Siapa pula yang menduga kalau Lawson ternyata senekat ini, berani melakukan aksinya di siang bolong. Yuna menggenggam pergelangan tangan Lawson dan memelintirnya dengan sekuat tenaga. Lawson pun menjerit kesakitan, tapi dia masih tetap berdiri di posisi semula.Apa yang dilakukan oleh Yuna terlalu ceroboh. Dia tidak ingat kalau bentuk tubuh orang asing berbeda dengan bentuk tubuhnya. Pergelangan tangan Lawson jauh lebih besar dan tebal. Tenaga yang Yuna kerahkan tidak ada apa-apanya. Satu hal yang Yuna tidak sadar adalah, tindakannya ini justru membuat hasrat Lawson untuk menaklukkannya semakin besar.“Kamu ini memang cewek yang liar, ya! Tapi aku suka sama tipe kayak kamu!” kata Lawson.“Cowok bajing*n!” seru Yuna sambil menendang perut Lawson.Namun kali ini Lawson sudah siaga. Dia langsung mundur dan menangkap kaki Yuna. Namun meski berhasil menangkap kaki Yuna, Lawson tidak bisa menahan kekuatannya dan alhasil tubuhnya pun terhempas ke belakang.“Duak!”Lawson terjatuh ke lantai di
“Menurut kamu, apa yang paling penting di zaman sekarang ini? Jawabannya sudah pasti koneksi dan sumber daya! Tanpa dua hal itu, nggak bakal ada orang yang bisa bantu kamu membuka jalan. Kamu pikir bisa berjalan sampai sejauh mana kalau cuma mengandalkan diri sendiri? Aku tahu beberapa hari terakhir kamu baru saja selesai bikin produk baru, tapi kamu pikir cuma itu saja cukup buat kamu memenangkan kompetisi dan meraih penghargaan?”“Terus?” tanya Yuna balik. Dia ingin tahu apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh Lawson setelah bicara begitu panjang lebar.“Kamu harus pintar sedikit,” sambung Lawson sambil terkekeh. Dia berpikir dirinya itu keren, tapi dia tidak sadar bahwa senyumannya itu justru membuat orang merasa jijik kepadanya. Meski begitu, Lawson masih tidak hentinya memancarkan “kharisma” yang dia miliki sambil berkata, “Cewek yang pintar itu tahu kapan harus ambil kesempatan. Dan sekarang kesempatan itu sudah ada di depan mata. Tinggal lihat saja kamu pandai memanfaatkan kes
Lawson melarikan diri ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan. Begitu Dokter menangani, sendi yang dislokasi sudah disembuhkan, dan tulang yang patah juga sudah dibalut dengan rapi. Luka di wajah yang Lawson dapatkan ketika berkelahi dengan Logan masih belum hilang, kali ini ditambah lagi dengan kedua lengannya yang cacat.“Kamu nggak apa-apa?” tanya Valerie.Sebenarnya Valerie tahu ini bukan masalah besar, tapi Lawson marah-marah di telepon dan meminta Valerie untuk datang, jadi Valerie datang saja sekalian menenangkannya. Raut wajah Lawson terlihat jauh lebih baik setelah biaya rumah sakit dibayar dan ditemani keluar dari rumah sakit oleh Valerie.“Padahal tadi masih sehat-sehat saja, sekarang malah jadi kayak gini. Kamu lagi berantem itu ganas juga, ya!” ujar Valerie sambil membantu Lawson menaiki mobilnya.Setelah duduk yang benar, Lawson meminta Valerie memakaikan sabuk pengaman. Valerie yang sudah duduk di kursi kemudi mau tidak mau membantu dia memakaikan sabuk. Se
Sepanjang perjalanan mereka berdua tidak lagi mengobrol dan hanya sibuk dengan pikiran masing-masing. Beberapa saat kemudian, entah apa yang dipikirkan oleh Lawson yang membuatnya semakin kesal. Akhirnya dia membuka kaca mobil dan membuang puntung rokoknya ke jalanan.Valerie yang menyaksikan itu tidak berani bicara apa-apa dan fokus saja menyetir.“Kenapa kamu nggak bilang cewek itu bisa bela diri?!”Valerie awalnya terkejut, tapi perasaan itu langsung berubah menjadi rasa takut ketika dia menatap kedua mata Lawson yang ganas.“Kamu ngomong apaan? Aku nggak ngerti. Siapa yang bisa bela diri?”Pertanyaan tanpa konteks yang jelas itu membuat Valerie kebingungan apa yang sebenarnya dimaksud oleh Lawson.“Yuna! Siapa lagi?!”Hal semacam ini belum pernah terjadi sebelumnya. Tidak pernah ada satu pun wanita yang berani memukul Lawson! Dia menganggap dirinya sendiri cukup sukses dalam berinteraksi dengan lawan jenis. Cukup digoda sedikit saja, mereka akan tergila-gila. Jika masih kurang, tin
“Nggak mungkin!” bantah Lawson.“Tunggu sebentar,” ujar Valerie. Setelah memarkirkan mobilnya di depan hotel, Valerie mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan foto Yuna ke Lawson, “Kamu yakin ini orangnya?”Meski sebelumnya pernah bertemu di Argana, Valerie tidak yakin apakah Lawson masih ingat dengan wajah Yuna karena memang sudah cukup lama.“Iya, dia orangnya. Kamu yakin nggak tahu?”Mereka berdua saling bertukar pandang di tengah kebingungan yang menyelimuti.“..., kayaknya Yuna memang sudah banyak berubah,” gumam Valerie. ***Setibanya Yuna di rumah, dia menaruh barang yang baru dia beli di lemari ruang tamu, kemudian membungkus rapi serpihan kayu dengan rapi dan mandi. Sebenarnya Valerie tidak ingin buru-buru mandi, tapi karena dia tadi bersentuhan dengan Lawson dan merasa dirinya jadi kotor, mau tidak mau Yuna harus membersihkan diri.Saat itu Yuna sedang malas meladeni omongannya, jadi dia tidak terlalu banyak berpikir. Namun setelah tiba di rumah dan mengingatnya kembali, ap
Yuna begitu fokus menonton sampai dia tidak sadar kalau Brandon sudah pulang. Ketika Brandon baru saja sampai di rumah, dia melihat istrinya sedang bersantai di sofa sambil memegangi makanan ringan di tangan. Yuna menaruh makanannya sampai ke depan mulut, tapi dia tidak melahapnya. TV pun masih menyala, tapi dia bukan sedang fokus menonton. Matanya hanya menatap kosong ke depan dengan isi kepala yang sudah melayang ke mana-mana.Brandon pun menghampiri Yuna, membungkukkan tubuh dan membuka mulutnya ….Seketika itu barulah Yuna tersadar, dan ketika Brandon sudah membuka mulutnya lebar-lebar untuk melahap makanan yang ada di tangannya, Yuna langsung memasukkan makanan itu ke mulutnya sendiri secepat kilat.“Hahaha, kamu kurang cepat … umph …!”Tiba-tiba Brandon mencium Yuna dan melahap sisa makanan yang sebagian masih belum masuk ke mulut Yuna. Setelah itu Brandon menjilat sisa-sisa serbuk yang tertinggal di ujung bibirnya dan berkata, “Enak juga!”Yuna pun tercengang! Dia dibuat tak ber
“Aku mau ke kamar mandi.”Yuna beralasan ingin pergi ke kamar mandi untuk melarikan diri, tapi mana mungkin Brandon akan melepaskannya begitu saja.“Nggak boleh. Ngomong dulu, baru ke kamar mandi!” kata Brandon sembari menggenggam erat lengan Yuna.“Aduh, aku sudah kebelet!”“Kalau begitu cepat ngomong. Kan cuma sepatah dua patah kata doang. Ayo, coba ngomong sekali lagi.”“Aku ….”Rona wajah Yuna mulai memerah dan detak jantungnya berdebar semakin cepat. Akhirnya Yuna tidak tahan lagi. Dia berdiri sambil berkacak pinggang dan berkata, “Itu baru suamiku! Puas?!”Terlepas dari gestur Yuna yang perkasa, sebenarnya dalam hati dia merasa begitu canggung. Wajahnya memerah sama seperti langit senja.“Oke,” angguk Brandon tersenyum puas. “Kok, kamu malu-malu begitu? Aku kira kamu bangga punya suami kayak aku.”“…, sudah. Aku mau ke kamar mandi dulu!”Yuna pun melangkahkan kakinya ke kamar mandi, tapi tiba-tiba dia teringat dengan sesuatu dan langsung berbalik, “Oh, aku mau tanya sesuatu.”“Ap
….!!!Yuna masih nge-blank dan baru tersadar kembali setelah menatap Brandon selama beberapa detik.“Kamu gila!”“Aku tahu ini kelalaianku sampai kamu yang harus kasih kode. Tapi sekarang masih belum terlambat kalau kita berusaha,” kata Brandon.“Ka-ka-kapan aku bilang mau … punya anak?! Aku nggak pernah ngomong begitu!”Yuna tidak ingat dirinya pernah memberi kode kepada Brandon kalau dia sudah ingin punya anak, jadi mengapa Brandon tiba-tiba membicarakan hal itu? Apa pula yang dia maksud dengan berusaha?Brandon mengambil kembali kedua figurin yang tadi dia letakkan di rak dan bertanya, “Kamu beli ini bukannya mau kode kalau sudah mau punya anak?”Yuna, “….”Kenapa, sih, jalan pikiran Brandon bisa seaneh itu?!“Aku nggak ada maksud begitu. Aku cuma kebetulan lewat satu toko yang jual ukiran kayu. Aku masuk saja sekalian lihat-lihat, terus aku ketemu sama dua figurin lucu ini, jadinya aku beli, deh. Tapi bukan berarti aku mau punya anak. Kamu salah paham!”Kali ini Yuna sudah meneran
“Pangeran Ross!” sahut Brandon dengan santun, kemudian dia mengulurkan tangannya. Ross tersenyum tipis dan menjabat tangan Brandon.“Ayo masuk ke dalam!”Tanpa berlama-lama, Brandon segera menuntun Ross masuk ke dalam melewati ruang tamu dan masuk ke dalam ruang kerjanya. Brandon menutup pintu dan mengaktifkan sistem pengawasan tertutup. Tak lupa Brandon menyuguhkan segelas kopi hangat untuknya, kemudian mereka duduk melingkar.“Pangeran Ross, maaf sudah merepotkan,” kata Brandon.“Nggak apa-apa! Aku pangeran, tapi aku juga pernah melewati masa-masa sulit, apalagi tawaranmu juga menarik!” kata Ross seraya mengangguk puas.“Baguslah kalau Pangeran Ross senang. Untuk beberapa hari ke depan mohon maaf Pangeran harus menginap di sini dulu. Oh ya, ini Shane. Sebelumnya Pangeran pernah ngobrol sama dia di telepon.”“Oh, iya, aku ingat. Terima kasih, ya. Kalau bukan nasihat dari kamu, mungkin aku sudah terkena hipnotisnya!”“Sama-sama, Pangeran Ross. Terima kasih juga untuk kerja samanya!”Ro
Benar saja, sesaat kemudian Juan pun akhirnya berbicara. “Setiap manusia sudah punya takdir masing-masing. Yang harus mati biarlah mati. Kalau Yuna belum waktunya mati, dia nggak akan mati. Itu sudah hukum alam. Barang siapa yang melawan hukum alam cepat atau lambat pasti akan mati juga.”Fred sangat tidak senang mendengarnya. Dia tidak terlalu mengerti maksud Juan, tetapi dia dapat menangkap kalau Juan sedang menyindirnya. Dan dari cara bicaranya sepertinya Juan memang tahu sesuatu.“Pak Dokter, aku menghormatimu sebagai senior, dan aku juga peduli dengan kesehatan Yuna, maka itu aku datang kemari meminta bantuan. Jadi … tolong jangan bikin aku terpaksa memakai kekerasan!”“Silakan saja! Kamu pikir aku takut?”“Kamu …. Detak jantung Yuna sekarang lambat banget dan dia bisa mati kapan saja. Aku sudah bermurah hati mau jauh-jauh datang ke sini minta bantuan. Kalau kamu masih menolak, Yuna bisa mati! Aku tahu dengan kemampuan sehebat kamu, jual mahal itu wajar. Tapi yang perlu ditolong k
Fred tak terbiasa dengan bau itu. Spontan dia menutup hidungnya dan terbatuk beberapa kali. Suara batuknya berhasil menarik perhatian Juan, membuatnya melirik ke arah Fred untuk sesaat, tetapi kemudian dia langsung sibuk kembali dengan obatnya.“Halo, Pak Dokter! Aku mau minta tolong sesuatu, tapi Pak Dokter susah banget untuk ditemui!” kata Fred sembari tersenyum. Dia mendekat dan hendak duduk. Namun saat dia baru mau duduk, Juan berkata, “Jangan bergerak!”Fred yang kaget seketika mematung dan menatap dengan penuh keheranan.“Ada apa?”“Kursi itu sudah mau rubuh, duduk di sana saja!”Fred menoleh dan kehilangan kata-kata. Kursi yang ditunjuk itu adalah kursi kecil untuk anak-anak. Kalau Fred mendudukinya, dia pasti akan merasa tidak nyaman, jadi dia tidak mau duduk dan berkata, “Nggak apa-apa. Aku berdiri saja. Pak Dokter, aku langsung saja ke intinya. Kami pasti sudah tahu siapa aku. Aku datang bermaksud meminta tolong.”“Minta tolong? Aku sudah bertahun-tahun nggak pernah turun tan
“Kalau sudah ketemu cepat bawa dia ke sini!”“Tapi, Pak Fred, dia nggak mau datang! Kami nggak bisa memaksa dia. Takutnya kalau membuat keributan malah menarik perhatian polisi.”Sebelumnya Fred sudah cukup membuat pihak berwenang curiga padanya, dan jika kali ini dia membuat kegaduhan lagi, pihak berwenang pasti akan langsung menyadarinya. Di luar itu, dokter ini juga sangat dikenal baik oleh masyarakat setempat. Mereka bahkan tidak bisa masuk ke area halaman depan rumahnya. Mereka hanya menemukan tempatnya dan langsung melapor kepada Fred. Saat ini mereka masih berada di luar dan tidak berani masuk, tetapi juga tidak berani pergi.“... dia mau berapa? Langsung saja kasih tawaran!”“Bukan itu, Pak Fred! Dokter ini nggak peduli dengan ketenaran atau bayarannya. Ini bukan masalah uang.”“Masih ada orang yang nggak mau uang? Alasan apa itu! Mungkin uangnya kurang! Kasih saja semua yang kita punya! Aku nggak percaya di dunia ini masih ada orang yang nggak tergoda sama uang!”Namun setelah
Keesokan hariya pagi-pagi Ross sudah pergi meninggalkan gedung kedutaan. Mobilnya menaiki jalan tol guna menghindari perhatian banyak orang. Dia tidak mau ada yang tahu ke mana dia pergi, maka dari itu dia tidak menggunakan pesawat dan lebih memilih melakukan perjalanan darat dengan mobil. Pertama-ptama dia pergi meninggalkan area ibu kota, lalu menukar mobil dan mengarah ke selatan untuk mencari ibunya.Fred, yang sedang berdiri di balkon melihat Ross perlahan pergi, menunjukan senyum puas di wajahnya. Rainie yang berdiri di samping melihat senyumannya itu tahu kalau dia sudah berhasil membuat Fred senang.“Ross sudah pergi, tapi dia pasti bakal balik lagi kalau nggak bisa menemukan Ratu,” kata Rainie.“Aku sudah tahu! Tapi begitu dia balik nanti, apa yang perlu kukerjakan sudah selesai. Di luar itu … bukannya kamu sudah mengendalikan pikiran dia? Kamu bisa suruh dia datang dan pergi kapan saja!”“.…”“Kenapa? Apa aku salah?”“Nggak. Pak Fred benar!”“Nah, itu yang mau kudengar! Kalau
“Dasar sampah kalian! Sekumpulan sampah! Kalian semua mengaku-ngaku dokter hebat, profesional, berpengalaman,tapi apa yang kalian bisa?!”Selagi Fred membentak-bentak mereka, salah satu dokter berkata dengan lirih, “Pak Fred, bukannya ilmu kami yang nggak sampai, tapi akupunktur ini ilmu yang khas berasal dari negara ini. Kami semua nggak pernah mempelajarinya, makanya nggak ada yang bisa!”“Kalau begitu siapa yang bisa? Apa aku harus bantu kalian cari dokter di sini?!”“Soal itu ….”“Mau ngomong apa lagi kamu! Kenapa malah gagap begitu?! Ngomong yang jelas!”“Anu ….”“Malah anu-anu. Kalau masih nggak ngomong juga, kukubur hidup-hidup kalian semua!”Mendengar itu seketika membuat mereka ketakutan dan langsung mengatakannya dengan lugas. “Begini, Pak Fred. Sebenarnya di negara ini ada dokter yang terkenal dengan kehebatannya, tapi dia sudah jarang muncul dan sudah lama mengasingkan diri, jadi kami nggak yakin apa bisa minta pertolongan dia. Kalau bisa, mungkin kita masih punya harapan.”
Rainie yakin dokter di sini juga pasti tidak bisa mengatasi kondisi Yuna, atau Fred tidak perlu sampai menanyakan itu kepadanya. Maka itu, Rainie jad benar-benar penasaran apa benar orang yang Fred maksud itu adalah Yuna. ***Sementara itu di kamar Yuna, sekelompok dokter masih berada di sana dengan kepala yang bercucuran keringat. Mereka sudah dari tadi menjaga supaya detak jantung Yuna tetap normal. Namun tanda-tanda vital lainnya sudah menunjukkan kondisi yang perlahan memburuk.Walau begitu setelahsekian lama merea masih belum menemukan sebab yang jelas. Membayangkan apa yang akan mereka hadapi nanti kalau sampai penyebabnya masih belum ditemukan atau Yuna sampai tewas, keringat dingin tak hentinya mengucur.“Gimana?” tanya Fred yang datang ke kamar tersebut. Dia sedikit pun tidak bisa tenang selama keadaan Yuna masih belum jelas. Yuna tidak boleh sampai mati, khususnya di saat seperti ini!Dengan raut wajah yang kalut dia melihat angka-angka di monitor. “Sampai sekarang kalian ma
Jika begitu, bukankah pemegang kekuasaan akan bergeser kepada Rainie. Bagi Fred itu justru akan menjadi ancaman yang tersembunyi di masa depan.“Untuk sementara nggak bisa,” jawab Rainie. “Aku tahu apa yang Pak Fred khawatirkan, tapi sekarang ini R20 nggak cuma mengandalkan obat saja, tapi juga hipnotis. Proses menghipnotis orang lain itu rumit banget, nggak bisa dipelajari cuma dalam waktu singkat. Hipnotis butuh sugesti ke target ….”Misalnya seperti menjentikkan jari atau mengetukkan jari ke botol sebagai sugesti, supaya dia terjerumus ke dalam hipnotisnya.“Oke, oke! Aku dengarnya saja langsung sakit kepala! Kalau memang nggak bisa ya sudah! Tapi aku mau mengingatkan satu hal, jangan lupa seberapa banyak orang yang bisa kamu kendalikan, kamu tetap harus patuh padaku. Mengerti?”“Mengerti!”Fred masih tidak sepenuhnya percaya kepada Rainie. Lebih tepatnya, dia bisa sampai di titik ini pun tidak akan pernah percaya kepada siapa pun. Sang Ratu adalah contoh yang sempurna. Sang Ratu su
“Betul. Kamu anaknya Ratu, jadi kamu orang yang paling tepat untuk pergi mencari dia! Memang seharusnya begitu, bukan?”“Benar juga. Aku anaknya, seharusnya aku yang pergi cari!”“Jadi sekarang kamu tidur saja dulu. Besok pagi baru berangkat, mengerti?”“Ya!”Setelah percakapan mereka berdua berakhir, Rainie mengetuk lagi botol dengan ringan yang menciptakan suara bising. Ross mengedipkan mata dan memejamkan matanya. Kali ini dia benar-benar tertidur lelap. Memastikan Ross memang sudah benar-benar tertidur, Rianie pun perlahan keluar dari ruangannya. Sesudah keluar, dia langsung dibawa ke kantornya Fred.Ruangan tempat Ross bekerja tadi tidak dilengkapi dengan kamera pengawas. Sebenarnya awalnya ada, tetapi setelah Ross datang, Ross meminta untuk mencopot semua, makanya Fred tidak bisa memantau apa saja yang terjadi di sana.“Gimana? Berhasil?” tanya Fred.“Selamat, Pak Fred. Semuanya berjalan sesuai harapan!”Fred jelas sangat senang mendengar itu. Kini dia tidak hanya berhasil mengen