Mereka berdua sepakat untuk pergi ke pantai, tapi dengan dua alasan yang berbeda. Sebagai orang yang terlahir di kota daratan, sejak dulu Stella belum pernah melihat laut lepas, makanya dia ingin sekali pergi ke pantai untuk melihat seperti apa laut yang sesungguhnya dengan mata kepala dia sendiri. Berbeda dengan Yuna yang ingin pergi ke pantai untuk mencari inspirasi.Yuna pernah pergi ke pantai dulu, tapi saat itu dia masih kecil sehingga memori yang tersisa di kepalanya sudah mulai pudar. Mungkin dia bisa mendapatkan sesuatu yang baru jika pergi ke pantai lagi. Destinasi wisata sudah ditetapkan, dan waktu keberangkatan juga sudah diajukan ke Brandon. Sekarang mereka tinggal mencocokkan jadwal dengan Edith, tapi selain itu sudah tidak ada kendala lain lagi.Setelah mereka berdua selesai membicarakan hal tersebut, situasi menjadi hening sesaat. Stella mengeluarkan ponselnya dan tiba-tiba menatap Yuna. Dia beberapa kali ingin memulai pembicaraan tapi tidak tahu harus bagaimana mengatak
“Sembarangan!” seru Yuna sambil menotok dahi Stella.“Haiya, di dunia ini memang ada yang begituan, cuma kadang susah buat dijelasin! Aku rasa ini gara-gara dia sering jahat sama orang, makanya dia dihukum.”“Ya sudah, aku bayar dulu, dasar kamu ini tukang gosip!”“Aku nggak ngegosip. Yang namanya hidup itu harus ada sedikit hiburan!”Ketika Yuna berdiri, dia melihat di ponselnya Stella masih terpampang berita terkait kecelakaan yang dialami Logan. Apakah Logan … memang mendapatkan karma? ***Setelah berpisah dengan Stella, Yuna pergi berjalan-jalan sebentar untuk melihat ada barang menarik apa yang bisa dia beli, sekalian menghabiskan waktu santai yang jarang-jarang bisa dia dapatkan. Di suatu jalan yang khusus menjual barang-barang antik tentu ada juga yang menjual barang palsu, dan semua itu bergantung kepada pengamatannya sendiri.Setelah menelusuri dua buah jalan yang cukup panjang, ada sebuah toko kecil tanpa papan nama yang menarik perhatian Yuna. Tokonya tidak besar, tapi bara
“Hus, hus. Kalau nggak mau beli, pergi sana! Jangan ganggu kerjaanku!”Orang itu bilang jangan mengganggu pekerjaannya, bukan mengganggu bisnisnya. Pemilik toko yang unik seperti ini memang menarik. Namun semakin dia seperti itu, semakin terpancing pula Yuna.“Siapa bilang aku nggak mau beli. Aku cuma belum ketemu barang yang aku suka.”“Tokoku nggak ada barang yang kamu suka, cepat pergi!”Baru pertama kali ini Yuna melihat pemilik toko yang mengusir pelanggannya. Ketika Yuna baru saja ingin berbicara, tiba-tiba dia melihat seorang pria tua keluar dari dalam dan memaki orang itu, “Ngusir orang lagi kamu?! Sudah nggak mau kerja di sini?! Kalau nggak mau kerja, pergi sana!”“Aku ….”Pria yang tadi marah-marah seketika menciut nyalinya.“Oh, ternyata kamu bukan yang punya toko …,” ucap Yuna.“Kamu ….”Emosi pria itu menyulut karena dipermalukan di depan orang lain oleh bosnya sendiri, tapi seketika itu juga ….“Mau ngomong apa lagi kamu?! Sudah kubilang berkali-kali kalau ngomong sama pe
“Kayunya punya aroma yang khas. Terus, aroma di toko ini juga banyak macamnya. Kayu yang dipakai pasti bermacam-macam, ya?”Si pemilik toko juga awalnya bingung, tapi setelah mendengar penjelasan dari Yuna, dia pun mengerti apa yang dimaksud, “Oh! Ternyata kamu seprofesi juga, ya! Bahan yang kami pakai di sini semuanya dibikin dari kayu cendana dan kayu kamper kualitas tinggi, terus ada juga kayu hitam, kayu sonokeling … pokoknya kayu apa pun semuanya ada. Kamu mau yang dari bahan apa? Kalau masih kurang puas, kami juga terima pesanan, tapi harganya tentu ….”“Kalian bisa terima pesanan custom juga?”“Bisa! Yang namanya pelanggan pasti kebutuhan dan kayu kesukaan masing-masing. Toko ini memang kecil tapi kami sanggup memenuhi kebutuhan pelanggan. Soal harga memang sedikit lebih mahal, tapi ada harga ada barang.”“Benar juga. Yang pesan custom banyak?”“Banyak sih nggak terlalu, tapi adalah beberapa dalam satu tahun, toh mereka juga ….”Ucapan si pemilik toko terhenti di tengah-tengah k
Melihat calon pelanggannya nyaris kabur, si pemilik toko pun segera menyelanya, “Tunggu. Non kalau mau dia yang bikin, semua bisa diatur. Saya jamin produk yang dibuat pasti hasilnya memuaskan!”“Bos, aku ….”“Diam kamu! Kalau kamu nggak mau kerjain, nggak usah datang lagi!”“.…”Yuna pun membayarkan deposit dan mendatangi barang yang sedang dikerjakan oleh si pemuda. Dia membungkuk untuk mengambil beberapa potongan yang ada di lantai dan bertanya, “Pak, ini aku boleh bawa pulang?”“Boleh, ambil saja!” jawab si pemilik toko, berpikir kalau itu hanyalah sisa-sisa serpihan kayu biasa.Tak jauh setelah Yuna pergi dari toko tersebut, dia mendengar ada suara langkah kaki yang mengikutinya di belakang. Yuna berhenti, dan suara langkah kaki itu juga ikut berhenti. Yuna tersenyum dan kembali berjalan, lalu dengan cepat berbelok di tikungan dan menunggu di sambil membelakang tembok. Sesuai dugaan, tak lama dia melihat sosok yang tadi mengikutinya sedang celingukan.“Nyari kau?”“.…”Berhubung a
Pemuda itu sempat terdiam selama beberapa saat, tapi dia menjawab pertanyaan itu dengan tegas, “Iya! Ada masalah?”“Nggak! Kalau memang begitu, aku mau pakai jenis kayu ini. Untuk bentuknya sekarang aku masih belum kepikiran, nanti aku kasih tahu bos kamu kalau sudah kepikiran.”“Nggak bisa!” jawab pemuda itu tergesa-gesa. “Aku nggak tahu kamu mau bikin seberapa besar, tapi bahannya pasti nggak bakal cukup.”“Kalau nggak cukup ya nggak masalah. Tinggal minta bos kamu masukkin lagi saja. Soal itu kamu nggak usah pusing, biar bos kamu saja yang pikirin.”“Tapi … stok di pabrik kayu juga sudah nggak cukup. Pokoknya kalau mau pakai kayu ini sudah nggak bisa.”Dari cara dia berbicara, Yuna merasa ada sesuatu yang tidak bisa dia ungkapkan, jadi Yuna juga tidak mau memaksanya. Yuna hanya tersenyum tipis dan berkata padanya, “Dik, kamu bohong, ya.”“Dik, umur kita paling cuma beda berapa tahun!” seru pemuda itu yang tidak suka dirinya dipanggil seperti itu, “Pokoknya kayu ini nggak bisa dipaka
“Aish ….” Pemuda itu tidak lagi marah-marah seperti sebelumnya. Kali ini dia memelankan suaranya dan posturnya juga jadi lebih santai. “Jujur saja, ya. Kayu ini nggak banyak, dan dapatnya juga susah banget. Kalau barangnya kecil, bikin satu atau dua biji masih bisa, tapi kalau barangnya gede, nggak bisa!”Dilihat dari ekspresi pemuda itu, Yuna percaya kalau apa yang dia katakan itu memang benar. Meski begitu, Yuna tetap belum menyerah, “Kalau memang kayunya selangka itu, kenapa kamu pakai buat latihan?”“Aku tadi bukan lagi latihan, tapi bikin buat diriku sendiri. Pokoknya, tolong jangan paksa aku. Kalau memang nggak ada, ya, nggak ada.”“Oke, aku nggak maksa kamu lagi,” angguk Yuna setelah mendapatkan jawaban yang dia inginkan, “Begini saja, nggak masalah kalau mau bikin pakai kayu yang lain, tapi tolong kasih aku kayu yang aku mau sedikit saja. Nggak usah banyak-banyak, kecil saja sudah cukup!”“Memangnya buat apa?” tanya pemuda itu terheran.“Kalau soal itu kamu nggak perlu tahu, ya
Siapa pula yang menduga kalau Lawson ternyata senekat ini, berani melakukan aksinya di siang bolong. Yuna menggenggam pergelangan tangan Lawson dan memelintirnya dengan sekuat tenaga. Lawson pun menjerit kesakitan, tapi dia masih tetap berdiri di posisi semula.Apa yang dilakukan oleh Yuna terlalu ceroboh. Dia tidak ingat kalau bentuk tubuh orang asing berbeda dengan bentuk tubuhnya. Pergelangan tangan Lawson jauh lebih besar dan tebal. Tenaga yang Yuna kerahkan tidak ada apa-apanya. Satu hal yang Yuna tidak sadar adalah, tindakannya ini justru membuat hasrat Lawson untuk menaklukkannya semakin besar.“Kamu ini memang cewek yang liar, ya! Tapi aku suka sama tipe kayak kamu!” kata Lawson.“Cowok bajing*n!” seru Yuna sambil menendang perut Lawson.Namun kali ini Lawson sudah siaga. Dia langsung mundur dan menangkap kaki Yuna. Namun meski berhasil menangkap kaki Yuna, Lawson tidak bisa menahan kekuatannya dan alhasil tubuhnya pun terhempas ke belakang.“Duak!”Lawson terjatuh ke lantai di