“Memang ada masalah apa sama eksperimen itu?” tanya sang Ratu kebingungan. Sejujurnya selama ini sang Ratu juga merasa bahwa eksperimen yang Fred jalankan itu ada sedikit masalah. Makanya meski sangat menantikan hasilnya, dia juga di satu sisi merasa tidak tenang. Namun karena dia juga tidak begitu mengerti tentang eksperimen itu, dia tidak tahu masalahnya ada di mana.Fred hanya selalu bilang kalau Yuna berbohong dan menipunya, tetapi sekarang sepertinya tidak demikian.“Masalah terbesar R10 itu adalah nggak pernah dicoba langsung ke manusia. Nggak ada yang tahu seberapa besar kemungkinan berhasilnya, dan apa saja risikonya,” Yuna menjelaskan. “Tapi Fred justru bersikeras mau menyelesaikan eksperimen itu dan meyakinkan kamu untuk mencobanya. Apa kamu tahu kenapa?”“Kenapa?”“Karena kamu adalah eksperimen terakhirnya!”Mata sang Ratu langsung terbebelak seketika mendengar itu. Sorot matanya seketika menunjukkan ekspresi kebingungan, tetapi dia langsung mengerti apa maksudnya. Dari raut
Yuna menggenggam tangan Ratu dengan lembut, dan dengan mata yang begitu tegas. Sang Ratu terkejut dan melihat tangannya yang digenggam oleh Yuna. Sang Ratu kemudian tertawa dan berkata, “Dasar bodoh, memangnya aku bisa apa? Tadi kamu sudah bilang Fred nggak mungkin berubah pikiran.”“Dia nggak mungkin, tapi kamu mungkin.”“Tapi tadi kamu bilang pasti orang lain di sini sudah bersekongkol sama dia. Aku sudah nggak punya siapa-siapa lagi yang bisa kupercaya.”“Alat pengawas yang ada di kamar ini sudah kumatikan sebelum kamu datang ke sini, kamu nggak perlu khawatir,” ucap Yuna seolah dia tahu apa yang sang Ratu takutkan. Kali ini sang Ratu pun tak lagi menyangkal dan hanya menunggu Yuna melanjutkan.“Asal kamu mau bekerja sama, aku yakin Fred nggak akan menjadi ancaman lagi bagimu.”“Kenapa kamu seyakin tu aku bisa? Aku sendiri saja nggak tahu apa yang bisa aku lakukan.”“Usiamu sekarang mungkin sudah tua, tapi sebagai seorang ratu, kamu tetap punya ketegasan dan keberanian. Aku yakin da
“Kamu mungkin nggak akan percaya, tapi aku sungguh bisa membantumu. Kamu ditekan oleh Fred sekarang karena dia menebak isi hatimu dan tahu apa yang paling kamu inginkan,” kata Yuna.“Memangnya apa yang paling kuinginkan.”“Hidup abadi.”Yuna terlihat sedih ketika mengucapkan dua kata itu. Sudah sejak zaman dahulu manusia begitu terpaku dengan kehidupan abadi dan terobsesi dengannya. Mulai dari raja-raja dan pejabatnya hingga rakyat jelata tak pernah ada yang absen dalam mengejar rahasia kehidupan abadi. Entah itu dengan cara menemukan obat ajaib atau apa pun caranya. Bahkan hingga era modern seperti sekarang ini, masih ada saja berbagai macam eksperimen untuk mencapai tujuan tersebut.Alasan mengapa sang Ratu begitu menuruti Fred adalah dan memercayakan semua urusan kepadanya adalah karena Fred tahu apa yang ratunya mau.“Jadi kamu bisa bikin aku hidup selamanya?”Sang Ratu menegakkan badan dan mencoba untuk menahan kegirangannya ketika membayangkan Yuna bisa mewujudkan hal itu untunya
“….”Seakan adanya kecacatan logika, dari dulu sang Ratu tidak pernah berpikir apa yang akan dia lakukan jika eksperimen itu berhasil. Dalam bayangannya, dunia akan menjadi indah jika dia memiliki rahasia untuk hidup abadi. Dan rakyat Yuraria akan menjadi kaum yang paling disegani di dunia. Dengan begitu Yuraria pun tidak perlu lagi tunduk kepada negara lain. Akan tetapi, sang Ratu tak pernah berpikir jika semua penduduk di muka bumi ini adalah orang Yuraria, bagaimana dia akan mengatur dunia.Melihat kebingungan yang terpampang jelas di wajah sang Ratu, Yuna pun berbicara, “Semua itu cuma pertanyaan hipotesis saja, tapi faktanya, itu nggak akan terjadi!”Sang Ratu pun bertanya, “Kenapa kamu begitu yakin R10 akan bermasalah atau nggak?”“Soal itu aku juga nggak bisa memastikan. Seperti yang biasa aku bilang, kita nggak akan tahu berapa persentase keberhasilannya selama kita belum mencobanya secara langsung. Tapi, semua percobaan sebelumnya pasti ada efek sampingnya.”“Efek samping?”“Y
“Jelas aku mengerti siapa kamu, karena aku sudah pernah menyelidikimu,” kata Rainie dengan senyum misterius di wajahnya seakan menyembunyikan suatu rahasia.“Oh, kamu pernah menyelidiki aku?”Rainie merilekskan bahu dan duduk dengan postur bersandar ke belakang. Dia lalu menjawab, “Lebih tepatnya organisasi yang meminta aku untuk menyelidiki kamu. Mungkin mereka sempat berpikir untuk mengajak kamu kerja sama, tapi mungkin juga untuk mencari tahu kelemahanmu.”“Begitu, ya?” Brandon tidak terlihat begitu tertarik. Entah untuk bekerja sama atau mencari kelemahannya, datang saja. Tapi kalau sampai mereka berani menyakiti keluarganya, maka Brandon tidak akan beri ampun.“Coba jelasin apa saja yang kamu tahu tentang R10,” kata Brandon langsung ke intinya.Rainie cukup kaget Brandon tidak terhasut oleh pancingannya. Dengan penuh rasa penasaran dia pun bertanya, “Masa kamu nggak mau tahu kenapa mereka menyelidiki kamu dan apa saja yang mereka cari?”“Nggak.”Untuk apa pula Brandon tahu apa pun
Rainie bisa tahu sampai sejauh ini jelas tidak mudah. Di organisasi, R10 adalah sesuatu yang tabu untuk dibahas dan berada di kawasan yang tidak mungkin bisa dimasuki sembarangan. Bahkan bosnya Rainie dulu juga hanya tahu sebagian.“Ada apa lagi yang kamu tahu?” tanya Brandon.“Yang aku tahu tentang R10 cuma itu saja. Terserah kamu mau percaya atau nggak.”“Aku bukan tanya tentang R10, tapi aku tanya tentang sesuatu yang kamu buat sendiri itu. Dan juga, apa kalian berencana untuk mengabaikan pusat penelitian vaksin begitu saja?”Itulah yang menjadi beban pikiran Brandon selama ini. Apa mungkin mereka membuangnya begitu saja, termasuk barang-barang dan orang-orang yang masih ada di sana? Brandon bertanya begitu bukan untuk mempertanyakan hati nurani mereka. Mereka jelas tega-tega saja mengabaikan para pekerja yang masih berada di sana, tetapi bagaimanapun juga mereka sudah banyak keluar modal untuk membangun fasilitas tersebut. Interiornya, perlengkapan, dan juga semua eksperimen yang p
Tanda itu berwarna ungu kemerahan yang jika tidak diperhatikan dengan cermat mungkin hanya kelihatan seperti tanda lahir biasa. Brandon berdiri cukup jauh dari Rainie sehingga dia tidak bisa melihatnya dengan sangat jelas. Dia tidak ingin melangkah lebih dekat lagi. Dia tahu Rainie adalah orang yang licik. Jika dia maju, bisa saja tanda itu mengandung racun atau zat lainnya.“Ngapain kamu?” tanya Brandon.Rainie memutar telapak tangan menghadap dirinya sendiri. Dia melihat tanda yang ada di tangannya itu dan berkata, “Aku cuma ngasih lihat kartu as yang aku punya.”“Kartu as?”“Ini adalah hasil karya yang paling aku banggakan,” kata Rainie. “Badanku adalah wadah yang terbaik. Makanya sayang sekali kalau kamu membunuhku.”“Jadi kamu menggunakan badanmu sendiri sebagai bahan eksperimen?!”Terlepas dari banyak kemungkinan yang Brandon pikirkan, dan dia pun sadar bahwa apa yang Rainie katakan bisa saja bohong, tetap saja dia syok ketika mengetahui Rainie menjadikan tubuhnya sendiri sebagai
Entah itu di lab, atau selama bekerja di bawah mantan bosnya, atau di dalam organisasi secara keseluruhan, yang semua orang lihat dan pedulikan hanya Yuna. Hidup Rainie seakan baru saja lepas dari satu bayangan dan langsung masuk ke bayangan lainnya. Seumur hidupnya dia selalu saja hidup di bawah bayang-bayang orang lain. Rainie begitu pekerj akeras dan pintar, tetapi mengapa tidak pernah ada orang yang menghargai dan percaya kepadanya?!“Jadi kamu mau aku membantu gimana?”“Sederhana saja, kamu nggak perlu ngapa-ngapain. Kamu cuma perlu membawa aku ke tempat organisasi itu. Aku tahu kamu pasti bisa menemukan dan menghubungi mereka. Asal kamu bisa bantu itu, sisanya nggak perlu kamu pikirkan lagi.”“Kamu benar-benar nggak tahu siapa orang di balik organisasi itu?”“Aku tahu otak di balik organisasi pastinya orang besar yang punya latar belakang super kuat. Begitu kuatnya sampai kamu nggak akan bisa melawan mereka, tapi ….”Rainie tidak perlu menyelesaikan kalimatnya. Kalau dia tahu, un