“Aish ….” Pemuda itu tidak lagi marah-marah seperti sebelumnya. Kali ini dia memelankan suaranya dan posturnya juga jadi lebih santai. “Jujur saja, ya. Kayu ini nggak banyak, dan dapatnya juga susah banget. Kalau barangnya kecil, bikin satu atau dua biji masih bisa, tapi kalau barangnya gede, nggak bisa!”Dilihat dari ekspresi pemuda itu, Yuna percaya kalau apa yang dia katakan itu memang benar. Meski begitu, Yuna tetap belum menyerah, “Kalau memang kayunya selangka itu, kenapa kamu pakai buat latihan?”“Aku tadi bukan lagi latihan, tapi bikin buat diriku sendiri. Pokoknya, tolong jangan paksa aku. Kalau memang nggak ada, ya, nggak ada.”“Oke, aku nggak maksa kamu lagi,” angguk Yuna setelah mendapatkan jawaban yang dia inginkan, “Begini saja, nggak masalah kalau mau bikin pakai kayu yang lain, tapi tolong kasih aku kayu yang aku mau sedikit saja. Nggak usah banyak-banyak, kecil saja sudah cukup!”“Memangnya buat apa?” tanya pemuda itu terheran.“Kalau soal itu kamu nggak perlu tahu, ya
Siapa pula yang menduga kalau Lawson ternyata senekat ini, berani melakukan aksinya di siang bolong. Yuna menggenggam pergelangan tangan Lawson dan memelintirnya dengan sekuat tenaga. Lawson pun menjerit kesakitan, tapi dia masih tetap berdiri di posisi semula.Apa yang dilakukan oleh Yuna terlalu ceroboh. Dia tidak ingat kalau bentuk tubuh orang asing berbeda dengan bentuk tubuhnya. Pergelangan tangan Lawson jauh lebih besar dan tebal. Tenaga yang Yuna kerahkan tidak ada apa-apanya. Satu hal yang Yuna tidak sadar adalah, tindakannya ini justru membuat hasrat Lawson untuk menaklukkannya semakin besar.“Kamu ini memang cewek yang liar, ya! Tapi aku suka sama tipe kayak kamu!” kata Lawson.“Cowok bajing*n!” seru Yuna sambil menendang perut Lawson.Namun kali ini Lawson sudah siaga. Dia langsung mundur dan menangkap kaki Yuna. Namun meski berhasil menangkap kaki Yuna, Lawson tidak bisa menahan kekuatannya dan alhasil tubuhnya pun terhempas ke belakang.“Duak!”Lawson terjatuh ke lantai di
“Menurut kamu, apa yang paling penting di zaman sekarang ini? Jawabannya sudah pasti koneksi dan sumber daya! Tanpa dua hal itu, nggak bakal ada orang yang bisa bantu kamu membuka jalan. Kamu pikir bisa berjalan sampai sejauh mana kalau cuma mengandalkan diri sendiri? Aku tahu beberapa hari terakhir kamu baru saja selesai bikin produk baru, tapi kamu pikir cuma itu saja cukup buat kamu memenangkan kompetisi dan meraih penghargaan?”“Terus?” tanya Yuna balik. Dia ingin tahu apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh Lawson setelah bicara begitu panjang lebar.“Kamu harus pintar sedikit,” sambung Lawson sambil terkekeh. Dia berpikir dirinya itu keren, tapi dia tidak sadar bahwa senyumannya itu justru membuat orang merasa jijik kepadanya. Meski begitu, Lawson masih tidak hentinya memancarkan “kharisma” yang dia miliki sambil berkata, “Cewek yang pintar itu tahu kapan harus ambil kesempatan. Dan sekarang kesempatan itu sudah ada di depan mata. Tinggal lihat saja kamu pandai memanfaatkan kes
Lawson melarikan diri ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan. Begitu Dokter menangani, sendi yang dislokasi sudah disembuhkan, dan tulang yang patah juga sudah dibalut dengan rapi. Luka di wajah yang Lawson dapatkan ketika berkelahi dengan Logan masih belum hilang, kali ini ditambah lagi dengan kedua lengannya yang cacat.“Kamu nggak apa-apa?” tanya Valerie.Sebenarnya Valerie tahu ini bukan masalah besar, tapi Lawson marah-marah di telepon dan meminta Valerie untuk datang, jadi Valerie datang saja sekalian menenangkannya. Raut wajah Lawson terlihat jauh lebih baik setelah biaya rumah sakit dibayar dan ditemani keluar dari rumah sakit oleh Valerie.“Padahal tadi masih sehat-sehat saja, sekarang malah jadi kayak gini. Kamu lagi berantem itu ganas juga, ya!” ujar Valerie sambil membantu Lawson menaiki mobilnya.Setelah duduk yang benar, Lawson meminta Valerie memakaikan sabuk pengaman. Valerie yang sudah duduk di kursi kemudi mau tidak mau membantu dia memakaikan sabuk. Se
Sepanjang perjalanan mereka berdua tidak lagi mengobrol dan hanya sibuk dengan pikiran masing-masing. Beberapa saat kemudian, entah apa yang dipikirkan oleh Lawson yang membuatnya semakin kesal. Akhirnya dia membuka kaca mobil dan membuang puntung rokoknya ke jalanan.Valerie yang menyaksikan itu tidak berani bicara apa-apa dan fokus saja menyetir.“Kenapa kamu nggak bilang cewek itu bisa bela diri?!”Valerie awalnya terkejut, tapi perasaan itu langsung berubah menjadi rasa takut ketika dia menatap kedua mata Lawson yang ganas.“Kamu ngomong apaan? Aku nggak ngerti. Siapa yang bisa bela diri?”Pertanyaan tanpa konteks yang jelas itu membuat Valerie kebingungan apa yang sebenarnya dimaksud oleh Lawson.“Yuna! Siapa lagi?!”Hal semacam ini belum pernah terjadi sebelumnya. Tidak pernah ada satu pun wanita yang berani memukul Lawson! Dia menganggap dirinya sendiri cukup sukses dalam berinteraksi dengan lawan jenis. Cukup digoda sedikit saja, mereka akan tergila-gila. Jika masih kurang, tin
“Nggak mungkin!” bantah Lawson.“Tunggu sebentar,” ujar Valerie. Setelah memarkirkan mobilnya di depan hotel, Valerie mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan foto Yuna ke Lawson, “Kamu yakin ini orangnya?”Meski sebelumnya pernah bertemu di Argana, Valerie tidak yakin apakah Lawson masih ingat dengan wajah Yuna karena memang sudah cukup lama.“Iya, dia orangnya. Kamu yakin nggak tahu?”Mereka berdua saling bertukar pandang di tengah kebingungan yang menyelimuti.“..., kayaknya Yuna memang sudah banyak berubah,” gumam Valerie. ***Setibanya Yuna di rumah, dia menaruh barang yang baru dia beli di lemari ruang tamu, kemudian membungkus rapi serpihan kayu dengan rapi dan mandi. Sebenarnya Valerie tidak ingin buru-buru mandi, tapi karena dia tadi bersentuhan dengan Lawson dan merasa dirinya jadi kotor, mau tidak mau Yuna harus membersihkan diri.Saat itu Yuna sedang malas meladeni omongannya, jadi dia tidak terlalu banyak berpikir. Namun setelah tiba di rumah dan mengingatnya kembali, ap
Yuna begitu fokus menonton sampai dia tidak sadar kalau Brandon sudah pulang. Ketika Brandon baru saja sampai di rumah, dia melihat istrinya sedang bersantai di sofa sambil memegangi makanan ringan di tangan. Yuna menaruh makanannya sampai ke depan mulut, tapi dia tidak melahapnya. TV pun masih menyala, tapi dia bukan sedang fokus menonton. Matanya hanya menatap kosong ke depan dengan isi kepala yang sudah melayang ke mana-mana.Brandon pun menghampiri Yuna, membungkukkan tubuh dan membuka mulutnya ….Seketika itu barulah Yuna tersadar, dan ketika Brandon sudah membuka mulutnya lebar-lebar untuk melahap makanan yang ada di tangannya, Yuna langsung memasukkan makanan itu ke mulutnya sendiri secepat kilat.“Hahaha, kamu kurang cepat … umph …!”Tiba-tiba Brandon mencium Yuna dan melahap sisa makanan yang sebagian masih belum masuk ke mulut Yuna. Setelah itu Brandon menjilat sisa-sisa serbuk yang tertinggal di ujung bibirnya dan berkata, “Enak juga!”Yuna pun tercengang! Dia dibuat tak ber
“Aku mau ke kamar mandi.”Yuna beralasan ingin pergi ke kamar mandi untuk melarikan diri, tapi mana mungkin Brandon akan melepaskannya begitu saja.“Nggak boleh. Ngomong dulu, baru ke kamar mandi!” kata Brandon sembari menggenggam erat lengan Yuna.“Aduh, aku sudah kebelet!”“Kalau begitu cepat ngomong. Kan cuma sepatah dua patah kata doang. Ayo, coba ngomong sekali lagi.”“Aku ….”Rona wajah Yuna mulai memerah dan detak jantungnya berdebar semakin cepat. Akhirnya Yuna tidak tahan lagi. Dia berdiri sambil berkacak pinggang dan berkata, “Itu baru suamiku! Puas?!”Terlepas dari gestur Yuna yang perkasa, sebenarnya dalam hati dia merasa begitu canggung. Wajahnya memerah sama seperti langit senja.“Oke,” angguk Brandon tersenyum puas. “Kok, kamu malu-malu begitu? Aku kira kamu bangga punya suami kayak aku.”“…, sudah. Aku mau ke kamar mandi dulu!”Yuna pun melangkahkan kakinya ke kamar mandi, tapi tiba-tiba dia teringat dengan sesuatu dan langsung berbalik, “Oh, aku mau tanya sesuatu.”“Ap