Beranda / Rumah Tangga / Istri Kedua yang Diinginkan / Part 17. Romansa Tengah Malam

Share

Part 17. Romansa Tengah Malam

Penulis: Loyce
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-25 18:06:01
Sinar memilih tidak menanggapi ucapan Praba dan keluar dari kamarnya. Membanting pintu dengan kuat merasa gejolak amarah yang begitu besar di dalam hatinya. Sekeras apa pun dia berusaha, dia tak akan pernah bisa menang dari Praba. Percuma saja membuang tenaganya dengan cuma-cuma.

Membaringkan tubuhnya di sofa ruang keluarga, Sinar akhirnya tidur di sana. Dia bisa tidur di mana pun selama berada di dalam rumah. Bahkan tidak membutuhkan waktu lama, dia sudah terbuai oleh alam mimpi.

Tengah malam, dia terbangun merasa perutnya melilit dan rasa lapar seakan menguasainya. Namun, dia ingin sekali makan sesuatu yang sedikit menyulitkan. Dia kini berada di desa, cukup sulit mencari makan di jam malam seperti ini.

“Nak, ini udah malam. Ke mana kita mencari pecel malam-malam begini.”

Sinar tengah mondar-mandir di ruang keluarga sambil mengelus perutnya yang masih rata. Lampu ruangan tersebut temaram karena lampu utama sudah dimatikan. Sinar sengaja tidak menyalakan lampu utama dan lebih nyam
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 18. Problematik

    “Terima kasih atas syaratnya. Tapi saya tidak tertarik, Pak.” Sinar tahu diri siapa dia.Untuk mendapatkan penthouse seperti yang dimiliki oleh Praba, rasanya tidak mungkin. Dia pun tidak muluk-muluk dalam menghadapi hidupnya. Melihat adiknya sehat saja sudah menjadi sebuah kebanggan tersendiri baginya.Sinar mengabaikan tatapan Praba yang tiba-tiba memicing. Dia memilih duduk di sofa mewah yang ada di sana, lalu menyandarkan punggungnya dengan nyaman. Jaket milik Praba pun masih memeluk tubuhnya dan dia tak berniat untuk melepaskan.“Saya akan beristirahat. Jam berapa Bapak besok akan mengantarkan saya?”Praba dihinggapi rasa kesal karena tidak berhasil menarik perhatian Sinar. Namun, ditekannya perasaan kesal itu dalam-dalam.“Suka-suka saya,” jawabnya sebelum pergi meninggalkan Sinar ke lantai dua di mana kamarnya berada.Sinar berbaring di sofa sambil menatap langit-langit kamar. Keheningan itu merayap sebelum menguasai ruangan. Ada banyak hal yang dipikirkan oleh Sinar yang membua

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-26
  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 19. Pertengkaran Praba dan Talita

    Praba menghentikan mobilnya di sebuah tempat yang jauh dari keramaian. Sepanjang jalan, dia sudah menahan diri agar tidak memaki Talita dengan segala hal yang sudah dilakukan kepada Sinar beberapa waktu lalu. Tangannya menggenggam setir mobil dengan kuat hanya untuk menahan amarah yang siap meledak.“Kamu ingin saya menggugat cerai lebih dulu, atau kamu yang melakukannya.”Suara Praba dingin dan tajam. Memecah keheningan yang melingkupi dirinya dengan Talita. Perempuan yang duduk di samping kirinya itu segera menoleh dan mengeratkan rahangnya kuat.“Kamu bilang apa, Mas? Kamu membicarakan perceraian setelah kejadian hari ini?”“Jangan ganggu Sinar!” Tidak menanggapi ucapan Talita, Praba melanjutkan ucapannya. “Saya sudah muak dengan segala sikap kamu dan ini yang terakhir kalinya kamu berbuat seperti ini kepada Sinar.”“Mas membela dia?”“Ya! Saya membela dia.”Dilemparkanlah tatapan penuh amarah itu kepada Talita sampai perempuan itu diam tak berkutik. Praba tampaknya benar-benar mara

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-27
  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 20. Ulah Talita

    “Siapkan makan siang!”Praba baru saja sampai di kantor dan bejalan melewati meja sekretarisnya ketika memberikan perintah. Lina yang cepat tanggap itu segera berdiri dan mengikuti Praba dari belakang. Setelah Praba duduk di singgasananya, barulah perempuan bertanya.“Makan siang apa yang Bapak ingin makan?” tanya Lina dengan sopan. Sebuah tablet sudah ada di tangannya dan sepertinya ada banyak hal yang perlu Praba kerjakan hari ini.Diam-diam, Praba mendesah kesal. Suasana hatinya sedang tidak baik dan dia ingin menghindari apa pun. Namun, dia tidak ingin menyulitkan Lina dengan membuat ulang jadwalnya.“Apa jadwal saya hari ini?” tanya Praba alih-alih menjawab pertanyaan Lina.Segera, sederet jadwal yang sudah tersusun itu segera Lina bacakan. Seharusnya pagi tadi dia juga ada sebuah pertemuan penting yang harus dihadiri. Sayangnya, Praba tidak bisa dihubungi dan membuat Lina harus kalang kabut untuk reschedule.Satu tarikan napas panjang keluar dari mulut Praba. Rasa lelah itu tiba-

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-27
  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 21. Lelaki Asing

    Praba tidak mendapatkan jawaban apa pun dari Talita seolah perempuan itu tidak mendengarkan ucapan Praba. Kulitnya bahkan sudah mengerut karena kedinginan. Meskipun dia merasa marah, Praba tetap harus mengeluarkan Talita dari kolam renang. Air dingin itu terasa menusuk tulang Praba ketika dia masuk ke dalam kolam renang. Menarik tangan Talita agar dia bisa membawa perempuan itu ke tepi. “Jangan pedulikan aku.” Talita memberontak sekuat yang dia bisa, tetapi tubuhnya sudah mulai melemah sehingga dengan mudah Praba mengangkatnya dan membawanya ke pinggir kolam. Bibi membawa handuk kering untuk Praba dan Talita dengan wajah panik. Bibir Talita bergetar dan bahkan tidak bisa berdiri. Tanpa banyak kata, Praba menggendong istrinya itu dan membawanya ke dalam rumah. Meminta Bibi mengikutinya agar bisa mengganti baju Talita. Perempuan itu berada di bawah selimut tebal ketika Praba masuk ke dalam kamarnya. Wajahnya tampak semakin pucat seperti tak ada darah yang mengalir ke sana. Praba meng

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-28
  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 22. Ciuman Pertama

    “Maaf, tapi sepertinya Bapak salah paham.” Lelaki itu segera bersuara untuk menjelaskan. “Saya Galih, Pak. Saya pemilik toko buku. Kebetulan, Mbak Sinar waktu itu mencari buku yang stoknya sudah tidak ada. Jadi saya mengirimkan setelah saya mendapatkannya.”Beberapa hari tidak melihat Praba, entah kenapa tiba-tiba saja membuat Sinar merasa ada debaran aneh di hatinya. Ada sebuah lonjakan kebahagiaan yang muncul dengan cepat. Tidak ada yang berubah dari wajah Praba, lelaki itu masih tetap tampan dan berwibawa.Sayangnya, Praba terlalu menyebalkan. Lihat saja sekarang, dia bahkan tidak menjawab ucapan Galih sama sekali. Agar Galih tidak merasa tersinggung, maka Sinar yang akhirnya mengambil alih untuk menjawab.“Terima kasih, Mas Galih. Nanti kalau pesanan buku saya yang lain sudah datang, langsung antarkan saja.” Galih yang tadinya terlihat sedikit canggung itu akhirnya kembali santai.“Tidak perlu.” Praba bersuara untuk menjawab Sinar. “Biar nanti supir atau Bibi yang ambil bukunya di

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-28
  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 23. Nafkah Batin

    “Tolong berhenti,” gumam Sinar dengan suara serak. Tubuh Sinar bergetar. Kedua tangannya meremas sisi celananya. Kepalanya seakan kosong tanpa isi.Dalam kondisi normal, seharusnya Sinar memberikan tamparan keras di wajah Praba karena telah mengambil ciuman pertamanya. Namun, tubuhnya seakan kaku tak bisa digerakkan. Lagi pula, akan menjadi kesalahannya ketika dia melakukan itu. Bagaimanapun, apa pun sebutannya, dia adalah istri sah Praba. Lelaki itu berhak melakukannya.Praba menjauhkan wajahnya dari wajah Sinar dengan napas masih menderu hangat. Tatapan Sinar sayu luar biasa dan entah kenapa itu justru membuat Praba merasa digoda habi-habisan oleh gadis itu.Tanpa memedulikan ekspresi lingung Sinar, Praba justru memeluk istri keduanya itu dan menenggelamkan wajahnya pada bahu Sinar dan menghirup wangi gadis itu.‘Sial, apa yang kamu semprotkan di tubuhmu, Sinar?’ Praba bergumam di dalam hati. Merutuki dirinya sendiri karena terbuai dengan aroma manis dari tubuh istri mudanya.Tidak i

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-28
  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 24. Kebimbangan

    Praba mendorong tubuh Talita. Sorot matanya tajam mengarah pada perempuan itu. Rahang lelaki itu bahkan mengetat erat. Kepalan tangannya membulat. Jika dia tak mengingat Talita adalah istrinya, mungkin tangannya sudah melayang di wajah perempuan tersebut.Meskipun sikap Praba tak sesuai harapan, tetapi Talita masih bertahan memegangi pinggang lelaki itu.“Kita pulang sekarang,” ucap Praba“Apa aku benar-benar tidak akan mendapatkannya?” Talita tidak beralih ke mana pun. Menatap pada Praba dengan penuh permohonan. “Aku istri Mas. Kita udah lama tidak menghabiskan waktu bersama. Aku, benar-benar merindukan kamu, Mas.” Talita masih terus merayu.Inilah yang dilakukan oleh Talita selama ini untuk bertahan dengan Praba. Dia yang gencar untuk mendekat dan mengambil kesempatan. Praba tidak sekalipun memiliki inisiatif untuk melakukannya lebih dulu.Praba tetap bergeming. Rayuan yang diberikan oleh Talita seolah tidak bisa menyentuh relung hatinya. Dia kini hanya terus menatap Talita dengan da

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-30
  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 25. Musibah

    Praba berdiri menimbulkan kursi beroda yang didudukinya itu terdorong ke belakang. Rahangnya mengetat dan ekpresinya dingin luar biasa. Seseorang yang tengah berbicara di depan itu seketika berhenti.“Maaf, apa Bapak membutuhkan sesuatu?” sekretaris Praba mendekat untuk memastikan sesuatu.“Lanjutkan saja meetingnya!” Hanya itu yang dikatakan sebelum dia berlari keluar dari ruangan tersebut membuat semua orang yang ada di dalam sana terdiam tak bisa mengatakan apa pun.Praba memacu mobilnya dengan cepat berharap dia bisa segera sampai di rumah sakit tempat Sinar dirawat. Dalam hati dia bertanya, seberapa parah luka yang didapat Sinar? Apakah gadis itu baik-baik saja? Lalu bagaimana dengan janin yang ada di dalam kandungannya?Praba sungguh tak bisa tenang sampai dia bisa melihat keadaan Sinar secara langsung. Mengutuk jarak yang ditempuh harus membutuhkan berjam-jam perjalanan. Tiba-tiba saja pikirannya memunculkan ide, akan lebih baik kalau Sinar tetap berada di kota sehingga akan mem

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-30

Bab terbaru

  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 125. End

    Halaman belakang rumah besar Praba dipenuhi keceriaan yang luar biasa. Askara, Bhumi, dan Cherry berdiri di depan panggangan barbeque sambil sesekali saling menyenggol. Namun, kali ini tidak ada yang mencoba untuk melerainya.Para pekerja juga membantu mereka memanggang banyak makanan. Aroma makanan menguar tiada henti. Begitu nikmat luar biasa. Cherry pergi lebih dulu, lalu duduk dan bergabung dengan kedua orang tuanya.“Makan dulu, Bos.” Begitu katanya kepada sang ayah juga ibunya. “Ayo, Bunda makan dulu. Mengobrol juga butuh tenaga.”Ya, tidak ada yang salah dengan panggilan Cherry karena di sana memang ada Talita. Setelah obrolan Talita dan Sinar saat itu, hubungan dua perempuan itu lambat laun membaik. Mereka menekan ego mereka demi Askara.Begitu juga dengan Praba dan anak-anak mereka. Bhumi dan Cherry bahkan ikut-ikutan memanggil Talita dengan bunda. Jika dalam kondisi yang lalu, Talita pasti akan merasa keberatan, tetapi sekarang tentu berbeda. Dia bahkan merasa memiliki tiga

  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 124

    “Sebagai seorang ibu, kita adalah dua orang yang sama-sama menyayangi dan mencintai Askara. Dia memintaku untuk mempertimbangkan agar kita bisa berdamai.”Talita secara pribadi datang ke rumah Sinar dan membicarakan masalah tersebut setelah dia berpikir secara terus menerus. Dia menarik garis ke belakang dan memikirkan tentang masa lalu yang sudah terjadi. Jika dia menyalahkan Sinar sepenuhnya dan menganggap perempuan itu salah, maka itu tidak benar.Sinar dulu juga seorang korban. Dia juga perempuan yang sudah memberikan cintanya dengan penuh kepada Askara. Tidak sekalipun dia merasa terganggu dengan kehadiran putranya tersebut.“Selama ini saya tidak pernah ingin berseteru dengan Ibu secara terus menerus. Hanya saja, Ibu masih menganggap saya adalah orang yang harus Ibu musuhi.” Itu adalah jawaban yang diberikan oleh Sinar. “Melihat bagaimana hubungan kita selama ini, saya yakin itu menjadikan tekanan sendiri bagi Askara. Itulah kenapa dia ingin melihat kita berdamai.”Sinar menging

  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 123

    “Abang nggak jadi ke luar negeri, Ma.”Sinar yang sedang membuatkan sandwich untuk Askara itu segera mendongak menatap putranya yang tengah duduk di stole bar. Anggota keluarganya yang lain sedang sibuk sendiri-sendiri dan hanya ada Sinar dan Askara saja di sana.“Abang bicara banyak dengan Bunda. Bunda pun mengerti tentang keinginan Abang. Kalaupun toh nanti misalnya Abang ingin sekolah di sana, itu atas dasar keinginan Abang sendiri. Tapi, sampai sekarang, Abang belum ingin. Abang masih lebih suka di negeri sendiri.”Sinar meletakkan sandwich-nya ke atas piring lalu meletakkan di depan Askara. “Mama senang mendengar itu.” Perempuan itu duduk di samping putranya dan menemani makan.“Abang berharap, Mama dan Bunda bisa berbaikan.”Kalimat itu membuat Sinar segera menoleh ke arah putranya. Tatapan remaja itu penuh pengharapan. Dia tampaknya ingin melihat kedua orang yang disayanginya tidak lagi berselisih paham. Askara tentulah tahu jika sebenarnya yang selalu membuat masalah antara ke

  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 122

    Untuk pertama kalinya, Askara menghadiri acara keluarga Talita. Dia berusaha berbaur dengan keluarganya yang menerima Askara dengan sangat baik. Nenek dan kakeknya begitu bahagia melihat cucunya akhirnya datang dan berumpul dengan keluarga.“Nenek senang kamu ada di sini.” Askara menoleh dan mendapati seorang perempuan tua yang tampak masih begitu sehat. Tentu jika bersama dengan nenek dan kakeknya bukan pertama kalinya mereka bertemu, hanya saja dia selalu menolak untuk hadir ketika acara-acara seperti ini dilakukan.“Nenek sudah makan?” tanya Askara mencoba untuk perhatian. “Aku lihat, sejak tadi hanya mondar-mandir ke sana-kemari. Nenek harus menjaga kesehatan.”Perempuan tua itu tersenyum lembut. Menarik tangan Askara, lalu menggenggamnya. “Nenek senang kalau cucu-cucu Nenek berkumpul seperti ini, hati Nenek terasa bahagia sekali.”Askara menatap langit yang mucul sekumpulan bintang-bintang. Indah sekali. Sayangnya ini bukan bulan purnama. Jika bulan purnama, sekarang ibunya pasti

  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 121

    Kedua tangan Askara maupun Talita penuh dengan barang belanjaan. Talita benar-benar membeli banyak barang untuk dirinya sendiri dan juga Askara. Setelah keluarga bersama dengan Talita, melepaskan segala beban yang selama ini dirasakan, Askara sedikit luluh dengan sikap ibunya.“Terima kasih. Abang sudah bersedia berjalan-jalan dengan Bunda.”Mereka sudah sampai di rumah dan sama-sama melepas lelah dengan duduk di sofa. Askara segera membaringkan tubuhnya di sofa dan memeluk bantal sofa. Memainkan ponselnya sebentar sebelum meletakkannya kembali.“Kalau ngantuk, naik gih, tidur di kamar.” Talita menepuk kaki Askara, lalu mengelus pelan kaki tersebut.“Aku di sini aja. Jendelanya biarin kebuka aja, Bun. Nggak usah pakai AC.” Askara menutup matanya setelah itu. Dia sepertinya benar-benar lelah luar biasa.Talita membuka jendela-jendela lebar itu agar angin bisa masuk. Membuat Askara menjadi nyaman luar biasa. Lelaki itu segera saja terlelap dalam tidurnya. Jika Askara sudah memutuskan un

  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 120

    “Cerita Tante ternyata cukup rumit.” Tanggapan Bastian setelah itu. Menatap Askara setelah itu. “Bagaimana tanggapan lo tentang itu, Askara?”Askara menanggapi santai. “Gue udah pernah cerita itu dari Papa. Nggak beda jauh. Hanya beda sudut pandang.”“Papamu menceritakannya?” Talita mengernyit, lalu dia mengingat sesuatu. “Apa karena saat Bunba minta kamu bertanya tentang waktu itu ….”“Ya.” Askara memotong ucapan ibunya. “Papa sudah cerita semuanya.”“Lalu, apa tanggapanmu?” tanya Bastian lagi. “Menurut gue, ini terlalu rumit.”“Kehidupan orang tua selalu rumit dan gue benci itu.” Askara menarik napasnya panjang. “Bukankah keegoisan mereka sehingga membuat gue harus berada dalam masalah? Harus memilih di antara dua ibu.” Askara tersenyum kecil. “Percayalah, itu sangat menyebalkan.”Akhirnya, Askara mengungkapkan isi hatinya yang terpendam. Sejak kecil dia harus ditarik ke sana-kemari untuk hidup dan tinggal bersama mereka. Dia kesal luar biasa.Ruangan itu seketika hening karena keju

  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 119

    “Ma, Abang akan menginap di rumah Bunda,” pamit Askara kepada Sinar. Weekend ini dia ingin mencoba membuka hatinya untuk ‘melihat’ lebih dekat kehidupan yang dijalani oleh Talita. Seperti yang Bastian katakan, dia ingin benar-benar memahami posisi Talita.Dia selama ini selalu marah dan tertekan jika Talita memintanya untuk tinggal bersama dengannya. Baginya, Talita tidak seperti Sinar yang sangat dia sayangi. Sekarang, dia sudah berpikir lebih dingin dan dia ingin menjalani semuanya dengan lebih tenang.“Abang sudah bilang kepada Bunda kalau Abang mau datang?” tanya Nilam. “Biasanya Bunda yang akan menjemput Abang.”“Nanti pulang sekolah langsung diantar supir ke rumah Bunda, Ma. Aku udah bilang sama Bunda juga.”Sinar diam tak segera menanggapi karena dia merasa Askara sudah mulai terbuka dengan Talita. Ada rasa takut, tetapi dia juga tidak bisa menghentikan.“Ya sudah. Abang hati-hati. Kalau ada apa-apa langsung bilang ke Mama.” Sinar mengelus pundak putranya dengan lembut.“Iya, M

  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 118

    “Askara!”Panggilan itu membuat Askara menoleh. Dia mendapati seorang lelaki muda berdiri tak jauh darinya dan menatapnya. Lelaki itu tersenyum sebelum mendekat ke arahnya.“Gue udah lama nunggu.”Askara tidak mengenal lelaki itu. Oleh karena itu dia hanya memberi tatapan penuh tanya ke arah lelaki itu. Tahu jika dia harus memperkenalkan dirinya, lelaki itu lantas mengulurkan tangannya.“Gue Bastian. Sepupu lo.”Barulah Askara menyadari jika lelaki itu adalah lelaki yang dimaksud oleh bundanya. Sepupu yang kuliah di luar negeri. Askara menerima uluran tangan lelaki itu. “Askara.”Bastian tampak masih tersenyum. “Ada kafe di depan, kita ke sana? Sekalian ngobrol.” Askara tidak langsung menjawab dan tampak berpikir, tetapi Bastian segera bersuara. “Nanti gue antar pulang.”“Nggak perlu, gue bisa pulang sendiri. Gue nunggu sopir atau adik-adik gue buat pamit.” Askara menoleh ke sana-kemari untuk mencari keberadaan kedua adiknya, tetapi mereka tidak juga muncul.Lantas dia mengeluarkan po

  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 117

    “Kalau bukan karena dia, Talita masih tetap akan menjadi menantu keluarga kita.”“Cukup!” Dimas berteriak membentak Cindy. “Mama ini benar-benar, ya. Mau sampai kapan Mama terus memusuhi Sinar. Ini sudah lama sejak Praba dan Sinar menikah. Kehidupan mereka baik-baik saja sampai sekarang, tapi Mama masih bertahan dengan ego Mama.”“Kalau Oma nggak suka sama kami, sebenarnya nggak masalah.” Bhumi bersuara. “Tapi nggak perlu menjelekkan Mama. Mama adalah mama terbaik buat kami.”“Tahu apa kamu tentang ibumu? Ibumu adalah perempuan yang mengambil suami perempuan lain. Dia itu pelakor.” Cindy semakin tua mulutnya benar-benar luar biasa menyebalkan.“Kalau Mama terus saja menyebut istriku seperti itu, lebih baik Mama tidak perlu datang ke rumah ini.” Praba sudah muak dengan segala macam hinaan yang dikeluarkan Cindy kepada istrinya.Tidak sedikitpun Cindy merasa tersentuh dengan kebaikan Sinar selama ini. Bahkan suatu hari dia pernah dirawat di rumah sakit dan Sinar yang menjaganya sampai k

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status