“Kamu mungkin nggak akan percaya, tapi aku sungguh bisa membantumu. Kamu ditekan oleh Fred sekarang karena dia menebak isi hatimu dan tahu apa yang paling kamu inginkan,” kata Yuna.“Memangnya apa yang paling kuinginkan.”“Hidup abadi.”Yuna terlihat sedih ketika mengucapkan dua kata itu. Sudah sejak zaman dahulu manusia begitu terpaku dengan kehidupan abadi dan terobsesi dengannya. Mulai dari raja-raja dan pejabatnya hingga rakyat jelata tak pernah ada yang absen dalam mengejar rahasia kehidupan abadi. Entah itu dengan cara menemukan obat ajaib atau apa pun caranya. Bahkan hingga era modern seperti sekarang ini, masih ada saja berbagai macam eksperimen untuk mencapai tujuan tersebut.Alasan mengapa sang Ratu begitu menuruti Fred adalah dan memercayakan semua urusan kepadanya adalah karena Fred tahu apa yang ratunya mau.“Jadi kamu bisa bikin aku hidup selamanya?”Sang Ratu menegakkan badan dan mencoba untuk menahan kegirangannya ketika membayangkan Yuna bisa mewujudkan hal itu untunya
“….”Seakan adanya kecacatan logika, dari dulu sang Ratu tidak pernah berpikir apa yang akan dia lakukan jika eksperimen itu berhasil. Dalam bayangannya, dunia akan menjadi indah jika dia memiliki rahasia untuk hidup abadi. Dan rakyat Yuraria akan menjadi kaum yang paling disegani di dunia. Dengan begitu Yuraria pun tidak perlu lagi tunduk kepada negara lain. Akan tetapi, sang Ratu tak pernah berpikir jika semua penduduk di muka bumi ini adalah orang Yuraria, bagaimana dia akan mengatur dunia.Melihat kebingungan yang terpampang jelas di wajah sang Ratu, Yuna pun berbicara, “Semua itu cuma pertanyaan hipotesis saja, tapi faktanya, itu nggak akan terjadi!”Sang Ratu pun bertanya, “Kenapa kamu begitu yakin R10 akan bermasalah atau nggak?”“Soal itu aku juga nggak bisa memastikan. Seperti yang biasa aku bilang, kita nggak akan tahu berapa persentase keberhasilannya selama kita belum mencobanya secara langsung. Tapi, semua percobaan sebelumnya pasti ada efek sampingnya.”“Efek samping?”“Y
“Jelas aku mengerti siapa kamu, karena aku sudah pernah menyelidikimu,” kata Rainie dengan senyum misterius di wajahnya seakan menyembunyikan suatu rahasia.“Oh, kamu pernah menyelidiki aku?”Rainie merilekskan bahu dan duduk dengan postur bersandar ke belakang. Dia lalu menjawab, “Lebih tepatnya organisasi yang meminta aku untuk menyelidiki kamu. Mungkin mereka sempat berpikir untuk mengajak kamu kerja sama, tapi mungkin juga untuk mencari tahu kelemahanmu.”“Begitu, ya?” Brandon tidak terlihat begitu tertarik. Entah untuk bekerja sama atau mencari kelemahannya, datang saja. Tapi kalau sampai mereka berani menyakiti keluarganya, maka Brandon tidak akan beri ampun.“Coba jelasin apa saja yang kamu tahu tentang R10,” kata Brandon langsung ke intinya.Rainie cukup kaget Brandon tidak terhasut oleh pancingannya. Dengan penuh rasa penasaran dia pun bertanya, “Masa kamu nggak mau tahu kenapa mereka menyelidiki kamu dan apa saja yang mereka cari?”“Nggak.”Untuk apa pula Brandon tahu apa pun
Rainie bisa tahu sampai sejauh ini jelas tidak mudah. Di organisasi, R10 adalah sesuatu yang tabu untuk dibahas dan berada di kawasan yang tidak mungkin bisa dimasuki sembarangan. Bahkan bosnya Rainie dulu juga hanya tahu sebagian.“Ada apa lagi yang kamu tahu?” tanya Brandon.“Yang aku tahu tentang R10 cuma itu saja. Terserah kamu mau percaya atau nggak.”“Aku bukan tanya tentang R10, tapi aku tanya tentang sesuatu yang kamu buat sendiri itu. Dan juga, apa kalian berencana untuk mengabaikan pusat penelitian vaksin begitu saja?”Itulah yang menjadi beban pikiran Brandon selama ini. Apa mungkin mereka membuangnya begitu saja, termasuk barang-barang dan orang-orang yang masih ada di sana? Brandon bertanya begitu bukan untuk mempertanyakan hati nurani mereka. Mereka jelas tega-tega saja mengabaikan para pekerja yang masih berada di sana, tetapi bagaimanapun juga mereka sudah banyak keluar modal untuk membangun fasilitas tersebut. Interiornya, perlengkapan, dan juga semua eksperimen yang p
Tanda itu berwarna ungu kemerahan yang jika tidak diperhatikan dengan cermat mungkin hanya kelihatan seperti tanda lahir biasa. Brandon berdiri cukup jauh dari Rainie sehingga dia tidak bisa melihatnya dengan sangat jelas. Dia tidak ingin melangkah lebih dekat lagi. Dia tahu Rainie adalah orang yang licik. Jika dia maju, bisa saja tanda itu mengandung racun atau zat lainnya.“Ngapain kamu?” tanya Brandon.Rainie memutar telapak tangan menghadap dirinya sendiri. Dia melihat tanda yang ada di tangannya itu dan berkata, “Aku cuma ngasih lihat kartu as yang aku punya.”“Kartu as?”“Ini adalah hasil karya yang paling aku banggakan,” kata Rainie. “Badanku adalah wadah yang terbaik. Makanya sayang sekali kalau kamu membunuhku.”“Jadi kamu menggunakan badanmu sendiri sebagai bahan eksperimen?!”Terlepas dari banyak kemungkinan yang Brandon pikirkan, dan dia pun sadar bahwa apa yang Rainie katakan bisa saja bohong, tetap saja dia syok ketika mengetahui Rainie menjadikan tubuhnya sendiri sebagai
Entah itu di lab, atau selama bekerja di bawah mantan bosnya, atau di dalam organisasi secara keseluruhan, yang semua orang lihat dan pedulikan hanya Yuna. Hidup Rainie seakan baru saja lepas dari satu bayangan dan langsung masuk ke bayangan lainnya. Seumur hidupnya dia selalu saja hidup di bawah bayang-bayang orang lain. Rainie begitu pekerj akeras dan pintar, tetapi mengapa tidak pernah ada orang yang menghargai dan percaya kepadanya?!“Jadi kamu mau aku membantu gimana?”“Sederhana saja, kamu nggak perlu ngapa-ngapain. Kamu cuma perlu membawa aku ke tempat organisasi itu. Aku tahu kamu pasti bisa menemukan dan menghubungi mereka. Asal kamu bisa bantu itu, sisanya nggak perlu kamu pikirkan lagi.”“Kamu benar-benar nggak tahu siapa orang di balik organisasi itu?”“Aku tahu otak di balik organisasi pastinya orang besar yang punya latar belakang super kuat. Begitu kuatnya sampai kamu nggak akan bisa melawan mereka, tapi ….”Rainie tidak perlu menyelesaikan kalimatnya. Kalau dia tahu, un
“Rainie cerdiknya luar biasa, apa yang keluar dari mulut dia nggak ada yang bisa dipastikan benar, jadi untuk apa percaya sama dia. Tapi, apa yang dia bilang tadi nggak sepenuhnya bohong …. Tapi, aku kenal seseorang yang bisa tahu dia bohong atau nggak.”“Siapa?” ***Di hari itu juga tepatnya di jam makan siang, Chermiko sudah diantar pulang oleh orang-orang dari Departemen X. Selama di sana Chermiko sangat sibuk melakukan penelitian dengan Liman dari siang sampai malam. Baru beberapa hari saja mereka tidak bertemu, Chermiko sudah terlihat jauh lebih kurus, di matanya juga muncul lingkaran hitam seperti orang kurang tidur, tetapi anehnya semangat Chermiko masih begitu tinggi. Chermiko terlihat begitu bahagia dan percaya diri.“Sudah makan?” Brandon langsung menghampirinya begitu Chermiko baru turun dari mobil.“Be-belum ….”“Kalau begitu ayo kita makan. Aku juga lapar!”“Bukannya kita mau ketemu Rainie dulu? Coba lihat yang ada di tangannya itu benar racun atau bukan,” tanya Shane yan
“Kalian berdua … apa nggak merasa sebaiknya kita cepat-cepat?”Chermiko sungguh tak habis pikir bagaimana caranya dua orang itu masih bisa tenang di tengah situasi genting seperti sekarang. Kalau dia pasti sudah panik bukan main. Dengan asumsi apa yang Rainie katakan benar, mungkin mereka memang sebaiknya menyerahkan Rainie kepada organisasi sebagai pertukaran. Kalaupun upaya mereka hanya sekadar coba-coba, setidaknya itu bisa membuka jalan baru bagi mereka.Sejak dua hari terakhir Shane terus memutar otak mencari jalan keluar yang terbaik, tetapi dia tidak menemukan solusi apa-apa. Brandon mengatakan kalau dia punya jalan keluarnya, dan meminta Chermiko diantar pulang. Tetapi sudah sampai di sini, mereka berdua malah santai-santai. Shane sungguh tidak tahu lagi bagaimana cara berpikir mereka.“Ada beberapa hal yang nggak perlu kita lakukan terburu-buru. Kadang kita memang harus menunggu,” tutur Brandon sembari menepuk bahu Shane. “Tenang saja dulu.”“.…”Bagaimana bisa tenang! Chermik