Ketidakadilan yang diterima sang putra tentu saja dirasakan oleh Amara. Itulah sebabnya Amara terus memutar otak ingin membantu putranya untuk merampas kembali semua yang seharusnya menjadi miliknya. Amara juga mengaku bahwa dirinya sangat pilih kasih!Hanya saja, apa salahnya jika Amara pilih kasih? Brandon juga bukan anak yang dilahirkan Amara. Dia hanyalah cucu yang dilahirkan dari wanita yang paling tidak disukai Amara. Ditambah lagi, hubungan Amara tidaklah dekat dengan cucunya. Jadi, dia semakin tidak menyukai Brandon lagi.“Sudahlah, apa yang ingin kamu lakukan?” Amara memotong omongan Steve, lalu bertanya dengan tidak berdaya.“Ma, aku hanya punya satu permintaan saja. Kamu mesti setuju!”Nada bicara Steve sangatlah serius. Alhasil, Amara tidak lagi merasa mengantuk. “Katakanlah.”“Mama jangan lihat hasil tes DNA itu lagi atau terserah Mama mau lihat atau nggak. Tapi nggak peduli apa pun hasilnya, ingat satu hal … Brandon bukanlah anggota Keluarga Setiawan. Dia bukan bagian dar
“Memangnya kenapa kalau Mama sudah membacanya? Apa semuanya penting?” Nada bicara Amara terdengar sangat datar. “Bukankah sudah ada hasilnya di hatimu?”Amara tidak pernah menyangka putranya bisa mengakhiri nasib seseorang.Awalnya Amara bisa menyetujui Steve untuk melakukan tes DNA, murni hanya karena dia merasa curiga saja. Sebab, masalah hubungan darah tidak boleh diremehkan. Jika Brandon memang bukanlah cucu kandungnya, itu berarti menantunya itu telah membesarkan anak haram di rumahnya dan merebut harta kekayaan keluarganya.Namun, sekarang hasil tes DNA sudah keluar dan hasilnya tidak seperti yang dikatakan Steve.“Ma, Mama setuju, ya? Ini adalah kesempatan terbaik!” Steve memelas.Setiap kali Steve menurunkan egonya dan memelas bagai seorang anak kecil, hati ibunya pasti akan luluh, lalu memenuhi seluruh permintaannya.Seperti waktu itu, Amara setuju untuk bekerja sama dengan Steve, membawa Brandon dan Yuna untuk keluar rumah. Jadi, apa pun permintaan Steve, asalkan dia memelas,
Clara pun terbengong ketika mendengar pertanyaan ibunya. “Ma, aku juga nggak tahu. Mama bikin keputusan sendiri saja!”Jika Clara tahu, dia juga tidak akan bersikap sepanik semalam.Tetiba Amara jatuh pingsan. Awalnya Clara ingin memanggil ambulans, hanya saja Amara menyadarkan diri dalam beberapa saat, lalu melarangnya. Dia tidak ingin memperbesar masalah.Jika Amara masuk rumah sakit, semua orang pasti akan heboh dengan kabar ini. Hanya saja, Amara masih belum kepikiran apa yang harus dia lakukan.“Haish!”…Steve juga tidak buru-buru untuk pulang ke rumah, melainkan pergi ke rumah sakit. Sikunya sangatlah sakit. Meski Steve tidak menggerakkannya, rasa ngilu terus terasa dan membuatnya berkeringat dingin. Awalnya Steve mengira dirinya hanya keseleo saja, tetapi setelah dilihat-lihat sepertinya kondisi sikunya lebih parah daripada yang dibayangkan.Setelah diperiksa oleh dokter dan melakukan pemeriksaan X-Ray, dokter pun menyimpulkan, “Patah tulang.”“Patah? Apa iya? Padahal aku cuma
Steve tidak menyangka orang itu akan keluar secepat ini. Dia tidak sempat mengelak dan bertatapan dengan Monica.Saking gugupnya, Steve menelan air liurnya, lalu tersenyum canggung. “Hai, kebetulan sekali?”Terlintas keterkejutan dari tatapan si wanita, dia pun berkata dengan tersenyum sinis, “Kenapa kamu bisa ada di sini?”“Aku ….” Steve menggerakan tangannya, lalu tersenyum. “Hehe!”Tak disangka ketika wanita itu melihat tangan Steve dipasang gips, dia malah terbengong. “Kamu terluka?”“Semuanya juga gara-gara kamu ….” Tiba-tiba Steve menghentikan ucapannya. Dia berpikir sejenak, lalu berkata, “Sudahlah, salah aku nggak berdiri dengan baik.”“Aku yang melakukannya?” Dia mengerutkan keningnya seolah-olah tidak mengingatnya lagi. Melihat wajah lugu Monica, Steve semakin marah lagi. Dia pun memaki dalam hati, ‘Ini kerjaan kamu atau nggak, apa kamu nggak tahu? Semalam kamu kasar sekali sama aku, aku jadi jatuh! Kamu juga sudah melihatnya, kenapa malah berlagak lugu?’Tentu saja, Steve j
Monica mengerutkan keningnya, lalu bersandar ke belakang. Hanya saja, tidak terlihat ekspresi kesal di dirinya.Tangan Steve yang dipasang gips diletakkan di depan dadanya. Dia sengaja menyenggolkan gips ke tubuh Monica. Monica menggigit bibir bawahnya dan wajahnya menjadi merona.Kali ini Steve dapat merasakan sisi lembut dan imut dari Monica. Dulu, mungkin Steve akan merasa wanita ini sangatlah imut dan ingin mendekatinya. Namun sekarang, Steve yakin wanita ini memiliki kepribadian ganda. Jika tidak, mana mungkin dia pergi ke Departemen Neurologi. Steve juga tidak tertarik terhadap wanita yang memiliki masalah di otak dan juga punya tanda-tanda kekerasan ini.Namun, jarang-jarang Steve bisa membuat Monica tidak bisa meluapkan amarahnya, dia pun merasa sangat puas. Dia menggerakan jari tangannya, lalu berkata, “Coba lihat, aku juga nggak berdaya, orangnya terlalu banyak, aku juga bukan sengaja.”Monica hanya memelototinya saja.Akhirnya lift tiba di lantai satu. Setelah orang di dalam
Steve berpikir beberapa saat dan dia masih tidak mengerti dari maksud ucapan singkat Monica. Dia hanya merasa ada yang aneh dengan Monica. Namun setelah dipikir-pikir, Monica saja sudah berkonsultasi ke Departemen Neurologi, wajar kalau dia tidak waras.Hanya saja, dilihat dari ekspresi Monica, sepertinya dia percaya bahwa kitab di tangannya juga bukan kitab asli. Setidaknya, dia sempat merasa curiga. Kepikiran hal ini, suasana hati Steve terasa gembira. Steve melihat jam tangan, dia pun harus segera pulang membujuk ibunya untuk membantunya menjalankan rencana besarnya.Steve pergi mengambil barang yang sudah dipesannya dari rumah sakit. Kemudian, dia bergegas ke Kediaman Setiawan.Saat menerima panggilan Steve, Amara pun sudah bangun. Steve mengatakan dirinya akan pulang. Amara menyantap sarapan di lantai bawah sambil menunggunya. Ketika Amara hampir menyelesaikan sarapannya, Steve pun datang.Awalnya Amara masih mempertahankan aura dinginnya, tapi ketika melihat kedatangan Steve, dia
Awalnya Amara hanya mendengar saja, tapi setelah mendengar kalimat terakhir, dia pun terbengong. “Apa yang sedang kamu katakan? Kitab yang kamu curi itu … kitab palsu?”“Emm. Aku juga nggak ngerti, tapi kata Monica, kitab itu memang palsu. Semua ini jebakan yang sudah dibuat Brandon untuk aku. Dia sengaja! Mama nggak tahu, aku hampir saja tertembak anak panah. Kalau aku sampai tertembak, bisa jadi aku sudah kehilangan nyawaku, aku nggak bisa ketemu Mama lagi.” Steve menghela napas, lalu melanjutkan, “Mama bilang aku sadis sama dia, memangnya dia nggak sadis sama aku? Aku memang bersalah karena sudah mencuri kitab rahasia, tapi dia bisa terus terang sama aku atau melarangku. Sekarang dia malah membuat perangkap yang begitu berbahaya. Ma, apa dia menganggapku sebagai omnya?”“Ini ….” Seketika Amara juga tidak tahu harus berbuat apa.“Bukannya aku terlalu perhitungan, tapi kalau aku nggak merebut, sepertinya nyawaku nggak akan bisa terselamatkan lagi. Sekarang Mama masih hidup, dia masih
“Ma, apa kamu masih nggak percaya sama aku? Aku sudah bilang sama Monica, dia pasti akan bantu aku. Mama jangan lupa, Brandon pernah melukainya. Setelah aku menguasai Keluarga Setiawan, kerja sama antara aku dan Monica akan berpengaruh terhadap perkembangan Setiawan Group. Mama mesti lihat ke depan. Berbeda dengan Brandon, dia sudah menyinggung Keluarga Yukardi. Kelak, bisa jadi dia akan menjadi incaran Keluarga Yukardi!” Setelah tertegun sejenak, Steve melanjutkan, “Semuanya aku lakukan juga demi kebaikan Keluarga Yukardi. Mama setuju, ya?”Amara terdiam beberapa saat, baru berkata, “Apa semua yang kamu katakan itu benar? Apa benar kamu melakukannya demi Keluarga Setiawan? Bukan demi dirimu sendiri?”Pertanyaan Steve membuat Steve terbengong. Sebelumnya Ibu tidak pernah menanyakan hal seperti ini. Entah demi Keluarga Setiawan maupun demi dirinya sendiri, bukankah semuanya tidak ada bedanya?Steve terbengong beberapa detik, lalu segera menjawab, “Tentu saja! Tentu saja demi keluarga in
Dengan kata lain, CCTV pun tidak menangkap adegan di mana Rainie melarikan diri. Dalam situasi seperti ini hanya ada dua kemungkinan. Pertama, ada pengkhianat yang bersekongkol dengan Rainie, yang tidak hanya membuat Rainie menghindari pengawasan CCTV tapi juga menghindari pantauan semua orang. Kedua … dia benar-benar bisa menghilang!Apa pun kemungkinannya, tidak ada yang berani menyimpulkan sebelum mereka mendapatkan hasil pemeriksaan yang jelas. Edgar tidak mungkin bisa mendapatkan hasilnya hanya dalam waktu satu hari. Karena itu mereka pun bubar setelah menemui jalan buntu. Hasil tes DNA kedua anak itu juga kebetulan sudah keluar. Ketika melihat hasil tesnya, dalam sekejap Brandon langsung ingin meneteskan air mata. Kedua anak itu benar adalah anak kandungnya. Kedua anak kembar yang belum pernah dia temui semenjak mereka dilahirkan di dunia ini akhirnya sudah berada di sisinya kini. Namun demikian, Brandon masih diterpa oleh perasaan yang rumit. Anaknya sudah kembali, tetapi Yuna m
“Siapa pun bisa, berarti aku juga bisa?” tanya Fred datar tetapi berisikan ancaman.Di saat itu Rainie sadar kalau dia sudah salah bicara. Lantas dia pun segera menundukkan kepalanya dan membungkuk seraya berkata, “Nggak, bukan itu maksudku! R20 sepenuhnya akan kuserahkan padamu. Terserah kamu mau pakai ke siapa. Aku … aku mana berani pakai R20 ke kamu ….”“Nggak apa-apa, aku cuma asal ngomong saja. Kalaupun kamu mau pakai R20 itu ke aku, apa kamu bisa? Sebenarnya kamu lumayan juga. Aku rasa kamu bisa berguna untukku. Untuk sekarang kamu tinggal di sini dulu saja. Nanti aku minta anak buahku untuk siapkan kamar. Tapi demi keamanan kamu sendiri, jangan pergi ke mana-mana. Mengerti?”“Iya. Mulai hari ini aku akan mengikuti perintahmu!”Merasa puas dengan sikap yang Rainie tunjukkan padanya, Fred memanggil anak buahnya untuk membawa Rainie pergi ke kamarnya. Sesudah Rainie pergi dari kantornya, senyum sinis di wajahnya itu sirna. Dia membuka botol kecil itu untuk melihat apa isinya karena
Yang paling penting sekarang, jika Rainie tidak bisa bekerja sama dengan Fred, dia sudah tidak punya tempat lagi untuk pergi.“Sejujurnya, selama ini aku selalu meneliti tentang cara mengendalikan pikiran orang lain!” jawab Rainie dengan tegas, setelah melalui pemikiran yang matang.Dengan satu jari menyusuri tulang hidungnya, Fred mengulangi ucapan Rainie. “Pikiran?”Kurang lebih Fred mengerti ke mana arah penelitian yang Rainie maksud.“Kamu pasti pernah main boneka yang dikendalikan pakai tali, ‘kan? Kurang lebih seperti it.”“Jadi kamu bisa mengendalikan perilaku orang lain seperti boneka? Terus apa menariknya?!”Fred memiliki ambisi untuk mengendalikan Yuraria, bahkan seluruh dunia. Akan tetapi yang dia inginkan adalah mengendalikan orang lain yang masih hidup, agar mereka tunduk di bawahnya, bukannya boneka yang tidak memiliki pemikirannya sendiri. Apa serunya mengendalikan orang yang mudah untuk dikendalikan.“Oh, jelas ini menarik banget!” kata Rainie. “Aku tahu kamu mau orang
Fred tidak berkomentar ataupun membalasnya. Dia hanya menatap wajah dan mata Rainie dengan serius. Meski tidak berkata apa-apa, dalam hatinya dia tahu setiap tutur kata yang wanita yang ada di depan matanya ini ucapkan sangat akurat. Setelah situasi tenggelam dalam kesunyian singkat, Fred berdeham dan bertanya.“Nama kamu ….”“Rainie.”“Orang itu sudah mati dari beberapa hari yang lalu. Berarti kamu juga sudah lama memegang barang itu, tapi kenapa kamu baru datang sekarang?”“Awalnya aku juga nggak tahu apa ini. Aku terus mencari mencari kalian tapi nggak berhasil. Setelah itu aku ditangkap sama Brandon dan kawan-kawannya.”“Brandon?! Brandon dan temannya?”“Iya! Aku berhasil kabur dengan susah payah dan langsung teringat sama kamu. Aku tahu kamu cuma yang bisa kasih semua yang aku mau. Dan cuma aku yang bisa membantu kamu!” kata Rainie dengan rasa percaya diri yang membumbung tinggi.“Gimana kamu bisa kabur dari mereka?”Perhatian Fred tertuju kepada hal itu. Dia sudah merasakan langs
Sekarang di dalam ruang kantor itu hanya ada Fred dan wanita tersebut. Fred masih tak bergerak di kursinya seraya mengamati wanita itu. Pakaiannya lusuh dan terlihat sangat kasihan meski dia sudah berusaha untuk bersikap elegan.“Kamu ….”“Aku Rainie, bawahannya asisten yang paling kamu percaya itu. Aku pernah bekerja ….”“Aku nggak tertarik kamu siapa. Aku cuma mau tahu apa tujuan kamu datang ke sini? Dari mana kamu tahu aku kepalanya di sini?”“Soal itu, ya. Sebenarnya awalnya aku juga nggak tahu siapa yang bertanggung jawab atas organisasi ini, sampai … aku menemukan kartu nama yang ada bosku pegang.”“Kartu nama apa? Maksud kamu kepingan kecil itu? Itu paling cuma koin untuk main game atau sejenisnya,” kata Fred menyangkal. Dia tentu saja tidak mau secepat itu mengakuinya. Yang dia lakukan sekarang ini adalah menguji apakah Rainie benar-benar tahu sesuatu atau hanya sekadar asal bicara.Akan tetapi Rainie sudah menduga hal seperti ini pasti terjadi. Dia tidak tampak kebingungan dan
“Yang Mulia jangan berpikir begitu. Kita justru saling menguntungkan satu sama lain. Yang Mulia bisa kembali muda, sedangkan aku mendapat kekuasaan penuh. Bukankah begitu lebih bagus?”“Hmph!”Sang Ratu sudah malas membicarakan ini. Namun bagi Fred itu tidak masalah. Selama semua berjalan sesuai dengan rencananya, apa yang ingin dia capai sebentar lagi akan berhasil. Tidak ada lagi seorang pun yang bisa menghentikannya. Di saat itu pula dari luar Fred mendengar suara lirih yang memanggilnya.“Pak Fred!”“Ada apa?”Sebenarnya Fred sedikit kesal karena dia sudah berpesan untuk jangan mengganggu kecuali ada hal penting. Namun lagi-lagi yang datang adalah mereka. Fred masih lebih suka dengan si cacat yang menjadi bos Rainie dan Shane dulu. Meski cacat secara fisik, dia cukup pintar dan banyak membantu Fred. Sayang sekali dia sudah tidak ada …. Tanpa berpikir panjang, Fred melihat di tangan orang itu ada sebuah botol kecil seperti botol parfum yang dijual di luar sana. Perbedaannya, cairan
“Apa lagi ini?”Dalam berkas yang berisikan surat wasiat tersebut tertulis jelas bahwa sang Ratu mengetahui kesehatannya yang makin menurun dan sudah dekat ajalnya, karena itu selagi masih sadar, sang Ratu dengan sukarela menyerahkan posisinya kepada keturunannya, dan Fred diberikan kepercayaan penuh untuk menjadi penasihat mereka.“Kamu masih berani mengaku nggak mau merebut posisiku?! cucuku usianya baru empat tahun, tahu apa merea? Lagi pula bukannya menurunkan ke anakku, tapi malah langsung ke cucuku. Orang waras pasti sudah tahu apa maksudnya ini.”“Nggak juga, cucu Yang Mulia sangat pintar dan punya bakat untuk jadi penguasa yang baik. Saya cuma bertugas memberi nasihat, tapi pada akhirnya kekuasaan tertinggi tetap jatuh kepada mereka. Terkait masalah pewaris, apa Yang Mulia masih nggak sadar juga seperti apa mereka? Mereka sama sekali nggak cocok untuk jadi penguasa!”“Fred, kenapa baru sekarang aku sadar kalau ternyata ambisimu setinggi itu, ya?”“Bukan, Yang Mulia. Yang Mulia
Ketik sang Ratu tersadar, dia sudah berada di atas kasur. Dia berbaring dengan sangat nyaman ditutupi oleh selimut yang rapi. Di sampingnya ada semacam alat medis yang mengeluarkan suara nyaring. Walau demikian, sang Ratu tidak merasa nyaman.“Fred! Fred!” sahutnya.Mengira tidak akan ada yang datang, tak disangka Fred sendiri yang muncul di hadapannya.“Ada yang bisa dibantu, Yang Mulia?”“Lepasin aku!”“Wah, sayang sekali Yang Mulia, tapi nggak bisa! Eksperimennya sudah mau kita jalankan dua hari lagi. Yang Mulia nggak boleh ke mana-mana sampai dua hari ke depan.”“Eksperimen apaan. Kamu cuma mau membunuhku dan mengambil alih jabatanku, bukan?”“Yang Mulia, saya mana berani melakukan itu. Kalau saya membunuh Yang Mulia, apa saya perlu menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk membangun lab dan semua eksperimen ini? Saya benar-benar berniat baik untuk Yang Mulia, tapi Yang Mulia malah terbuai sama omongan si cewek licik itu dan nggak percaya lagi sama saya. Sayang sekali!” kata Fre
“Aku?” kata Chermiko. “Nggak, aku cuma merasa itu terlalu aneh! Apa pun yang keluar dari mulut cewek gila itu, aku ….”Kata-kata yang hendak Chermiko katakan tersangkut di lehernya saat ditatap oleh Shane. Tadinya dia mau bilang tidak akan menganggap serius apa pun yang Rainie katakan, tetapi setelah dipikir-pikir, dia juga akan berpikir hal yang sama dengan Shane.“Oke, mau dia benar-benar bisa menghilang atau nggak, selama masih ada kemungkinan itu benar sekecil apa pun, kita harus cari tahu!” kata Brandon. Dia tidak menganggap ini sebagai sesuatu yang patut ditertawakan. Kalau sampai Rainie melarikan diri, maka bahaya terhadap masyarakat akan sangat besar.“Shane, jaga anak-anak!”Brandon pertama-tama langsung menghubungi Edgar agar dia bisa mengerahkan koneksinya untuk mencari Rainie di setiap sudut kota. ***Pintu kamar di mana Ratu sedang tidur siang diketuk sebanyak tiga kali, kemudian pintu itu dibuka begitu saja tanpa seizinnya. Sang Ratu membuka matanya sejenak dan langsung