Pemuda itu sempat terdiam selama beberapa saat, tapi dia menjawab pertanyaan itu dengan tegas, “Iya! Ada masalah?”“Nggak! Kalau memang begitu, aku mau pakai jenis kayu ini. Untuk bentuknya sekarang aku masih belum kepikiran, nanti aku kasih tahu bos kamu kalau sudah kepikiran.”“Nggak bisa!” jawab pemuda itu tergesa-gesa. “Aku nggak tahu kamu mau bikin seberapa besar, tapi bahannya pasti nggak bakal cukup.”“Kalau nggak cukup ya nggak masalah. Tinggal minta bos kamu masukkin lagi saja. Soal itu kamu nggak usah pusing, biar bos kamu saja yang pikirin.”“Tapi … stok di pabrik kayu juga sudah nggak cukup. Pokoknya kalau mau pakai kayu ini sudah nggak bisa.”Dari cara dia berbicara, Yuna merasa ada sesuatu yang tidak bisa dia ungkapkan, jadi Yuna juga tidak mau memaksanya. Yuna hanya tersenyum tipis dan berkata padanya, “Dik, kamu bohong, ya.”“Dik, umur kita paling cuma beda berapa tahun!” seru pemuda itu yang tidak suka dirinya dipanggil seperti itu, “Pokoknya kayu ini nggak bisa dipaka
“Aish ….” Pemuda itu tidak lagi marah-marah seperti sebelumnya. Kali ini dia memelankan suaranya dan posturnya juga jadi lebih santai. “Jujur saja, ya. Kayu ini nggak banyak, dan dapatnya juga susah banget. Kalau barangnya kecil, bikin satu atau dua biji masih bisa, tapi kalau barangnya gede, nggak bisa!”Dilihat dari ekspresi pemuda itu, Yuna percaya kalau apa yang dia katakan itu memang benar. Meski begitu, Yuna tetap belum menyerah, “Kalau memang kayunya selangka itu, kenapa kamu pakai buat latihan?”“Aku tadi bukan lagi latihan, tapi bikin buat diriku sendiri. Pokoknya, tolong jangan paksa aku. Kalau memang nggak ada, ya, nggak ada.”“Oke, aku nggak maksa kamu lagi,” angguk Yuna setelah mendapatkan jawaban yang dia inginkan, “Begini saja, nggak masalah kalau mau bikin pakai kayu yang lain, tapi tolong kasih aku kayu yang aku mau sedikit saja. Nggak usah banyak-banyak, kecil saja sudah cukup!”“Memangnya buat apa?” tanya pemuda itu terheran.“Kalau soal itu kamu nggak perlu tahu, ya
Siapa pula yang menduga kalau Lawson ternyata senekat ini, berani melakukan aksinya di siang bolong. Yuna menggenggam pergelangan tangan Lawson dan memelintirnya dengan sekuat tenaga. Lawson pun menjerit kesakitan, tapi dia masih tetap berdiri di posisi semula.Apa yang dilakukan oleh Yuna terlalu ceroboh. Dia tidak ingat kalau bentuk tubuh orang asing berbeda dengan bentuk tubuhnya. Pergelangan tangan Lawson jauh lebih besar dan tebal. Tenaga yang Yuna kerahkan tidak ada apa-apanya. Satu hal yang Yuna tidak sadar adalah, tindakannya ini justru membuat hasrat Lawson untuk menaklukkannya semakin besar.“Kamu ini memang cewek yang liar, ya! Tapi aku suka sama tipe kayak kamu!” kata Lawson.“Cowok bajing*n!” seru Yuna sambil menendang perut Lawson.Namun kali ini Lawson sudah siaga. Dia langsung mundur dan menangkap kaki Yuna. Namun meski berhasil menangkap kaki Yuna, Lawson tidak bisa menahan kekuatannya dan alhasil tubuhnya pun terhempas ke belakang.“Duak!”Lawson terjatuh ke lantai di
“Menurut kamu, apa yang paling penting di zaman sekarang ini? Jawabannya sudah pasti koneksi dan sumber daya! Tanpa dua hal itu, nggak bakal ada orang yang bisa bantu kamu membuka jalan. Kamu pikir bisa berjalan sampai sejauh mana kalau cuma mengandalkan diri sendiri? Aku tahu beberapa hari terakhir kamu baru saja selesai bikin produk baru, tapi kamu pikir cuma itu saja cukup buat kamu memenangkan kompetisi dan meraih penghargaan?”“Terus?” tanya Yuna balik. Dia ingin tahu apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh Lawson setelah bicara begitu panjang lebar.“Kamu harus pintar sedikit,” sambung Lawson sambil terkekeh. Dia berpikir dirinya itu keren, tapi dia tidak sadar bahwa senyumannya itu justru membuat orang merasa jijik kepadanya. Meski begitu, Lawson masih tidak hentinya memancarkan “kharisma” yang dia miliki sambil berkata, “Cewek yang pintar itu tahu kapan harus ambil kesempatan. Dan sekarang kesempatan itu sudah ada di depan mata. Tinggal lihat saja kamu pandai memanfaatkan kes
Lawson melarikan diri ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan. Begitu Dokter menangani, sendi yang dislokasi sudah disembuhkan, dan tulang yang patah juga sudah dibalut dengan rapi. Luka di wajah yang Lawson dapatkan ketika berkelahi dengan Logan masih belum hilang, kali ini ditambah lagi dengan kedua lengannya yang cacat.“Kamu nggak apa-apa?” tanya Valerie.Sebenarnya Valerie tahu ini bukan masalah besar, tapi Lawson marah-marah di telepon dan meminta Valerie untuk datang, jadi Valerie datang saja sekalian menenangkannya. Raut wajah Lawson terlihat jauh lebih baik setelah biaya rumah sakit dibayar dan ditemani keluar dari rumah sakit oleh Valerie.“Padahal tadi masih sehat-sehat saja, sekarang malah jadi kayak gini. Kamu lagi berantem itu ganas juga, ya!” ujar Valerie sambil membantu Lawson menaiki mobilnya.Setelah duduk yang benar, Lawson meminta Valerie memakaikan sabuk pengaman. Valerie yang sudah duduk di kursi kemudi mau tidak mau membantu dia memakaikan sabuk. Se
Sepanjang perjalanan mereka berdua tidak lagi mengobrol dan hanya sibuk dengan pikiran masing-masing. Beberapa saat kemudian, entah apa yang dipikirkan oleh Lawson yang membuatnya semakin kesal. Akhirnya dia membuka kaca mobil dan membuang puntung rokoknya ke jalanan.Valerie yang menyaksikan itu tidak berani bicara apa-apa dan fokus saja menyetir.“Kenapa kamu nggak bilang cewek itu bisa bela diri?!”Valerie awalnya terkejut, tapi perasaan itu langsung berubah menjadi rasa takut ketika dia menatap kedua mata Lawson yang ganas.“Kamu ngomong apaan? Aku nggak ngerti. Siapa yang bisa bela diri?”Pertanyaan tanpa konteks yang jelas itu membuat Valerie kebingungan apa yang sebenarnya dimaksud oleh Lawson.“Yuna! Siapa lagi?!”Hal semacam ini belum pernah terjadi sebelumnya. Tidak pernah ada satu pun wanita yang berani memukul Lawson! Dia menganggap dirinya sendiri cukup sukses dalam berinteraksi dengan lawan jenis. Cukup digoda sedikit saja, mereka akan tergila-gila. Jika masih kurang, tin
“Nggak mungkin!” bantah Lawson.“Tunggu sebentar,” ujar Valerie. Setelah memarkirkan mobilnya di depan hotel, Valerie mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan foto Yuna ke Lawson, “Kamu yakin ini orangnya?”Meski sebelumnya pernah bertemu di Argana, Valerie tidak yakin apakah Lawson masih ingat dengan wajah Yuna karena memang sudah cukup lama.“Iya, dia orangnya. Kamu yakin nggak tahu?”Mereka berdua saling bertukar pandang di tengah kebingungan yang menyelimuti.“..., kayaknya Yuna memang sudah banyak berubah,” gumam Valerie. ***Setibanya Yuna di rumah, dia menaruh barang yang baru dia beli di lemari ruang tamu, kemudian membungkus rapi serpihan kayu dengan rapi dan mandi. Sebenarnya Valerie tidak ingin buru-buru mandi, tapi karena dia tadi bersentuhan dengan Lawson dan merasa dirinya jadi kotor, mau tidak mau Yuna harus membersihkan diri.Saat itu Yuna sedang malas meladeni omongannya, jadi dia tidak terlalu banyak berpikir. Namun setelah tiba di rumah dan mengingatnya kembali, ap
Yuna begitu fokus menonton sampai dia tidak sadar kalau Brandon sudah pulang. Ketika Brandon baru saja sampai di rumah, dia melihat istrinya sedang bersantai di sofa sambil memegangi makanan ringan di tangan. Yuna menaruh makanannya sampai ke depan mulut, tapi dia tidak melahapnya. TV pun masih menyala, tapi dia bukan sedang fokus menonton. Matanya hanya menatap kosong ke depan dengan isi kepala yang sudah melayang ke mana-mana.Brandon pun menghampiri Yuna, membungkukkan tubuh dan membuka mulutnya ….Seketika itu barulah Yuna tersadar, dan ketika Brandon sudah membuka mulutnya lebar-lebar untuk melahap makanan yang ada di tangannya, Yuna langsung memasukkan makanan itu ke mulutnya sendiri secepat kilat.“Hahaha, kamu kurang cepat … umph …!”Tiba-tiba Brandon mencium Yuna dan melahap sisa makanan yang sebagian masih belum masuk ke mulut Yuna. Setelah itu Brandon menjilat sisa-sisa serbuk yang tertinggal di ujung bibirnya dan berkata, “Enak juga!”Yuna pun tercengang! Dia dibuat tak ber
“Aku?” kata Chermiko. “Nggak, aku cuma merasa itu terlalu aneh! Apa pun yang keluar dari mulut cewek gila itu, aku ….”Kata-kata yang hendak Chermiko katakan tersangkut di lehernya saat ditatap oleh Shane. Tadinya dia mau bilang tidak akan menganggap serius apa pun yang Rainie katakan, tetapi setelah dipikir-pikir, dia juga akan berpikir hal yang sama dengan Shane.“Oke, mau dia benar-benar bisa menghilang atau nggak, selama masih ada kemungkinan itu benar sekecil apa pun, kita harus cari tahu!” kata Brandon. Dia tidak menganggap ini sebagai sesuatu yang patut ditertawakan. Kalau sampai Rainie melarikan diri, maka bahaya terhadap masyarakat akan sangat besar.“Shane, jaga anak-anak!”Brandon pertama-tama langsung menghubungi Edgar agar dia bisa mengerahkan koneksinya untuk mencari Rainie di setiap sudut kota. ***Pintu kamar di mana Ratu sedang tidur siang diketuk sebanyak tiga kali, kemudian pintu itu dibuka begitu saja tanpa seizinnya. Sang Ratu membuka matanya sejenak dan langsung
“Seaneh apa pun ini pasti ada penjelasannya,” kata Brandon. Dia mengamati bantal di atas kasur itu dan menaruhnya kembali, lalu berkata, “Ayo kita keluar dulu sekarang!”Di kamar itu sudah tidak ada orang dan sudah tidak perlu dikunci lagi. Mereka berdua pun satu per satu keluar dan setela mereka kembali ke tempat Shane berada.“Rainie benar-benar menghilang?” tanya Shane.“Iya,” jawab Chermiko menganggu.“Kok bisa? Apa ada orang lain dari organisasi itu yang menolong dia?”“Aku nggak tahu.”Tidak ada satu orang pun di antara mereka yang tahu mengapa Rainie bisa menghilang. Mereka bertiga sama bingungnya karena tidak ada penjelasan yang masuk di akal. Brandon tak banyak bicara, dia mengerutkan keningnya membayangkan kembali ada apa saja yang dia lihat di kamar itu. Dia merasa ada sesuatu yang mengganjal pikirannya, tetapi dia tidak tahu apa itu.Shane, yang entah sedang memikirkan apa, juga tiba-tiba berkata, “Apa mungkin …? Nggak, itu mustahil ….”“Apaan? Apa yang nggak mungkin?” Cher
Chermiko sudah menahannya sebisa mungkin, tetapi suara gemetar bercampur dengan napas terengah-engah tetap saja menakutkan untuk didengar. Saat mendengar itu, Shane langsung terbelalak dan menyahut, “Apa?!”“Rainie … Rainie nggak ada di kamarnya!” kata Chermiko sembari menunjuk ke belakang.“Ngomong yang jelas, kenapa dia bisa nggak ada?” Ucapan ini datang dari belakang, membuat Chermiko kaget dan menoleh, dan menemukan ternyata Brandon sudah ada di belakangnya entah dari kapan.Brandon baru tidur sebentar dan belum lama terbangun. Semua masalah yang mereka alami membuat kualitas tidurnya terganggu. Anak dan istri tidak ada, dan sekarang ditambah lagi dengan sekian banyak masalah serius yang datang tak habis-habis. Bagaimana dia bisa tidur lelap? Apalagi sekarang ada dua bayi yang entah anaknya atau bukan datang membutuhkan penjagaan.Tidur singkat sudah cukup untuk memulihkan energinya, setelah itu Brandon mandi dan mengganti pakaian, lalu turun untuk melihat anak-anaknya, dan ternyat
Chermiko mulai menyadari Shane lagi-lagi terbawa oleh perasaan sedihnya. Dia pun segera melurusan, “Eh … maksudku. Aku cuma nggak menyangka ternyata kamu bisa ngurus anak juga. Kalau aku jadi kamu, aku pasti sudah panik. Tapi kalau dilihat-lihat lagi, dua anak ini mukanya lumayan mirip sama Brandon, ya. Menurut kamu gimana?”Mendengar itu, Shane melirik kedua bayi yang sedang tertidur pulas dan melihat, benar seperti yang tadi Chermiko bilang, bagian kening mereka sedikit mirip dengan Brandon, sedangkan mulut mereka mirip dengan Yuna.“Kelihatannya memang mirip, ya. Tapi kita jangan tertipu dulu. Aku merasa makin lama kita lihat jadi makin mirip. Kalau sekarang aku bilang mereka nggak mirip, apa kamu masih merasa mereka mirip?”Benar juga, andaikan mereka bukan anaknya Brandon, dengan sugesti seperti itu Chermiko percaya saja kalau mereka tidak mirip.“Waduh, aku rasanya kayak lagi berhalusinasi!” ucapnya.“Makanya sekarang kita jangan berpikir mirip atau nggak mirip dulu. Lebih baik k
“Itu normal. Dulu waktu Nathan masih kecil juga aku kayak begini,” kata Shane. “Hampir semalaman penuh kamu nggak mungkin bisa tidur. Begitu kamu taruh mereka, mereka pasti langsung nangis, jadi kamu harus gending mereka terus. Waktu itu tanganku juga sudah mau patah rasanya.”“Kamu gendong anak sendiri? Bukannya pakai pengasuh?!”“Waktu itu aku masih belum sekaya sekarang, istriku nggak mau pakai pengasuh, jadi aku yang gendong.” Shane tidak mau mengingat masa lalunya lagi karena itu hanya akan membuatnya sedih. Shane lalu menghampiri Brandon dan hendak mengambil anak itu dari tangannya. “Sudah pagi, biar aku yang jagain. Kamu istirahat dulu.”“Nggak usah!”“Jangan begini lah! Kalau kamu merasa berutang sama Yuna dan anak-anak kamu, masih ada waktu lain untuk menebus, tapi sekarang kamu harus istirahat! Kalau kamu sampai tumbang, siapa lagi yang bisa jagain mereka, dan siapa yang bisa nolongin Yuna!”Ketika mendengar itu, akhirnya Brandon mengalah dan memberikan kedua anaknya kepada S
Kemampuan medis Yuna tak diragukan membuat Fred kagum kepadanya, tetapi Yuna punya perang yang lebih penting dari itu. Lagi pula sifat Yuna yang sangat keras membuatnya tidak mungkin dijadikan kawan oleh Fred. Dibiarkan hidup juga tidak ada gunanya.“Bagus … bagus sekali!”Setelah memahami apa yang sesungguhnya terjadi, Fred menarik napas panjang dan mengatur kembali emosinya. Dia mengucapkan kata “bagus” berulang kali, dan ini merupakan pelajaran yang sangat berharga baginya. Selama ini selalu dia yang mengerjai orang lain. Tak pernah sekali pun Fred berpikir dirinya tertipu oleh sebuah trik murahan. Bukan berarti Fred bodoh karena tidak menyadari hal itu, hanya saja terlalu banyak hal yang harus dia kerjakan sehingga dia tidak bisa berpikir dengan jernih.“Yuna, kali ini kamu menang! Tapi sayang sekali kamu nggak akan bisa melihat akhir dari semua ini! Sebentar lagi kita sudah mau masuk ke tahap terakhir dari R10. kamu sudah siap?”Fred menyunggingkan seulas senyum yang aneh di waja
“Tadi kamu ada diare lagi?” Yuna bertanya.“Nggak ada,” jawab Fred menggeleng, tetapi dia marah menyadari dirinya malah dengan lugu menjawab pertanyaan yang tidak berkaitan. “Itu nggak ada urusannya! Sekarang juga aku mau obat itu!”“Sudah nggak sakit perut dan nggak diare, rasa mual juga sudah mendingan, ya? Paling cuma pusing sedikit dan kadang kaki terasa lemas. Iya, ‘kan?”Fred tertegun diberikan sederet pertanyaan oleh Yuna, dia pun mengingat lagi apa benar dia mengalami gejala yang sama seperti Yuna sebutkan.“Kayaknya … iya!”Meski sudah berkat kepada dirinya sendiri untuk tidak terbuai oleh omongannya, tetap saja tanpa sadar Fred menjawab dengan jujur. Setelah Fred menjawab, Yuna tidaklagi bertanya dan hanya tersenyum.“Kenapa kamu senyum-senyum?! Aku tanya mana obatnya, kamu malah ….”“Pencernaan kamu sehat-sehat saja, nggak kayak orang yang lagi keracunan!”“Kamu ….”Fred lantas meraba-raba perut dan memukul-mukul dadanya beberapa kali. Dia merasa memang benar sudah jauh lebi
“Gimana caranya aku bisa memastikan kalau anak-anak yang suamiku terima itu benar-benar anakku?”“Hmm? Mau beralasan apa lagi kamu?”“Nggak, aku cuma mau memastikan kalau mereka itu benar anakku, bukan anak orang lain yang dijadikan pengganti.”Sebelumnya Yuna juga sudah berpikir adanya kemungkinan ini terjadi, tetapi ketika melihat Brandon membawa kotak itu dan memeriksa napas anak-anaknya, dia hampir meneteskan air mata. Brandon dikenal sebagai orang yang sangat dingin, tetapi Yuna bisa melihat sewaktu Brandon melakukan itu, jarinya sampai gemetar. Kelihatan sekali selama beberapa hari ini dia juga sangat menderita.Semenjak memutuskan untuk masuk ke tempat ini, Yuna tidak mengira akan terperangkap di sini untuk waktu yang sangat lama, bahkan sampai anak-anaknya lahir. Sudah sebulan penuh sejak kelahiran mereka, tetapi Yuna masih bisa bisa keluar. Bahkan ada kemungkinan dia akan terperangkap di sini untuk seumur hidup.Hidup atau mati sering kali terjadi hanya dalam sekejap mata dan
“Yang perlu kita curigai sekarang adalah kalau anak-anak ini bukan punyaku, berarti mereka siapa? Dan dari mana datangnya mereka? Tapi kalau benar mereka anakku … apa mau mereka?”“Apa mungkin mereka mau menggunakan anak-anakmu untuk mengancammu?” kata Shane. “Atau ….”“Atau apa?”“Nggak, nggak apa-apa! Aku cuma asal ngomong saja.”Mendengar Shane bilang begitu, Brandon juga tidak bertanya lagi lebih dalam. Brandom mengamati raut wajah Chermiko kelihatannya kurang begitu baik. Dia tampak sangat serius dengan kening yang mengerut.“Apa pun keadaannya, anak-anak ini sudah ada di tangan kita. Kita tetap harus merawat mereka dengan baik. Kalian berdua tidur saja dulu, biar aku yang jaga mereka.”“Jangan, kamu sudah kelelahan dari beberapa hari belakangan. Banyak hal yang perlu kamu ambil keputusan langsung, jadi kamu saja yang tidur, biar aku yang jaga!” kata Shane.“Kalian berdua tidur saja. Aku dokter, biar aku yang jaga!” ucap Chermiko.“Sudah, sudah, jangan diperdebatkan lagi! Kemungki