Share

Bab 3

Penulis: santi.santi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-27 17:05:04

Keesokan harinya, Naya terbangun di sebelah tubuh ayahnya yang kini bergantung pada berbagai macam alat.

Subuh tadi, setelah Aksa kembali ke Jakarta, dokter yang menangani ayahnya berkata bahwa tubuh ayahnya sama sekali tidak menunjukkan adanya tanda-tanda pemulihan, sehingga status pasiennya telah resmi berubah menjadi koma.

Setiap memikirkan itu, hati Naya terasa semakin sakit. Apalagi saat melihat tangan ayahnya yang semakin keriput dan lemah.

Diam-diam, Naya terus menyalahkan dirinya sendiri karena tak bisa menjaga ayahnya dan membiarkan ayahnya terus bekerja di ladang hingga berakhir ditabrak mobil saat ingin memindahkan beras yang telah digiling pulang.

Melihat jam yang sudah menunjukkan pukul enam, Naya dengan berat hari bersiap untuk kembali ke Jakarta dan membahas kelanjutan kerja samanya dengan Aksa.

Sebab, mau tak mau, berkas-berkas itu harus di-input ke persidangan agar proses perebutan hak asuh bisa segera dilakukan.

Naya lalu mencium punggung tangan ayahnya dan mencium keningnya sebagai tanda pamit sebelum meninggalkan ruangan itu dengan berat.

Dua jam kemudian, setelah menempuh perjalanan Bandung-Jakarta menggunakan KCIC, Naya sudah berdiri di depan ruangan Aksa.

"Masuk!"

Mendengar suara berat itu dari dalam, Kanaya semakin di buat gugup dan menjadi agak ragu untuk mendorong pintu itu. Sebab ini pertama kalinya dia berdiri di ruangan CEO dengan pikiran yang lebih cerah.

“Permisi, Pak Aksa.” Naya menyapa sebelum membungkuk hormat.

“Bagaimana keadaan Ayah kamu?” Aksa menatap Naya yang sudah berdiri di hadapannya.

“Belum ada perkembangan, Pak. Setelah Bapak pergi, Ayah dinyatakan koma dan belum tahu kapan akan sadar.” Naya mendadak sendu karena mengingat kondisi Ayahnya.

“Saya sudah meminta pihak rumah sakit untuk merawat Ayah kamu dengan baik. Sesuai janji saya, tidak perlu juga memikirkan biaya rumah sakit. Biarkan menjadi urusan saya”

“Terima kasih banyak, Pak” Naya tak menyangka jika atasannya begitu baik.

“Ya. Kamu juga sudah mau membantu saya. Jadi, kita sama-sama saling membantu di sini.”

Naya mengangguk dan kembali diingatkan kalau sebentar lagi mereka akan menikah di atas kertas dan hubungan mereka terjalin atas dasar kesepakatan.

“Pak Aksa, mengenai pernikahan kita..” Naya mengingatkan dengan canggung.

“Iya. Itu alasan saya memanggil kamu.” jawab Aksa sebelum menyodorkan selembar kertas di atas meja.

“Itu dokumen pernikahan kita. Seno sudah mengurusnya kemarin.”

Naya tampak menatap dokumen pernikahan yang tertera namanya di dalam sana. Sungguh hebat jika seseorang punya uang dan kuasa, bahkan dokumen pernikahan saja bisa diurus dengan secepat itu.

“Isi kontrak masih sama seperti sebelumnya. Hanya ada satu poin yang ditambah, yakni kamu akan tinggal di rumah bersama saya dan Gavin.”

“Tinggal di rumah Bapak?”

“Ya.” Aksa menjawab. “Setelah dipertimbangkan, tentu akan lebih meyakinkan kalau kamu juga tinggal di rumah saya. Tidak ada suami-istri yang tidur terpisah kan?”

Naya terkejut, tapi kemudian mengangguk karena memang masuk akal. Pihak pengadilan pasti akan mengecek status mereka dan tempat tinggal mereka sehingga akan mencurigakan kalau mereka tinggal berbeda domisili.

Namun, apabila dia tinggal di rumah pria itu, dia tentu harus bersikap seperti layaknya seorang istri dan melayaninya. Apakah setelah ini dia masih bisa menjenguk ayahnya di Bandung?

Seakan mengerti kekhawatirannya, Aksa menjawab setelah meletakkan sebuah pamflet rumah sakit di atas meja.

“Kalau kamu setuju, ayahmu akan saya pindahkan ke Jakarta. Dengan begitu kamu nggak akan perlu bolak-balik dari Bandung lagi hanya untuk menjaganya.”

Naya berjalan maju dan mengambil pamflet itu dengan tangan gemetar.

Itu adalah pamflet Aeternia Hospital, sebuah rumah sakit swasta terkenal di Jakarta Selatan yang biaya rawat inapnya sendiri hampir mencapai gajinya sebulan!

“Sa–saya pikir ini berlebihan, Pak. Saya tidak masalah kalau ayah saya dirawat di Bandung…”

“Lalu membiarkan kamu bolak-balik Bandung-Jakarta setiap dua hari sekali? Tidak, Naya. Meski pernikahan ini pura-pura, saya tetap harus memperlakukan kamu dan ayah kamu dengan baik.”

Meski Aksa tidak mempermasalahkannya, Naya kembali dihantui perasaan tidak enak. Sebab, kalau terus-terusan berada di Aeternia, maka biaya perawatan ayahnya akan sangat membengkak.

“Kalau begitu, saya juga memilih untuk memindahkan ayah saya ke rumah sakit yang lebih murah saja, Pak.”

“Kalau itu mau kamu.”

Naya tersenyum dan mengatakan terima kasih sebelum kemudian pamit undur diri untuk menyelinap keluar dari kantor Aksa dengan hati-hati.

Sebab, bagaimana pun juga hari ini dia masih cuti sehingga tidak seharusnya dia berkeliaran di kantor, apalagi terlihat keluar dari ruangan CEO.

Namun, baru saja Naya keluar dari lift khusus eksekutif dan hendak berbelok ke arah lobi, sebuah suara telah lebih dulu menghentikan langkahnya.

“Bukannya kamu cuti? Untuk apa kamu keluar dari lift eksekutif?!”

Bab terkait

  • Istri Kesayangan Sang CEO   Bab 4

    Setelah menunggu Naya membereskan barang-barang penting yang akan dibawa dari kos-kosannya, mobil milik Aksa membawa Naya ke halaman rumah yang begitu megah.Rumah tingkat dua itu begitu besar hingga Naya tidak berani membayangkan betapa banyak uang yang harus dikeluarkan untuk membangunnya.Seketika rasa gugup kembali menyerang meski dia sudah mempersiapkan diri sedemikian rupa. Jadi, saat melihat Aksa mendekat ke arah pintu untuk masuk, Naya hanya bisa mengikutinya dari belakang sambil berusaha untuk rileks.“Tidak usah gugup, ada saya.”Naya menatap Aksa dan tersenyum tipis. “Terima kasih, Pak.”“Ayo masuk!” “Iya, Pak”Naya mengekor di belakang Aksa dan berusaha untuk menegakkan dirinya agar sebisa mungkin memperlihatkan gerak tubuh yang natural. Sejak kesepakatan itu dibuat, Aksa sudah begitu baik kepadanya. Jadi, sekarang adalah saatnya bagi Naya untuk membalas budi.“Gaviinnn!” Aksa berseru memanggil nama yang Naya tau sebagai keponakannya.“Papaaa!!!” Naya menatap anak yang

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-27
  • Istri Kesayangan Sang CEO   Bab 5

    Setelah menunggu Naya membereskan barang-barang penting yang akan dibawa dari kos-kosannya, mobil milik Aksa membawa Naya ke halaman rumah yang begitu megah. Rumah tingkat dua itu begitu besar hingga Naya tidak berani membayangkan betapa banyak uang yang harus dikeluarkan untuk membangunnya. Seketika rasa gugup kembali menyerang meski dia sudah mempersiapkan diri sedemikian rupa. Jadi, saat melihat Aksa mendekat ke arah pintu untuk masuk, Naya hanya bisa mengikutinya dari belakang sambil berusaha untuk rileks. “Tidak usah gugup, ada saya.” Naya menatap Aksa dan tersenyum tipis. “Terima kasih, Pak.” “Ayo masuk!” “Iya, Pak” Naya mengekor di belakang Aksa dan berusaha untuk menegakkan dirinya agar sebisa mungkin memperlihatkan gerak tubuh yang natural. Sejak kesepakatan itu dibuat, Aksa sudah begitu baik kepadanya. Jadi, sekarang adalah saatnya bagi Naya untuk membalas budi. “Gaviinnn!” Aksa berseru memanggil nama yang Naya tau sebagai keponakannya. “Papaaa!!!” Naya menata

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-27
  • Istri Kesayangan Sang CEO   Bab 1

    Kamu pikir Perusahaan ini badan amal?" Sentak seorang wanita yang membuat Kanaya terkesiap. Belum habis keterkejutan Naya karena kabar yang ia terima dari rumah sakit mengenai ayahnya yang kecelakaan, dia harus kembali dikejutkan dengan bentakan dari managernya, Mirna. Keadaan saat ini sungguh tidak memberi kesempatan bagi Naya untuk sedikit saja menenangkan diri. Jantungnya yang masih berdetak dengan cemas, kini harus ditambah dengan bulir-bulir air mata yang kembali turun membasahi pipinya. "Kamu itu baru dua bulan kerja di sini! Berani-beraninya kamu mau pinjam uang dan meminta cuti? Kamu pikir perusahaan ini milik nenek moyang kamu ya??!!" Suara wanita dengan bibir merah merona itu kembali terdengar menggelegar di lorong perusahaan yang sepi hingga menarik perhatian banyak karyawan lalu lalang. Sebelum ini, Naya telah meminta Mirna untuk berbicara di ruangan wanita itu agar niatnya untuk meminta bantuan tidak didengar oleh orang lain. Namun, Mirna menolak dengan a

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-27
  • Istri Kesayangan Sang CEO   Bab 2

    “Bagaimana?” Aksa kembali bertanya setelah melihat Naya tak kunjung memberi jawaban. "Bapak nggak sedang bercanda kan? Bagaimana bisa sebuah pernikahan—" "Sama sekali tidak, Naya.” Aksa menjawab dengan tenang. “Pernikahan ini bersifat rahasia dan hanya bertujuan untuk mendapat hak asuh atas keponakan saya. Jadi, kita bisa bercerai setelah itu terjadi.” Mendengar itu, Naya mulai agak paham dan rasa khawatirnya berangsur-angsur mulai turun. "Saya memilih kamu karena situasi kita saat ini sama sehingga kita bisa bekerja sama. Kamu mengerti kan?” tambah Aksa lagi. Naya mengangguk paham meski sebagian hatinya merasa dilema karena harus mempermainkan pernikahan. Apalagi dia kini harus membuang prinsipnya yang hanya akan menikah satu kali seumur hidup. Namun, situasi begitu mendesak serta menyangkut hidup dan mati. Jika ia tidak menyetujui permintaan Aksa, maka dari mana lagi ia bisa mendapatkan uang untuk mengoperasi ayahnya? Kalau Naya menyetujui, bagaimana dengan im

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-27

Bab terbaru

  • Istri Kesayangan Sang CEO   Bab 5

    Setelah menunggu Naya membereskan barang-barang penting yang akan dibawa dari kos-kosannya, mobil milik Aksa membawa Naya ke halaman rumah yang begitu megah. Rumah tingkat dua itu begitu besar hingga Naya tidak berani membayangkan betapa banyak uang yang harus dikeluarkan untuk membangunnya. Seketika rasa gugup kembali menyerang meski dia sudah mempersiapkan diri sedemikian rupa. Jadi, saat melihat Aksa mendekat ke arah pintu untuk masuk, Naya hanya bisa mengikutinya dari belakang sambil berusaha untuk rileks. “Tidak usah gugup, ada saya.” Naya menatap Aksa dan tersenyum tipis. “Terima kasih, Pak.” “Ayo masuk!” “Iya, Pak” Naya mengekor di belakang Aksa dan berusaha untuk menegakkan dirinya agar sebisa mungkin memperlihatkan gerak tubuh yang natural. Sejak kesepakatan itu dibuat, Aksa sudah begitu baik kepadanya. Jadi, sekarang adalah saatnya bagi Naya untuk membalas budi. “Gaviinnn!” Aksa berseru memanggil nama yang Naya tau sebagai keponakannya. “Papaaa!!!” Naya menata

  • Istri Kesayangan Sang CEO   Bab 4

    Setelah menunggu Naya membereskan barang-barang penting yang akan dibawa dari kos-kosannya, mobil milik Aksa membawa Naya ke halaman rumah yang begitu megah.Rumah tingkat dua itu begitu besar hingga Naya tidak berani membayangkan betapa banyak uang yang harus dikeluarkan untuk membangunnya.Seketika rasa gugup kembali menyerang meski dia sudah mempersiapkan diri sedemikian rupa. Jadi, saat melihat Aksa mendekat ke arah pintu untuk masuk, Naya hanya bisa mengikutinya dari belakang sambil berusaha untuk rileks.“Tidak usah gugup, ada saya.”Naya menatap Aksa dan tersenyum tipis. “Terima kasih, Pak.”“Ayo masuk!” “Iya, Pak”Naya mengekor di belakang Aksa dan berusaha untuk menegakkan dirinya agar sebisa mungkin memperlihatkan gerak tubuh yang natural. Sejak kesepakatan itu dibuat, Aksa sudah begitu baik kepadanya. Jadi, sekarang adalah saatnya bagi Naya untuk membalas budi.“Gaviinnn!” Aksa berseru memanggil nama yang Naya tau sebagai keponakannya.“Papaaa!!!” Naya menatap anak yang

  • Istri Kesayangan Sang CEO   Bab 3

    Keesokan harinya, Naya terbangun di sebelah tubuh ayahnya yang kini bergantung pada berbagai macam alat. Subuh tadi, setelah Aksa kembali ke Jakarta, dokter yang menangani ayahnya berkata bahwa tubuh ayahnya sama sekali tidak menunjukkan adanya tanda-tanda pemulihan, sehingga status pasiennya telah resmi berubah menjadi koma. Setiap memikirkan itu, hati Naya terasa semakin sakit. Apalagi saat melihat tangan ayahnya yang semakin keriput dan lemah. Diam-diam, Naya terus menyalahkan dirinya sendiri karena tak bisa menjaga ayahnya dan membiarkan ayahnya terus bekerja di ladang hingga berakhir ditabrak mobil saat ingin memindahkan beras yang telah digiling pulang. Melihat jam yang sudah menunjukkan pukul enam, Naya dengan berat hari bersiap untuk kembali ke Jakarta dan membahas kelanjutan kerja samanya dengan Aksa. Sebab, mau tak mau, berkas-berkas itu harus di-input ke persidangan agar proses perebutan hak asuh bisa segera dilakukan. Naya lalu mencium punggung tangan ayahnya

  • Istri Kesayangan Sang CEO   Bab 2

    “Bagaimana?” Aksa kembali bertanya setelah melihat Naya tak kunjung memberi jawaban. "Bapak nggak sedang bercanda kan? Bagaimana bisa sebuah pernikahan—" "Sama sekali tidak, Naya.” Aksa menjawab dengan tenang. “Pernikahan ini bersifat rahasia dan hanya bertujuan untuk mendapat hak asuh atas keponakan saya. Jadi, kita bisa bercerai setelah itu terjadi.” Mendengar itu, Naya mulai agak paham dan rasa khawatirnya berangsur-angsur mulai turun. "Saya memilih kamu karena situasi kita saat ini sama sehingga kita bisa bekerja sama. Kamu mengerti kan?” tambah Aksa lagi. Naya mengangguk paham meski sebagian hatinya merasa dilema karena harus mempermainkan pernikahan. Apalagi dia kini harus membuang prinsipnya yang hanya akan menikah satu kali seumur hidup. Namun, situasi begitu mendesak serta menyangkut hidup dan mati. Jika ia tidak menyetujui permintaan Aksa, maka dari mana lagi ia bisa mendapatkan uang untuk mengoperasi ayahnya? Kalau Naya menyetujui, bagaimana dengan im

  • Istri Kesayangan Sang CEO   Bab 1

    Kamu pikir Perusahaan ini badan amal?" Sentak seorang wanita yang membuat Kanaya terkesiap. Belum habis keterkejutan Naya karena kabar yang ia terima dari rumah sakit mengenai ayahnya yang kecelakaan, dia harus kembali dikejutkan dengan bentakan dari managernya, Mirna. Keadaan saat ini sungguh tidak memberi kesempatan bagi Naya untuk sedikit saja menenangkan diri. Jantungnya yang masih berdetak dengan cemas, kini harus ditambah dengan bulir-bulir air mata yang kembali turun membasahi pipinya. "Kamu itu baru dua bulan kerja di sini! Berani-beraninya kamu mau pinjam uang dan meminta cuti? Kamu pikir perusahaan ini milik nenek moyang kamu ya??!!" Suara wanita dengan bibir merah merona itu kembali terdengar menggelegar di lorong perusahaan yang sepi hingga menarik perhatian banyak karyawan lalu lalang. Sebelum ini, Naya telah meminta Mirna untuk berbicara di ruangan wanita itu agar niatnya untuk meminta bantuan tidak didengar oleh orang lain. Namun, Mirna menolak dengan a

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status