“Kayunya punya aroma yang khas. Terus, aroma di toko ini juga banyak macamnya. Kayu yang dipakai pasti bermacam-macam, ya?”Si pemilik toko juga awalnya bingung, tapi setelah mendengar penjelasan dari Yuna, dia pun mengerti apa yang dimaksud, “Oh! Ternyata kamu seprofesi juga, ya! Bahan yang kami pakai di sini semuanya dibikin dari kayu cendana dan kayu kamper kualitas tinggi, terus ada juga kayu hitam, kayu sonokeling … pokoknya kayu apa pun semuanya ada. Kamu mau yang dari bahan apa? Kalau masih kurang puas, kami juga terima pesanan, tapi harganya tentu ….”“Kalian bisa terima pesanan custom juga?”“Bisa! Yang namanya pelanggan pasti kebutuhan dan kayu kesukaan masing-masing. Toko ini memang kecil tapi kami sanggup memenuhi kebutuhan pelanggan. Soal harga memang sedikit lebih mahal, tapi ada harga ada barang.”“Benar juga. Yang pesan custom banyak?”“Banyak sih nggak terlalu, tapi adalah beberapa dalam satu tahun, toh mereka juga ….”Ucapan si pemilik toko terhenti di tengah-tengah k
Melihat calon pelanggannya nyaris kabur, si pemilik toko pun segera menyelanya, “Tunggu. Non kalau mau dia yang bikin, semua bisa diatur. Saya jamin produk yang dibuat pasti hasilnya memuaskan!”“Bos, aku ….”“Diam kamu! Kalau kamu nggak mau kerjain, nggak usah datang lagi!”“.…”Yuna pun membayarkan deposit dan mendatangi barang yang sedang dikerjakan oleh si pemuda. Dia membungkuk untuk mengambil beberapa potongan yang ada di lantai dan bertanya, “Pak, ini aku boleh bawa pulang?”“Boleh, ambil saja!” jawab si pemilik toko, berpikir kalau itu hanyalah sisa-sisa serpihan kayu biasa.Tak jauh setelah Yuna pergi dari toko tersebut, dia mendengar ada suara langkah kaki yang mengikutinya di belakang. Yuna berhenti, dan suara langkah kaki itu juga ikut berhenti. Yuna tersenyum dan kembali berjalan, lalu dengan cepat berbelok di tikungan dan menunggu di sambil membelakang tembok. Sesuai dugaan, tak lama dia melihat sosok yang tadi mengikutinya sedang celingukan.“Nyari kau?”“.…”Berhubung a
Pemuda itu sempat terdiam selama beberapa saat, tapi dia menjawab pertanyaan itu dengan tegas, “Iya! Ada masalah?”“Nggak! Kalau memang begitu, aku mau pakai jenis kayu ini. Untuk bentuknya sekarang aku masih belum kepikiran, nanti aku kasih tahu bos kamu kalau sudah kepikiran.”“Nggak bisa!” jawab pemuda itu tergesa-gesa. “Aku nggak tahu kamu mau bikin seberapa besar, tapi bahannya pasti nggak bakal cukup.”“Kalau nggak cukup ya nggak masalah. Tinggal minta bos kamu masukkin lagi saja. Soal itu kamu nggak usah pusing, biar bos kamu saja yang pikirin.”“Tapi … stok di pabrik kayu juga sudah nggak cukup. Pokoknya kalau mau pakai kayu ini sudah nggak bisa.”Dari cara dia berbicara, Yuna merasa ada sesuatu yang tidak bisa dia ungkapkan, jadi Yuna juga tidak mau memaksanya. Yuna hanya tersenyum tipis dan berkata padanya, “Dik, kamu bohong, ya.”“Dik, umur kita paling cuma beda berapa tahun!” seru pemuda itu yang tidak suka dirinya dipanggil seperti itu, “Pokoknya kayu ini nggak bisa dipaka
“Aish ….” Pemuda itu tidak lagi marah-marah seperti sebelumnya. Kali ini dia memelankan suaranya dan posturnya juga jadi lebih santai. “Jujur saja, ya. Kayu ini nggak banyak, dan dapatnya juga susah banget. Kalau barangnya kecil, bikin satu atau dua biji masih bisa, tapi kalau barangnya gede, nggak bisa!”Dilihat dari ekspresi pemuda itu, Yuna percaya kalau apa yang dia katakan itu memang benar. Meski begitu, Yuna tetap belum menyerah, “Kalau memang kayunya selangka itu, kenapa kamu pakai buat latihan?”“Aku tadi bukan lagi latihan, tapi bikin buat diriku sendiri. Pokoknya, tolong jangan paksa aku. Kalau memang nggak ada, ya, nggak ada.”“Oke, aku nggak maksa kamu lagi,” angguk Yuna setelah mendapatkan jawaban yang dia inginkan, “Begini saja, nggak masalah kalau mau bikin pakai kayu yang lain, tapi tolong kasih aku kayu yang aku mau sedikit saja. Nggak usah banyak-banyak, kecil saja sudah cukup!”“Memangnya buat apa?” tanya pemuda itu terheran.“Kalau soal itu kamu nggak perlu tahu, ya
Siapa pula yang menduga kalau Lawson ternyata senekat ini, berani melakukan aksinya di siang bolong. Yuna menggenggam pergelangan tangan Lawson dan memelintirnya dengan sekuat tenaga. Lawson pun menjerit kesakitan, tapi dia masih tetap berdiri di posisi semula.Apa yang dilakukan oleh Yuna terlalu ceroboh. Dia tidak ingat kalau bentuk tubuh orang asing berbeda dengan bentuk tubuhnya. Pergelangan tangan Lawson jauh lebih besar dan tebal. Tenaga yang Yuna kerahkan tidak ada apa-apanya. Satu hal yang Yuna tidak sadar adalah, tindakannya ini justru membuat hasrat Lawson untuk menaklukkannya semakin besar.“Kamu ini memang cewek yang liar, ya! Tapi aku suka sama tipe kayak kamu!” kata Lawson.“Cowok bajing*n!” seru Yuna sambil menendang perut Lawson.Namun kali ini Lawson sudah siaga. Dia langsung mundur dan menangkap kaki Yuna. Namun meski berhasil menangkap kaki Yuna, Lawson tidak bisa menahan kekuatannya dan alhasil tubuhnya pun terhempas ke belakang.“Duak!”Lawson terjatuh ke lantai di
“Menurut kamu, apa yang paling penting di zaman sekarang ini? Jawabannya sudah pasti koneksi dan sumber daya! Tanpa dua hal itu, nggak bakal ada orang yang bisa bantu kamu membuka jalan. Kamu pikir bisa berjalan sampai sejauh mana kalau cuma mengandalkan diri sendiri? Aku tahu beberapa hari terakhir kamu baru saja selesai bikin produk baru, tapi kamu pikir cuma itu saja cukup buat kamu memenangkan kompetisi dan meraih penghargaan?”“Terus?” tanya Yuna balik. Dia ingin tahu apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh Lawson setelah bicara begitu panjang lebar.“Kamu harus pintar sedikit,” sambung Lawson sambil terkekeh. Dia berpikir dirinya itu keren, tapi dia tidak sadar bahwa senyumannya itu justru membuat orang merasa jijik kepadanya. Meski begitu, Lawson masih tidak hentinya memancarkan “kharisma” yang dia miliki sambil berkata, “Cewek yang pintar itu tahu kapan harus ambil kesempatan. Dan sekarang kesempatan itu sudah ada di depan mata. Tinggal lihat saja kamu pandai memanfaatkan kes
Lawson melarikan diri ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan. Begitu Dokter menangani, sendi yang dislokasi sudah disembuhkan, dan tulang yang patah juga sudah dibalut dengan rapi. Luka di wajah yang Lawson dapatkan ketika berkelahi dengan Logan masih belum hilang, kali ini ditambah lagi dengan kedua lengannya yang cacat.“Kamu nggak apa-apa?” tanya Valerie.Sebenarnya Valerie tahu ini bukan masalah besar, tapi Lawson marah-marah di telepon dan meminta Valerie untuk datang, jadi Valerie datang saja sekalian menenangkannya. Raut wajah Lawson terlihat jauh lebih baik setelah biaya rumah sakit dibayar dan ditemani keluar dari rumah sakit oleh Valerie.“Padahal tadi masih sehat-sehat saja, sekarang malah jadi kayak gini. Kamu lagi berantem itu ganas juga, ya!” ujar Valerie sambil membantu Lawson menaiki mobilnya.Setelah duduk yang benar, Lawson meminta Valerie memakaikan sabuk pengaman. Valerie yang sudah duduk di kursi kemudi mau tidak mau membantu dia memakaikan sabuk. Se
Sepanjang perjalanan mereka berdua tidak lagi mengobrol dan hanya sibuk dengan pikiran masing-masing. Beberapa saat kemudian, entah apa yang dipikirkan oleh Lawson yang membuatnya semakin kesal. Akhirnya dia membuka kaca mobil dan membuang puntung rokoknya ke jalanan.Valerie yang menyaksikan itu tidak berani bicara apa-apa dan fokus saja menyetir.“Kenapa kamu nggak bilang cewek itu bisa bela diri?!”Valerie awalnya terkejut, tapi perasaan itu langsung berubah menjadi rasa takut ketika dia menatap kedua mata Lawson yang ganas.“Kamu ngomong apaan? Aku nggak ngerti. Siapa yang bisa bela diri?”Pertanyaan tanpa konteks yang jelas itu membuat Valerie kebingungan apa yang sebenarnya dimaksud oleh Lawson.“Yuna! Siapa lagi?!”Hal semacam ini belum pernah terjadi sebelumnya. Tidak pernah ada satu pun wanita yang berani memukul Lawson! Dia menganggap dirinya sendiri cukup sukses dalam berinteraksi dengan lawan jenis. Cukup digoda sedikit saja, mereka akan tergila-gila. Jika masih kurang, tin
Rainie yakin dokter di sini juga pasti tidak bisa mengatasi kondisi Yuna, atau Fred tidak perlu sampai menanyakan itu kepadanya. Maka itu, Rainie jad benar-benar penasaran apa benar orang yang Fred maksud itu adalah Yuna. ***Sementara itu di kamar Yuna, sekelompok dokter masih berada di sana dengan kepala yang bercucuran keringat. Mereka sudah dari tadi menjaga supaya detak jantung Yuna tetap normal. Namun tanda-tanda vital lainnya sudah menunjukkan kondisi yang perlahan memburuk.Walau begitu setelahsekian lama merea masih belum menemukan sebab yang jelas. Membayangkan apa yang akan mereka hadapi nanti kalau sampai penyebabnya masih belum ditemukan atau Yuna sampai tewas, keringat dingin tak hentinya mengucur.“Gimana?” tanya Fred yang datang ke kamar tersebut. Dia sedikit pun tidak bisa tenang selama keadaan Yuna masih belum jelas. Yuna tidak boleh sampai mati, khususnya di saat seperti ini!Dengan raut wajah yang kalut dia melihat angka-angka di monitor. “Sampai sekarang kalian ma
Jika begitu, bukankah pemegang kekuasaan akan bergeser kepada Rainie. Bagi Fred itu justru akan menjadi ancaman yang tersembunyi di masa depan.“Untuk sementara nggak bisa,” jawab Rainie. “Aku tahu apa yang Pak Fred khawatirkan, tapi sekarang ini R20 nggak cuma mengandalkan obat saja, tapi juga hipnotis. Proses menghipnotis orang lain itu rumit banget, nggak bisa dipelajari cuma dalam waktu singkat. Hipnotis butuh sugesti ke target ….”Misalnya seperti menjentikkan jari atau mengetukkan jari ke botol sebagai sugesti, supaya dia terjerumus ke dalam hipnotisnya.“Oke, oke! Aku dengarnya saja langsung sakit kepala! Kalau memang nggak bisa ya sudah! Tapi aku mau mengingatkan satu hal, jangan lupa seberapa banyak orang yang bisa kamu kendalikan, kamu tetap harus patuh padaku. Mengerti?”“Mengerti!”Fred masih tidak sepenuhnya percaya kepada Rainie. Lebih tepatnya, dia bisa sampai di titik ini pun tidak akan pernah percaya kepada siapa pun. Sang Ratu adalah contoh yang sempurna. Sang Ratu su
“Betul. Kamu anaknya Ratu, jadi kamu orang yang paling tepat untuk pergi mencari dia! Memang seharusnya begitu, bukan?”“Benar juga. Aku anaknya, seharusnya aku yang pergi cari!”“Jadi sekarang kamu tidur saja dulu. Besok pagi baru berangkat, mengerti?”“Ya!”Setelah percakapan mereka berdua berakhir, Rainie mengetuk lagi botol dengan ringan yang menciptakan suara bising. Ross mengedipkan mata dan memejamkan matanya. Kali ini dia benar-benar tertidur lelap. Memastikan Ross memang sudah benar-benar tertidur, Rianie pun perlahan keluar dari ruangannya. Sesudah keluar, dia langsung dibawa ke kantornya Fred.Ruangan tempat Ross bekerja tadi tidak dilengkapi dengan kamera pengawas. Sebenarnya awalnya ada, tetapi setelah Ross datang, Ross meminta untuk mencopot semua, makanya Fred tidak bisa memantau apa saja yang terjadi di sana.“Gimana? Berhasil?” tanya Fred.“Selamat, Pak Fred. Semuanya berjalan sesuai harapan!”Fred jelas sangat senang mendengar itu. Kini dia tidak hanya berhasil mengen
” Kamu ….”Ross yang baru saja terbangun dari tidur lelapnya masih sedikit kebingungan dengan apa yang terjadi. Rainie menatap matanya, sembari berbicara dengan sangat perlahan, dia juga menjentikkan jarinya lagi ke botol minuman dengan irama yang konstan. “Aku Rainie, aku adalah temanmu. Aku tuanmu!”“Temanku … tuanku …?”“Ya, aku ini temanmu, dan juga tuanmu! Apa kamu masih ingat siapa dirimu?”“Aku Ross, pangeran Yuraria.”“Benar, kamu adalah pangeran. Ada apa kamu datang ke negara ini?”“Aku datang ke sini … untuk mencari mamaku, ratu Yuraria!”Rainie terkejut ketika mendengar itu karena dia tidak tahu kalau Ratu juga datang. Selama ini Rainie hanya berkomunikasi dengan Fred saja. Bisa berkomunikasi secara langsung dengan pangeran saja sudah merupakan hal yang luar biasa, tapi Rainie tak menduga kalau ternyata ratu Yuraria juga ada di negara ini?“Untuk apa kamu cari sang Ratu? Apa terjadi sesuatu sama dia?”“Aku nggak tahu. Aku nggak menemukan mamaku dari beberapa hari yang lalu!
“Aku tentu saja mau menerima, tapi syaratnya kamu harus punya jejak yang bagus, nggak punya riwayat kriminal atau riwayat perilaku buruk.”“Oh, aman! Pangean Ross, malam sudah larut. Bagaimana kalau saya tuangkan minumannya sedikit lagi sebelum Pangeran beristirahat?”“Nggak apa-apa. Sudah kubilang aku nggak mau minum terlalu banyak. Sekarang sudah larut, Fred seharusnya sudah berangkat, ‘kan?”“Iya, sekarang sudah malam, seharusnya Pak Fred sudah selesai bersiap-siap! Pangeran Ross juga sebaiknya istirahat dulu.”“Aku masih belum ngantuk, masih banyak pekerjaan. Kamu sudah boleh keluar!”Ross meraih tumpukan kertas lain di sampingnya untuk meneruskan pekerjaannya. Namun ketika baru saja mengambil tumpukan itu, kepalanya terasa pening dan rasa kantuk berat pun datang, membuatnya merasa tidak sanggup untuk melanjutkan pekerjaan. Dia menggelengkan kepala untuk membuang jauh-jauh rasa kantuk tersebut, tetapi sayangnya itu tidak banyak membantu.“Iya, Pangeran. Maaf mengganggu. Tapi sebena
Hanya dengan sekali sesap, mata Ross langsung terlihat seperti bercahaya. Meski tidak memuji secara terang-terangan, bisa dilihat dia sangat menyukainya. Satu sesap demi satu sesap terus dia minum hingga gelasnya kosong.Melihat itu, Rainie jadi yakin risiko yang dia ambil kali ini adalah pilihan yang tepat. Minuman itu jelas bukan minuman ayahnya yang sudah disimpan selama bertahun-tahun. Kalaupun iya, mana mungkin Fahrel rela melepasnya. Minuman itu hanyalah minuman beralkohol biasa yang dibuat oleh peracik lokal. Tentu Fred juga banyak membantu dengan mengeluarkan biaya agar bisa mendapatkan minuman tersebut. Untungnya minuman itu berhasil menarik hati Ross, dan yang lebih penting lagi … juga bisa membuat R20 milik Rainie digunakan kepadanya.“Bagaimana, Pangeran? Apa Pangeran suka?”“Enak juga,” kata Ross seraya mengangguk. “Aku sudah coba banyak minuman yang mengandung alkohol di sini, tapi yang kali ini benar-benar beda. Apa minuman ini ada namanya?”“Tentu ada?”“Apa?”Seraya me
“Oh ya? Kenapa kamu yakin begitu aku belum pernah coba?”Rainie pun berjalan mendekat dan menaruh minuman yang ada di nampannya ke atas meja. Minuman itu dikemas di dalam pot berbahan tanah liat yang memiliki desain kuno, tidak seperti minuman modern yang dikemas di dalam botol beling.“Karena ini alkohol khas negara saya. Pangeran pasti belum pernah lihat.”“Aku sudah sering bolak balik ke sini dan sudah coba banyak makanan khas kalian. Kamu yakin aku belum pernah coba?”“Saya yakin pasti belum, karena ini khas daerah kampung halaman saya.”“Oh, begitu ya?”“Minuman ini sudah ada bahkan waktu saya baru lahir. Papa saya menyimpannya di bawah tanah dari baru dikeluarkan sekarang. Aromanya saya jamin pasti harum. Apabila Pangeran nggak keberatan, boleh dicoba sedikit,” kata Rainie seraya menuangkannya.Benar seperti yang Rainie katakan. Begitu tutup dibuka, aroma sedapnya langsung memenuhi satu ruangan. Ross juga menghirupnya dan mengakui kalau itu adalah minuman yang bagus.“Pangeran b
Rainie menari napas panjang dan mengetuk pintu. Tak lama, dia mendengar suara seseorang yang berkata dengan logan kental Yuraria, “Masuk.”Rainie sekali lagi memastikan kalau semuanya baik-baik saja, lantas dia pun masuk ke dalam sambil membawakan minuman yang tersaji di atas nampan.“Pangeran Ross,” sapa Rainie dengan santun seraya membungkuk. Pengalaman kuliah di luar negeri membuatnya cukup fasih dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Yuraria.Ross mengenakan pakaian rumah dan sedang sibuk membaca berkas di mejanya. Dan di sisi sebelahnya terdapat berbagai macam kudapan, serta gelas yang terisi setenga oleh wine. Sepertinya, apa yang Rainie bawakan untuknya sudah tidak diperlukan lagi.“Ada apa?” tanya Ross seraya memperhatikan sosok Rainie, tetapi dia hanya melihat sekilas saja seakan penampilan Rainie tidak mempan untuk menarik perhatiannya.“Pangeran Ross, saya pelayan yang bekerja di kedutaan ini. Pak Fred menugaskan saya untuk membawakan minuman.”“Oh, Fred?”“Iya, Pak F
“Oke, kalau begitu aku kasih kamu waktu satu jam. Beresan semua pekerjaan kamu, habis itu mandi dan ganti baju, terus datang ke kantorku. Kamu kukasih tugas baru.”Rainie terkejut dan tidak begitu mengerti apa masudnya, tetapi dia tetap menjawab, “Oke.” ***Tak lama waktu berselang, Rainie sudah datang ke kantornya Fred dengan gaun panjang yang dibawakan oleh anak buahnya Fred. Bagian belakang yang memang didesain terbuka memperlihatkan tubuh Rainie yang menggoda. Namun di sisi lain pakaian seperti itu membuat Rainie merasa tidak nyaman. Dia biasanya tidak suka memakai pakaian yang terbuka, tetapi kali ini terpaksa karena ini adalah perintah langsung dari Fred.Rainie merasa seperti menjadi pekerja sosial yang diminta untuk menjamu klien. Pengalaman ini benar-benar membuat Rainie merasa tidak nyaman. Yang bisa dia tawarkan kepada orang lain adalah kecerdasan dan bakatnya. Tak pernah sekali pun dia berpikir untuk menawarkan tubuhnya kepada orang lain.“Bagus juga! Oke, coba kamu jelask