“Sembarangan!” seru Yuna sambil menotok dahi Stella.“Haiya, di dunia ini memang ada yang begituan, cuma kadang susah buat dijelasin! Aku rasa ini gara-gara dia sering jahat sama orang, makanya dia dihukum.”“Ya sudah, aku bayar dulu, dasar kamu ini tukang gosip!”“Aku nggak ngegosip. Yang namanya hidup itu harus ada sedikit hiburan!”Ketika Yuna berdiri, dia melihat di ponselnya Stella masih terpampang berita terkait kecelakaan yang dialami Logan. Apakah Logan … memang mendapatkan karma? ***Setelah berpisah dengan Stella, Yuna pergi berjalan-jalan sebentar untuk melihat ada barang menarik apa yang bisa dia beli, sekalian menghabiskan waktu santai yang jarang-jarang bisa dia dapatkan. Di suatu jalan yang khusus menjual barang-barang antik tentu ada juga yang menjual barang palsu, dan semua itu bergantung kepada pengamatannya sendiri.Setelah menelusuri dua buah jalan yang cukup panjang, ada sebuah toko kecil tanpa papan nama yang menarik perhatian Yuna. Tokonya tidak besar, tapi bara
“Hus, hus. Kalau nggak mau beli, pergi sana! Jangan ganggu kerjaanku!”Orang itu bilang jangan mengganggu pekerjaannya, bukan mengganggu bisnisnya. Pemilik toko yang unik seperti ini memang menarik. Namun semakin dia seperti itu, semakin terpancing pula Yuna.“Siapa bilang aku nggak mau beli. Aku cuma belum ketemu barang yang aku suka.”“Tokoku nggak ada barang yang kamu suka, cepat pergi!”Baru pertama kali ini Yuna melihat pemilik toko yang mengusir pelanggannya. Ketika Yuna baru saja ingin berbicara, tiba-tiba dia melihat seorang pria tua keluar dari dalam dan memaki orang itu, “Ngusir orang lagi kamu?! Sudah nggak mau kerja di sini?! Kalau nggak mau kerja, pergi sana!”“Aku ….”Pria yang tadi marah-marah seketika menciut nyalinya.“Oh, ternyata kamu bukan yang punya toko …,” ucap Yuna.“Kamu ….”Emosi pria itu menyulut karena dipermalukan di depan orang lain oleh bosnya sendiri, tapi seketika itu juga ….“Mau ngomong apa lagi kamu?! Sudah kubilang berkali-kali kalau ngomong sama pe
“Kayunya punya aroma yang khas. Terus, aroma di toko ini juga banyak macamnya. Kayu yang dipakai pasti bermacam-macam, ya?”Si pemilik toko juga awalnya bingung, tapi setelah mendengar penjelasan dari Yuna, dia pun mengerti apa yang dimaksud, “Oh! Ternyata kamu seprofesi juga, ya! Bahan yang kami pakai di sini semuanya dibikin dari kayu cendana dan kayu kamper kualitas tinggi, terus ada juga kayu hitam, kayu sonokeling … pokoknya kayu apa pun semuanya ada. Kamu mau yang dari bahan apa? Kalau masih kurang puas, kami juga terima pesanan, tapi harganya tentu ….”“Kalian bisa terima pesanan custom juga?”“Bisa! Yang namanya pelanggan pasti kebutuhan dan kayu kesukaan masing-masing. Toko ini memang kecil tapi kami sanggup memenuhi kebutuhan pelanggan. Soal harga memang sedikit lebih mahal, tapi ada harga ada barang.”“Benar juga. Yang pesan custom banyak?”“Banyak sih nggak terlalu, tapi adalah beberapa dalam satu tahun, toh mereka juga ….”Ucapan si pemilik toko terhenti di tengah-tengah k
Melihat calon pelanggannya nyaris kabur, si pemilik toko pun segera menyelanya, “Tunggu. Non kalau mau dia yang bikin, semua bisa diatur. Saya jamin produk yang dibuat pasti hasilnya memuaskan!”“Bos, aku ….”“Diam kamu! Kalau kamu nggak mau kerjain, nggak usah datang lagi!”“.…”Yuna pun membayarkan deposit dan mendatangi barang yang sedang dikerjakan oleh si pemuda. Dia membungkuk untuk mengambil beberapa potongan yang ada di lantai dan bertanya, “Pak, ini aku boleh bawa pulang?”“Boleh, ambil saja!” jawab si pemilik toko, berpikir kalau itu hanyalah sisa-sisa serpihan kayu biasa.Tak jauh setelah Yuna pergi dari toko tersebut, dia mendengar ada suara langkah kaki yang mengikutinya di belakang. Yuna berhenti, dan suara langkah kaki itu juga ikut berhenti. Yuna tersenyum dan kembali berjalan, lalu dengan cepat berbelok di tikungan dan menunggu di sambil membelakang tembok. Sesuai dugaan, tak lama dia melihat sosok yang tadi mengikutinya sedang celingukan.“Nyari kau?”“.…”Berhubung a
Pemuda itu sempat terdiam selama beberapa saat, tapi dia menjawab pertanyaan itu dengan tegas, “Iya! Ada masalah?”“Nggak! Kalau memang begitu, aku mau pakai jenis kayu ini. Untuk bentuknya sekarang aku masih belum kepikiran, nanti aku kasih tahu bos kamu kalau sudah kepikiran.”“Nggak bisa!” jawab pemuda itu tergesa-gesa. “Aku nggak tahu kamu mau bikin seberapa besar, tapi bahannya pasti nggak bakal cukup.”“Kalau nggak cukup ya nggak masalah. Tinggal minta bos kamu masukkin lagi saja. Soal itu kamu nggak usah pusing, biar bos kamu saja yang pikirin.”“Tapi … stok di pabrik kayu juga sudah nggak cukup. Pokoknya kalau mau pakai kayu ini sudah nggak bisa.”Dari cara dia berbicara, Yuna merasa ada sesuatu yang tidak bisa dia ungkapkan, jadi Yuna juga tidak mau memaksanya. Yuna hanya tersenyum tipis dan berkata padanya, “Dik, kamu bohong, ya.”“Dik, umur kita paling cuma beda berapa tahun!” seru pemuda itu yang tidak suka dirinya dipanggil seperti itu, “Pokoknya kayu ini nggak bisa dipaka
“Aish ….” Pemuda itu tidak lagi marah-marah seperti sebelumnya. Kali ini dia memelankan suaranya dan posturnya juga jadi lebih santai. “Jujur saja, ya. Kayu ini nggak banyak, dan dapatnya juga susah banget. Kalau barangnya kecil, bikin satu atau dua biji masih bisa, tapi kalau barangnya gede, nggak bisa!”Dilihat dari ekspresi pemuda itu, Yuna percaya kalau apa yang dia katakan itu memang benar. Meski begitu, Yuna tetap belum menyerah, “Kalau memang kayunya selangka itu, kenapa kamu pakai buat latihan?”“Aku tadi bukan lagi latihan, tapi bikin buat diriku sendiri. Pokoknya, tolong jangan paksa aku. Kalau memang nggak ada, ya, nggak ada.”“Oke, aku nggak maksa kamu lagi,” angguk Yuna setelah mendapatkan jawaban yang dia inginkan, “Begini saja, nggak masalah kalau mau bikin pakai kayu yang lain, tapi tolong kasih aku kayu yang aku mau sedikit saja. Nggak usah banyak-banyak, kecil saja sudah cukup!”“Memangnya buat apa?” tanya pemuda itu terheran.“Kalau soal itu kamu nggak perlu tahu, ya
Siapa pula yang menduga kalau Lawson ternyata senekat ini, berani melakukan aksinya di siang bolong. Yuna menggenggam pergelangan tangan Lawson dan memelintirnya dengan sekuat tenaga. Lawson pun menjerit kesakitan, tapi dia masih tetap berdiri di posisi semula.Apa yang dilakukan oleh Yuna terlalu ceroboh. Dia tidak ingat kalau bentuk tubuh orang asing berbeda dengan bentuk tubuhnya. Pergelangan tangan Lawson jauh lebih besar dan tebal. Tenaga yang Yuna kerahkan tidak ada apa-apanya. Satu hal yang Yuna tidak sadar adalah, tindakannya ini justru membuat hasrat Lawson untuk menaklukkannya semakin besar.“Kamu ini memang cewek yang liar, ya! Tapi aku suka sama tipe kayak kamu!” kata Lawson.“Cowok bajing*n!” seru Yuna sambil menendang perut Lawson.Namun kali ini Lawson sudah siaga. Dia langsung mundur dan menangkap kaki Yuna. Namun meski berhasil menangkap kaki Yuna, Lawson tidak bisa menahan kekuatannya dan alhasil tubuhnya pun terhempas ke belakang.“Duak!”Lawson terjatuh ke lantai di
“Menurut kamu, apa yang paling penting di zaman sekarang ini? Jawabannya sudah pasti koneksi dan sumber daya! Tanpa dua hal itu, nggak bakal ada orang yang bisa bantu kamu membuka jalan. Kamu pikir bisa berjalan sampai sejauh mana kalau cuma mengandalkan diri sendiri? Aku tahu beberapa hari terakhir kamu baru saja selesai bikin produk baru, tapi kamu pikir cuma itu saja cukup buat kamu memenangkan kompetisi dan meraih penghargaan?”“Terus?” tanya Yuna balik. Dia ingin tahu apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh Lawson setelah bicara begitu panjang lebar.“Kamu harus pintar sedikit,” sambung Lawson sambil terkekeh. Dia berpikir dirinya itu keren, tapi dia tidak sadar bahwa senyumannya itu justru membuat orang merasa jijik kepadanya. Meski begitu, Lawson masih tidak hentinya memancarkan “kharisma” yang dia miliki sambil berkata, “Cewek yang pintar itu tahu kapan harus ambil kesempatan. Dan sekarang kesempatan itu sudah ada di depan mata. Tinggal lihat saja kamu pandai memanfaatkan kes
Chermiko sudah menahannya sebisa mungkin, tetapi suara gemetar bercampur dengan napas terengah-engah tetap saja menakutkan untuk didengar. Saat mendengar itu, Shane langsung terbelalak dan menyahut, “Apa?!”“Rainie … Rainie nggak ada di kamarnya!” kata Chermiko sembari menunjuk ke belakang.“Ngomong yang jelas, kenapa dia bisa nggak ada?” Ucapan ini datang dari belakang, membuat Chermiko kaget dan menoleh, dan menemukan ternyata Brandon sudah ada di belakangnya entah dari kapan.Brandon baru tidur sebentar dan belum lama terbangun. Semua masalah yang mereka alami membuat kualitas tidurnya terganggu. Anak dan istri tidak ada, dan sekarang ditambah lagi dengan sekian banyak masalah serius yang datang tak habis-habis. Bagaimana dia bisa tidur lelap? Apalagi sekarang ada dua bayi yang entah anaknya atau bukan datang membutuhkan penjagaan.Tidur singkat sudah cukup untuk memulihkan energinya, setelah itu Brandon mandi dan mengganti pakaian, lalu turun untuk melihat anak-anaknya, dan ternyat
Chermiko mulai menyadari Shane lagi-lagi terbawa oleh perasaan sedihnya. Dia pun segera melurusan, “Eh … maksudku. Aku cuma nggak menyangka ternyata kamu bisa ngurus anak juga. Kalau aku jadi kamu, aku pasti sudah panik. Tapi kalau dilihat-lihat lagi, dua anak ini mukanya lumayan mirip sama Brandon, ya. Menurut kamu gimana?”Mendengar itu, Shane melirik kedua bayi yang sedang tertidur pulas dan melihat, benar seperti yang tadi Chermiko bilang, bagian kening mereka sedikit mirip dengan Brandon, sedangkan mulut mereka mirip dengan Yuna.“Kelihatannya memang mirip, ya. Tapi kita jangan tertipu dulu. Aku merasa makin lama kita lihat jadi makin mirip. Kalau sekarang aku bilang mereka nggak mirip, apa kamu masih merasa mereka mirip?”Benar juga, andaikan mereka bukan anaknya Brandon, dengan sugesti seperti itu Chermiko percaya saja kalau mereka tidak mirip.“Waduh, aku rasanya kayak lagi berhalusinasi!” ucapnya.“Makanya sekarang kita jangan berpikir mirip atau nggak mirip dulu. Lebih baik k
“Itu normal. Dulu waktu Nathan masih kecil juga aku kayak begini,” kata Shane. “Hampir semalaman penuh kamu nggak mungkin bisa tidur. Begitu kamu taruh mereka, mereka pasti langsung nangis, jadi kamu harus gending mereka terus. Waktu itu tanganku juga sudah mau patah rasanya.”“Kamu gendong anak sendiri? Bukannya pakai pengasuh?!”“Waktu itu aku masih belum sekaya sekarang, istriku nggak mau pakai pengasuh, jadi aku yang gendong.” Shane tidak mau mengingat masa lalunya lagi karena itu hanya akan membuatnya sedih. Shane lalu menghampiri Brandon dan hendak mengambil anak itu dari tangannya. “Sudah pagi, biar aku yang jagain. Kamu istirahat dulu.”“Nggak usah!”“Jangan begini lah! Kalau kamu merasa berutang sama Yuna dan anak-anak kamu, masih ada waktu lain untuk menebus, tapi sekarang kamu harus istirahat! Kalau kamu sampai tumbang, siapa lagi yang bisa jagain mereka, dan siapa yang bisa nolongin Yuna!”Ketika mendengar itu, akhirnya Brandon mengalah dan memberikan kedua anaknya kepada S
Kemampuan medis Yuna tak diragukan membuat Fred kagum kepadanya, tetapi Yuna punya perang yang lebih penting dari itu. Lagi pula sifat Yuna yang sangat keras membuatnya tidak mungkin dijadikan kawan oleh Fred. Dibiarkan hidup juga tidak ada gunanya.“Bagus … bagus sekali!”Setelah memahami apa yang sesungguhnya terjadi, Fred menarik napas panjang dan mengatur kembali emosinya. Dia mengucapkan kata “bagus” berulang kali, dan ini merupakan pelajaran yang sangat berharga baginya. Selama ini selalu dia yang mengerjai orang lain. Tak pernah sekali pun Fred berpikir dirinya tertipu oleh sebuah trik murahan. Bukan berarti Fred bodoh karena tidak menyadari hal itu, hanya saja terlalu banyak hal yang harus dia kerjakan sehingga dia tidak bisa berpikir dengan jernih.“Yuna, kali ini kamu menang! Tapi sayang sekali kamu nggak akan bisa melihat akhir dari semua ini! Sebentar lagi kita sudah mau masuk ke tahap terakhir dari R10. kamu sudah siap?”Fred menyunggingkan seulas senyum yang aneh di waja
“Tadi kamu ada diare lagi?” Yuna bertanya.“Nggak ada,” jawab Fred menggeleng, tetapi dia marah menyadari dirinya malah dengan lugu menjawab pertanyaan yang tidak berkaitan. “Itu nggak ada urusannya! Sekarang juga aku mau obat itu!”“Sudah nggak sakit perut dan nggak diare, rasa mual juga sudah mendingan, ya? Paling cuma pusing sedikit dan kadang kaki terasa lemas. Iya, ‘kan?”Fred tertegun diberikan sederet pertanyaan oleh Yuna, dia pun mengingat lagi apa benar dia mengalami gejala yang sama seperti Yuna sebutkan.“Kayaknya … iya!”Meski sudah berkat kepada dirinya sendiri untuk tidak terbuai oleh omongannya, tetap saja tanpa sadar Fred menjawab dengan jujur. Setelah Fred menjawab, Yuna tidaklagi bertanya dan hanya tersenyum.“Kenapa kamu senyum-senyum?! Aku tanya mana obatnya, kamu malah ….”“Pencernaan kamu sehat-sehat saja, nggak kayak orang yang lagi keracunan!”“Kamu ….”Fred lantas meraba-raba perut dan memukul-mukul dadanya beberapa kali. Dia merasa memang benar sudah jauh lebi
“Gimana caranya aku bisa memastikan kalau anak-anak yang suamiku terima itu benar-benar anakku?”“Hmm? Mau beralasan apa lagi kamu?”“Nggak, aku cuma mau memastikan kalau mereka itu benar anakku, bukan anak orang lain yang dijadikan pengganti.”Sebelumnya Yuna juga sudah berpikir adanya kemungkinan ini terjadi, tetapi ketika melihat Brandon membawa kotak itu dan memeriksa napas anak-anaknya, dia hampir meneteskan air mata. Brandon dikenal sebagai orang yang sangat dingin, tetapi Yuna bisa melihat sewaktu Brandon melakukan itu, jarinya sampai gemetar. Kelihatan sekali selama beberapa hari ini dia juga sangat menderita.Semenjak memutuskan untuk masuk ke tempat ini, Yuna tidak mengira akan terperangkap di sini untuk waktu yang sangat lama, bahkan sampai anak-anaknya lahir. Sudah sebulan penuh sejak kelahiran mereka, tetapi Yuna masih bisa bisa keluar. Bahkan ada kemungkinan dia akan terperangkap di sini untuk seumur hidup.Hidup atau mati sering kali terjadi hanya dalam sekejap mata dan
“Yang perlu kita curigai sekarang adalah kalau anak-anak ini bukan punyaku, berarti mereka siapa? Dan dari mana datangnya mereka? Tapi kalau benar mereka anakku … apa mau mereka?”“Apa mungkin mereka mau menggunakan anak-anakmu untuk mengancammu?” kata Shane. “Atau ….”“Atau apa?”“Nggak, nggak apa-apa! Aku cuma asal ngomong saja.”Mendengar Shane bilang begitu, Brandon juga tidak bertanya lagi lebih dalam. Brandom mengamati raut wajah Chermiko kelihatannya kurang begitu baik. Dia tampak sangat serius dengan kening yang mengerut.“Apa pun keadaannya, anak-anak ini sudah ada di tangan kita. Kita tetap harus merawat mereka dengan baik. Kalian berdua tidur saja dulu, biar aku yang jaga mereka.”“Jangan, kamu sudah kelelahan dari beberapa hari belakangan. Banyak hal yang perlu kamu ambil keputusan langsung, jadi kamu saja yang tidur, biar aku yang jaga!” kata Shane.“Kalian berdua tidur saja. Aku dokter, biar aku yang jaga!” ucap Chermiko.“Sudah, sudah, jangan diperdebatkan lagi! Kemungki
Kotaknya sangat berat, bisa dipastikan isi kotak itu adalah sesuatu yang cukup besar. Napas Brandon mau berhenti rasanya membawa kotak itu, dia lantas membuka tutupnya dengan sangat pelan dan hati-hati ….Benar saja, di dalam kotak itu ada dua orang bayi yang terbungkus rapi dengan selimut. Kedua anak itu tertidur dengan sangat lelap. Brandon merasa sedikit lega melihat kedua anak itu, tetapi masih ada satu hal yang perlu dia pastikan. Dia mendekatkan jarinya ke hidung ke dua anak it untuk memastikan apakah mereka masih hidup. Dan ternyata ya, kedua anak itu memang sedang tertidur lelap dan masih bernapas.“Isinya benar anak-anak!” seru Brandon.Shane nyaris saja meneteskan air mata mendengar itu. Dia bahkan terlihat lebih bahagia daripada Brandon karena apa yang terjadi pada Nathan membuat dia memiliki empati yang kuat, seolah kedua anak di dalam kotak itu adalah anaknya sendiri. Selama kedua anak itu dapat mereka selamatkan, Shane masih punya harapan kalau suatu saat Nathan juga past
Hari perlahan mulai gelap sementara Brandon menunggu di lokasi yang dijanjikan. Sesuai dengan isi pesan tersebut, Brandon menunggu di jalan Tangkira dan berdiri di bawah pohon urutan keenam. Orang yang diutus oleh Edgar juga sudah bersiaga di perimeter. Begitu mereka melihat ada seseorang yang melakukan transaksi dengan Brandon, mereka akan langsung mengamankannya. Semuanya sudah berjalan sesuai rencana, tetapi Brandon masih merasa sedikit cemas meski tidak begitu tampak dari luar.Tidak pernah dia merasa setegang ini sebelumnya, bahkan ketika waktu dia pertama kali mengambil alih Setiawan Group. Membayangkan sebentar lagi dia akan bertemu dengan anak kandung yang belum pernah dia temui sebelumnya membuat detak jantung Brandon berdegup kencang, apalagi saat memikirkan kalau ini hanyalah perangkap.Bagaimana kabar Yuna dan anak-anaknya di sana? Dokter itu juga tidak pernah muncul lagi setelah dia menawarkan diri untuk menjadi mata-mata. Brandon curiga dia mungkin sudah tertangkap oleh F