Steve berpikir beberapa saat dan dia masih tidak mengerti dari maksud ucapan singkat Monica. Dia hanya merasa ada yang aneh dengan Monica. Namun setelah dipikir-pikir, Monica saja sudah berkonsultasi ke Departemen Neurologi, wajar kalau dia tidak waras.Hanya saja, dilihat dari ekspresi Monica, sepertinya dia percaya bahwa kitab di tangannya juga bukan kitab asli. Setidaknya, dia sempat merasa curiga. Kepikiran hal ini, suasana hati Steve terasa gembira. Steve melihat jam tangan, dia pun harus segera pulang membujuk ibunya untuk membantunya menjalankan rencana besarnya.Steve pergi mengambil barang yang sudah dipesannya dari rumah sakit. Kemudian, dia bergegas ke Kediaman Setiawan.Saat menerima panggilan Steve, Amara pun sudah bangun. Steve mengatakan dirinya akan pulang. Amara menyantap sarapan di lantai bawah sambil menunggunya. Ketika Amara hampir menyelesaikan sarapannya, Steve pun datang.Awalnya Amara masih mempertahankan aura dinginnya, tapi ketika melihat kedatangan Steve, dia
Awalnya Amara hanya mendengar saja, tapi setelah mendengar kalimat terakhir, dia pun terbengong. “Apa yang sedang kamu katakan? Kitab yang kamu curi itu … kitab palsu?”“Emm. Aku juga nggak ngerti, tapi kata Monica, kitab itu memang palsu. Semua ini jebakan yang sudah dibuat Brandon untuk aku. Dia sengaja! Mama nggak tahu, aku hampir saja tertembak anak panah. Kalau aku sampai tertembak, bisa jadi aku sudah kehilangan nyawaku, aku nggak bisa ketemu Mama lagi.” Steve menghela napas, lalu melanjutkan, “Mama bilang aku sadis sama dia, memangnya dia nggak sadis sama aku? Aku memang bersalah karena sudah mencuri kitab rahasia, tapi dia bisa terus terang sama aku atau melarangku. Sekarang dia malah membuat perangkap yang begitu berbahaya. Ma, apa dia menganggapku sebagai omnya?”“Ini ….” Seketika Amara juga tidak tahu harus berbuat apa.“Bukannya aku terlalu perhitungan, tapi kalau aku nggak merebut, sepertinya nyawaku nggak akan bisa terselamatkan lagi. Sekarang Mama masih hidup, dia masih
“Ma, apa kamu masih nggak percaya sama aku? Aku sudah bilang sama Monica, dia pasti akan bantu aku. Mama jangan lupa, Brandon pernah melukainya. Setelah aku menguasai Keluarga Setiawan, kerja sama antara aku dan Monica akan berpengaruh terhadap perkembangan Setiawan Group. Mama mesti lihat ke depan. Berbeda dengan Brandon, dia sudah menyinggung Keluarga Yukardi. Kelak, bisa jadi dia akan menjadi incaran Keluarga Yukardi!” Setelah tertegun sejenak, Steve melanjutkan, “Semuanya aku lakukan juga demi kebaikan Keluarga Yukardi. Mama setuju, ya?”Amara terdiam beberapa saat, baru berkata, “Apa semua yang kamu katakan itu benar? Apa benar kamu melakukannya demi Keluarga Setiawan? Bukan demi dirimu sendiri?”Pertanyaan Steve membuat Steve terbengong. Sebelumnya Ibu tidak pernah menanyakan hal seperti ini. Entah demi Keluarga Setiawan maupun demi dirinya sendiri, bukankah semuanya tidak ada bedanya?Steve terbengong beberapa detik, lalu segera menjawab, “Tentu saja! Tentu saja demi keluarga in
Ketika melihat kedua mata Steve yang berkilauan, Amara pun bertanya, “Apa kamu pernah berpikir, bagaimana dengan nasib Brandon?”“Dia akan jatuh dari pangkatnya. Kelak, dia juga nggak bisa perintah-perintah kita dan nggak bisa kontrol keuangan kita lagi!”Steve sedang membayangkan masa depannya yang cemerlang. Dulu dia tidak kepikiran ada cara yang begitu bagus. Jika Steve kepikiran cara ini dari dulu, sepertinya dia sudah mendapatkan segalanya! Hanya saja, sekarang juga masih belum terlambat!“Jadi, apa kamu pernah kepikiran, pada saat itu dia akan kehilangan segalanya, lalu dihina semua orang sebagai ‘anak haram’? Bukankah kehidupannya akan menjadi sengsara?”“Ma, kenapa kamu baik sekali? Dia juga memperlakukan kita ….”“Dia tidak pernah memperlakukan kita dengan keterlaluan. Setidaknya hidup kita tidak kekurangan. Kamu tidak usah bekerja dan bisa mendapatkan uang banyak, rumah mewah, dan juga mobil balap. Kelak Kediaman Setiawan ini juga akan menjadi milikmu. Setelah dipikir-pikir,
Steve menyuruh Amara untuk mengabaikan hasil tes DNA. Itu berarti meski Brandon adalah darah daging Keluarga Setiawan, dia juga mesti dicap sebagai “anak haram”!“Mengenai hasil tes DNA, Mama tenang saja. Aku sudah mempersiapkannya. Mama hanya perlu membacanya saja!” Sambil berbicara, Steve menyerahkan hasil tes DNA kepada Amara.Setelah mengambil dokumen itu, Amara membalikkan lembaran, lalu menyadari isinya sama seperti hasil tes DNA sebelumnya, hanya hasilnya malah berbeda 180 derajat. “Kamu sudah bekerja keras!”“Ma, aku juga sudah kehabisan akal!” Setelah tersenyum beberapa saat, Steve pun berkata, “Mama juga tahu Brandon sangatlah susah untuk dihadapi. Kalau aku nggak berbuat seperti ini, sepertinya seumur hidupku aku nggak akan bisa merebut kembali barangku.”“Barangmu?” Entah kenapa, tiba-tiba Amara ingin emosi. “Ingat! Semua itu adalah milik papamu! Semua ini adalah hasil dari jerih payah papamu!”Setiawan Group bisa berskala sebesar saat ini, semua itu juga berkat jerih payah
“Semuanya sudah hampir siap. Apa semua yang ada di sini perlu dibongkar?” tanya Adam.“Bongkar semuanya. Bubarkan semua pembantu kecuali pembantu yang berasal dari pulau!” ucap Monica dengan dingin.Ke mana pun Monica, biasanya dia akan selalu merekrut anggota baru. Selain itu, dia akan membawa beberapa orang kepercayaannya dari pulau untuk pergi bersamanya. Orang-orang baru itu juga hanya diperbolehkan bertugas di luar rumah. Dengan begitu, tidak ada yang akan mengetahui rahasia Monica.Adam mengiakan, lalu hendak menjalankan tugasnya. Tetiba, Monica malah menghentikannya, “Sebentar! Di mana gadis itu?”“Di dalam kamar.”“Panggil dia kemari. Ada yang ingin aku katakan sama dia.”“Baik!”Setelah Adam keluar, Monica baru memegang dadanya yang terasa sakit. Tak lama kemudian, dia merasakan ada bau darah di bagian tenggorokannya, lalu darah dimuncratkan dari mulutnya.Sepertinya teknik bela diri tingkat tinggi memang berbeda dengan biasanya. Monica harus segera pulang untuk latihan kultiv
Pertanyaan mendadak itu membuat Hanny terbengong. Dia mengedip-ngedipkan matanya, seolah-olah tidak mengerti siapa orang yang dimaksud Monica.“Kenapa pura-pura? Aku nggak percaya kamu bisa melupakan lelaki itu hanya dalam waktu beberapa hari! Sudahlah, aku cuma asal tanya saja, kamu nggak usah gugup!” dengus Monica. Dia kelihatan tidak begitu senang.“Bu … bukan!” Hanny segera menggeleng, lalu menjelaskan, “Kak, aku akui aku masih nggak bisa lupain dia. Tapi dia nggak begitu penting di dalam kehidupanku. Sebelumnya aku sangat menyukainya, tapi setelah dipikir-pikir, mungkin aku jarang ketemu sama lelaki, makanya aku bisa tertipu sama … gombalannya!”“Untung saja ada Kakak yang memarahiku! Kakak telah menyadarkanku. Aku merasa Kakak adalah orang terpenting dalam hidupku. Mengenai dia, dia bukanlah siapa-siapa! Aku sudah … nggak begitu menyukainya lagi!” Hanny segera menjelaskan lantaran takut Monica tidak memercayainya.Monica mengangkat-angkat alisnya. “Benarkah?”“Serius!” Hanny meng
Di Kediaman Setiawan.Steve sudah menghubungi semua orang. Sekarang dia sedang menunggu rapat keluarga di hari Sabtu nanti.Pada saat itu, dia akan mengumumkan masalah hasil tes DNA Brandon bahwa dia bukanlah anggota Keluarga Setiawan. Kemudian, Brandon akan didepak dari daftar nama keluarga. Hanya saja, Steve sudah berjanji kepada ibunya untuk memperlakukan Brandon dengan baik. Namun, semuanya juga tergantung dengan perilaku Brandon dan juga suasana hati Steve.Hanya saja, entah kenapa Steve merasa tidak tenang dengan ibunya. Jadi, belakangan ini Steve tidak keluar rumah dan terus berjaga di rumah. Dia takut setelah Brandon mendapatkan kabar ini, dia akan mendekati ibunya. Bagaimana jika hati ibunya luluh lagi, bukankah semua jerih payahnya akan sia-sia?Steve mengutak-atik ponselnya. Dia tak sengaja membuka nomor ponsel Monica. Senyuman di wajahnya pun spontan terkaku.Wanita ini benar-benar adalah mimpi buruk bagi Steve. Dia tidak pernah bertemu wanita yang begitu galak seperti Moni