelah itu terjadi.” Mendengar itu, Naya mulai agak paham dan rasa khawatirnya berangsur-angsur mulai turun. "Saya memilih kamu karena situasi kita saat ini sama sehingga kita bisa bekerja sama. Kamu mengerti kan?” tambah Aksa lagi. Naya mengangguk paham meski sebagian hatinya merasa dilema karena harus mempermainkan pernikahan. Apalagi dia kini harus membuang prinsipnya yang hanya akan menikah satu kali seumur hidup. Namun, situasi begitu mendesak serta menyangkut hidup dan mati. Jika ia tidak menyetujui permintaan Aksa, maka dari mana lagi ia bisa mendapatkan uang untuk mengoperasi ayahnya? Kalau Naya menyetujui, bagaimana dengan im

    Huling Na-update : 2025-02-27
  • Istri Kesayangan Sang CEO   Bab 3

    Keesokan harinya, Naya terbangun di sebelah tubuh ayahnya yang kini bergantung pada berbagai macam alat. Subuh tadi, setelah Aksa kembali ke Jakarta, dokter yang menangani ayahnya berkata bahwa tubuh ayahnya sama sekali tidak menunjukkan adanya tanda-tanda pemulihan, sehingga status pasiennya telah resmi berubah menjadi koma. Setiap memikirkan itu, hati Naya terasa semakin sakit. Apalagi saat melihat tangan ayahnya yang semakin keriput dan lemah. Diam-diam, Naya terus menyalahkan dirinya sendiri karena tak bisa menjaga ayahnya dan membiarkan ayahnya terus bekerja di ladang hingga berakhir ditabrak mobil saat ingin memindahkan beras yang telah digiling pulang. Melihat jam yang sudah menunjukkan pukul enam, Naya dengan berat hari bersiap untuk kembali ke Jakarta dan membahas kelanjutan kerja samanya dengan Aksa. Sebab, mau tak mau, berkas-berkas itu harus di-input ke persidangan agar proses perebutan hak asuh bisa segera dilakukan. Naya lalu mencium punggung tangan ayahnya

    Huling Na-update : 2025-02-27

Pinakabagong kabanata

  • Istri Kesayangan Sang CEO   Bab 5

    Setelah menunggu Naya membereskan barang-barang penting yang akan dibawa dari kos-kosannya, mobil milik Aksa membawa Naya ke halaman rumah yang begitu megah. Rumah tingkat dua itu begitu besar hingga Naya tidak berani membayangkan betapa banyak uang yang harus dikeluarkan untuk membangunnya. Seketika rasa gugup kembali menyerang meski dia sudah mempersiapkan diri sedemikian rupa. Jadi, saat melihat Aksa mendekat ke arah pintu untuk masuk, Naya hanya bisa mengikutinya dari belakang sambil berusaha untuk rileks. “Tidak usah gugup, ada saya.” Naya menatap Aksa dan tersenyum tipis. “Terima kasih, Pak.” “Ayo masuk!” “Iya, Pak” Naya mengekor di belakang Aksa dan berusaha untuk menegakkan dirinya agar sebisa mungkin memperlihatkan gerak tubuh yang natural. Sejak kesepakatan itu dibuat, Aksa sudah begitu baik kepadanya. Jadi, sekarang adalah saatnya bagi Naya untuk membalas budi. “Gaviinnn!” Aksa berseru memanggil nama yang Naya tau sebagai keponakannya. “Papaaa!!!” Naya menata

  • Istri Kesayangan Sang CEO   Bab 4

    Setelah menunggu Naya membereskan barang-barang penting yang akan dibawa dari kos-kosannya, mobil milik Aksa membawa Naya ke halaman rumah yang begitu megah.Rumah tingkat dua itu begitu besar hingga Naya tidak berani membayangkan betapa banyak uang yang harus dikeluarkan untuk membangunnya.Seketika rasa gugup kembali menyerang meski dia sudah mempersiapkan diri sedemikian rupa. Jadi, saat melihat Aksa mendekat ke arah pintu untuk masuk, Naya hanya bisa mengikutinya dari belakang sambil berusaha untuk rileks.“Tidak usah gugup, ada saya.”Naya menatap Aksa dan tersenyum tipis. “Terima kasih, Pak.”“Ayo masuk!” “Iya, Pak”Naya mengekor di belakang Aksa dan berusaha untuk menegakkan dirinya agar sebisa mungkin memperlihatkan gerak tubuh yang natural. Sejak kesepakatan itu dibuat, Aksa sudah begitu baik kepadanya. Jadi, sekarang adalah saatnya bagi Naya untuk membalas budi.“Gaviinnn!” Aksa berseru memanggil nama yang Naya tau sebagai keponakannya.“Papaaa!!!” Naya menatap anak yang

  • Istri Kesayangan Sang CEO   Bab 3

    Keesokan harinya, Naya terbangun di sebelah tubuh ayahnya yang kini bergantung pada berbagai macam alat. Subuh tadi, setelah Aksa kembali ke Jakarta, dokter yang menangani ayahnya berkata bahwa tubuh ayahnya sama sekali tidak menunjukkan adanya tanda-tanda pemulihan, sehingga status pasiennya telah resmi berubah menjadi koma. Setiap memikirkan itu, hati Naya terasa semakin sakit. Apalagi saat melihat tangan ayahnya yang semakin keriput dan lemah. Diam-diam, Naya terus menyalahkan dirinya sendiri karena tak bisa menjaga ayahnya dan membiarkan ayahnya terus bekerja di ladang hingga berakhir ditabrak mobil saat ingin memindahkan beras yang telah digiling pulang. Melihat jam yang sudah menunjukkan pukul enam, Naya dengan berat hari bersiap untuk kembali ke Jakarta dan membahas kelanjutan kerja samanya dengan Aksa. Sebab, mau tak mau, berkas-berkas itu harus di-input ke persidangan agar proses perebutan hak asuh bisa segera dilakukan. Naya lalu mencium punggung tangan ayahnya

  • Istri Kesayangan Sang CEO   Bab 2

    “Bagaimana?” Aksa kembali bertanya setelah melihat Naya tak kunjung memberi jawaban. "Bapak nggak sedang bercanda kan? Bagaimana bisa sebuah pernikahan—" "Sama sekali tidak, Naya.” Aksa menjawab dengan tenang. “Pernikahan ini bersifat rahasia dan hanya bertujuan untuk mendapat hak asuh atas keponakan saya. Jadi, kita bisa bercerai setelah itu terjadi.” Mendengar itu, Naya mulai agak paham dan rasa khawatirnya berangsur-angsur mulai turun. "Saya memilih kamu karena situasi kita saat ini sama sehingga kita bisa bekerja sama. Kamu mengerti kan?” tambah Aksa lagi. Naya mengangguk paham meski sebagian hatinya merasa dilema karena harus mempermainkan pernikahan. Apalagi dia kini harus membuang prinsipnya yang hanya akan menikah satu kali seumur hidup. Namun, situasi begitu mendesak serta menyangkut hidup dan mati. Jika ia tidak menyetujui permintaan Aksa, maka dari mana lagi ia bisa mendapatkan uang untuk mengoperasi ayahnya? Kalau Naya menyetujui, bagaimana dengan im

  • Istri Kesayangan Sang CEO   Bab 1

    Kamu pikir Perusahaan ini badan amal?" Sentak seorang wanita yang membuat Kanaya terkesiap. Belum habis keterkejutan Naya karena kabar yang ia terima dari rumah sakit mengenai ayahnya yang kecelakaan, dia harus kembali dikejutkan dengan bentakan dari managernya, Mirna. Keadaan saat ini sungguh tidak memberi kesempatan bagi Naya untuk sedikit saja menenangkan diri. Jantungnya yang masih berdetak dengan cemas, kini harus ditambah dengan bulir-bulir air mata yang kembali turun membasahi pipinya. "Kamu itu baru dua bulan kerja di sini! Berani-beraninya kamu mau pinjam uang dan meminta cuti? Kamu pikir perusahaan ini milik nenek moyang kamu ya??!!" Suara wanita dengan bibir merah merona itu kembali terdengar menggelegar di lorong perusahaan yang sepi hingga menarik perhatian banyak karyawan lalu lalang. Sebelum ini, Naya telah meminta Mirna untuk berbicara di ruangan wanita itu agar niatnya untuk meminta bantuan tidak didengar oleh orang lain. Namun, Mirna menolak dengan a

I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status