Share

69. Bersama Siapa?

last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-02 23:18:32

**

Ini sungguh menyebalkan, namun William tidak bisa menolong dirinya sendiri.

Seluruh benaknya dipenuhi bayangan tentang Binar setelah pria itu nekat menelepon sang mantan istri kedua semalam. Hingga hari berganti pagi, ia sama sekali tidak bisa memejamkan mata sedikitpun. Terbayang-bayang paras lembut yang sempat membuat hatinya bergetar saat-saat lampau dulu.

Akhirnya sekitar pukul sembilan pagi, sang presdir membawa wajah kuyunya keluar kamar. Menyeret langkah malas menuju meja makan untuk bersiap berangkat ke kantor.

Tak ia temukan sang istri di sana. Membuat kernyitan dalam tercetak pada kening pria rupawan meski usianya sudah hampir kepala empat itu.

“Ke mana Rachel? Apa dia belum bangun?” tanyanya kepada perempuan pegawai rumah yang sedang menyiapkan meja makan.

Perempuan itu tampak sedikit gugup menerima pertanyaan demikian dari sang tuan. Ia mundur beberapa langkah dan menunduk dalam-dalam sementara menjawab.

“Nyonya … Nyonya sudah berangkat sekitar satu jam yang lalu, Tuan.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
vpi
Kamu terlalu lama…membongkar kebusukan istrimu & Dr Gio
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Kedua: Melahirkan Putra sang Presdir   70. Problem Solving

    **Dua orang itu terperanjat. Terutama si pria di samping Rachel yang segera menjauhkan tubuh dengan canggung. Ia berdehem pelan untuk menutupi salah tingkah, sementara itu Rachel sendiri terlihat gelagapan walau setelahnya bertingkah seolah tidak ada yang terjadi.“William? Kamu ngapain di sini?”Sang tuan melangkah mendekat dengan pandangan keruh. “Bukankah seharusnya aku yang bertanya begitu? Sedang apa kamu berada di sini pada hari sepagi ini?”“Aku kerja, Willy!”“Pekerjaan macam apa? Aku nggak melihat apapun yang tampak seperti pekerjaan. Kecuali kalau berpegangan tangan dengan laki-laki asing menurutmu termasuk pekerjaan?”Pria rupawan itu menjatuhkan pandangan tajam kepada pria di samping Rachel yang ternyata membalas tatapannya dengan berani.“Willy–”“Dan haruskah di tempat seperti ini? Apakah kamu bisa memberikan penjelasan yang masuk akal kepadaku?”Rachel sungguh gagal menyembunyikan rasa gugupnya. Ia mengalihkan pandangan dari sang suami yang masih berdiri di tempat deng

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-04
  • Istri Kedua: Melahirkan Putra sang Presdir   71. Berdebat

    **“Sial, hampir saja ketahuan. Gimana bisa sih, William tahu kita ada di mana? Jangan-jangan dia pakai pelacak lagi.”Rachel mendesis kepada pria di sampingnya yang sedari tadi tak henti-henti memaki. Pandangan tajamnya membuat pria tampan itu terpaksa menutup mulut.“Kamu nggak hati-hati, Rachel. Coba periksa ponselmu, apakah ada aplikasi pelacak di sana.”“Apa kamu lupa William itu siapa, Abian?” tukas Rachel tak kalah kesal. “Pelacak dia hidup dan tersebar di manapun dia inginkan. Bahkan mungkin saat ini mata-matanya sedang menguntit kita berdua.”Pria bernama Abian itu sekali lagi mengumpat, sebelum ia beranjak mendekati jendela besar di seberang ruangan. Abian mencoba menengok keluar jendela itu untuk memeriksa apakah ada seseorang yang mencurigakan di luar sana. Agak konyol, sebab kedua insan itu saat ini sedang berada di ketinggian lantai sembilan sebuah hotel megah.“Rachel, memangnya sampai kapan kita akan seperti ini?” Abian bertanya sembari membalikkan badan dari tepi jend

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-08
  • Istri Kedua: Melahirkan Putra sang Presdir   72. Anxiety

    **Rachel tidak mau turun dan berniat menginjak pedal gas untuk melanjutkan perjalanan saja. Namun setitik hati nurani yang ternyata masih tersisa di sudut hatinya itu memaksanya untuk tetap tinggal. Lagipula ketika ia mengintip melalui kaca spion, sepertinya seseorang yang ia serempet tadi tidak bangkit, berdiri atau menghampirinya.“Apakah separah itu sampai dia nggak bisa bangun? Tapi mobilku hanya menyenggolnya saja, kok! Astaga, sialan sekali sih!”Meski mengomel dan agak panik, wanita itu akhirnya turun dari sedan hitamnya. Ia melangkah pelan-pelan ke arah belakang mobil untuk memeriksa apa yang terjadi.Sampai akhirnya lagi-lagi kenyataan tak menyenangkan menyerangnya seperti anak panah beracun.“Mbak Rachel?” Perempuan yang Rachel serempet itu berdiri setelah mengibaskan debu yang mengotori bajunya. Benar, ia sempat jatuh tersungkur di tepi jalanan sepi.“B-Binar?” sebut Rachel dengan suara bergetar. Seribu kutukan ia lontarkan dalam hati. Mengapa dari sekian juta manusia yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-18
  • Istri Kedua: Melahirkan Putra sang Presdir   73. Bertepuk Sebelah Tangan

    **“Aku ketemu sama Mbak Rachel … dia … dia–” Binar menggigit bibirnya yang bergetar untuk menahan tangis yang sepertinya akan kembali meledak“It’s okay, it’s okay. Jangan khawatir, itu hanya Rachel. Dia nggak akan bisa melakukan apapun sama kamu. Kamu sudah di rumah, jadi kamu aman sekarang. Jangan takut, oke?”“Gi-gimana ka-kalau dia datang … dan … dan bawa Noah?”“No, no. Never gonna happen, Binar. Ada aku di sini. Nggak akan ada seorang pun yang bisa memisahkan kamu sama Noah, percaya sama aku.”Bahu kecil yang gemetaran itu perlahan mulai tenang. Gio mengusap-usapnya dengan lembut dan penuh perhatian. Senyumnya merekah menenangkan.Rasa sesak dalam dada Binar perlahan seperti melonggar. Ia menghela napas berkali-kali untuk menghilangkan rasa tremor yang menjalari seluruh tubuh.“Terima kasih, Mas Gi,” tutur perempuan dua puluh tujuh tahun itu, lirih. “Maaf aku selalu merepotkan kamu dengan hal-hal seperti ini.”“Aku nggak pernah menganggapnya merepotkan, Binar. Karena–”“Aku aka

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-19
  • Istri Kedua: Melahirkan Putra sang Presdir   74. Abian

    **“Perempuan brengsek itu–”Rachel memukul setir mobilnya keras-keras. Dadanya naik turun, menahan amarah. “Sialan! Gimana bisa dia bisa muncul lagi setelah dua tahun lamanya? Aku pikir dia sudah mati!”Kedua bola mata Rachel membeliak, rasa panik merambati seluruh tubuhnya saat ia teringat kata-kata yang telah ia lontarkan kepada Binar tadi. Tentang putra perempuan itu.“Ba-bagaimana kalau sampai William ketemu lagi sama perempuan itu dan anaknya? Bagaimana kalau sampai William tahu kalau ia berhasil memiliki anak kandung dari perempuan itu?”Rachel meremas-remas setir mobilnya dengan telapak tangan yang basah. Sibuk memutar otak dan mencari cara untuk menjauhkan kemungkinan yang ia pikirkan saat itu. Namun hingga beberapa saat lamanya ia diam di dalam mobilnya yang terparkir di tepi jalan, tak satu pun ide terlintas dalam benaknya.“Sial! Bagaimana ini? Satu masalah belum selesai, ada masalah baru lagi! Sial!”Rachel kemudian sudah hampir menginjak pedal gas mobilnya dan bermaksud

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-21
  • Istri Kedua: Melahirkan Putra sang Presdir   75. Kebenaran Singkat

    **William menuruti perkataan ibunya. Ia mengabaikan Rachel, kendati para bawahannya silih berganti melaporkan perbuatan wanita itu setiap hari sekarang. William tidak ingin mengurusi hal itu dulu. Biarlah Rachel lakukan apa yang ia mau. William akan berpura-pura bodoh saja dulu.“Sepertinya hubungan itu sudah terjalin lama, Tuan. Kenapa anda baru memerintahkan kepada kami untuk menyelidiki apa yang terjadi akhir-akhir ini? Mengapa tidak dari dulu-dulu saja?”William juga mengabaikan protes para bawahannya yang setia. Entah bagaimana selama ini sama sekali tidak pernah terpikir dalam benak sang presdir mengenai hal tersebut. Ia mempercayai Rachel sepenuh hati. Tidak sedikitpun William pernah mengira bahwa sang istri akan mengkhianatinya seperti itu.Lebih daripada itu, William lebih memilih satu hal lain yang jauh lebih penting sekarang ini.Saat ini.Pria itu sedang duduk di dalam kabin mobilnya, di parkiran rumah sakit yang masih sepi. Tentu saja masih sepi, sebab hari masih cukup p

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-24
  • Istri Kedua: Melahirkan Putra sang Presdir   76. Gotcha!

    **Di mana Binar berada saat ini?William sungguh buntu. Sampai ia sama sekali lupa bahwa dirinya adalah bos besar yang memiliki puluhan bawahan setia. Sama sekali lupa bahwa ia hanya perlu memerintahkan satu atau dua anak buahnya untuk mencari sosok yang kini begitu ia dambakan itu.Sang presdir berakhir hanya termangu di atas kursi kerjanya di dalam kantor. Menatap hampa kepada city view yang menghampar di depan dinding kaca ruangannya. Barulah ia bergeming saat seorang bawahannya mengirim foto Rachel bersama pria yang waktu itu ia temui di restoran hotel.Dalam foto itu, Rachel dan si pria seperti sedang memasuki ruangan poli obgyn di rumah sakit. Tag pada pintu ruangannya terlihat jelas dalam foto.“Sial.” Hanya mengumpat pelan sekalipun kepalanya seperti dihantam dengan palu. “Aku tidak bisa membiarkanmu terus menginjak-injak harga diriku seperti sekarang ini, Rachel! Aku sudah cukup bersabar dengan kelakuan busukmu! Apa yang kau lakukan bersama pria itu di dokter kandungan?”Ia

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-25
  • Istri Kedua: Melahirkan Putra sang Presdir   77. Hujan

    **William tidak peduli kalaupun pria itu akan mati. Ia menanggalkan semua identitas CEO Diamond Group yang tenang dan terhormat saat ini. Akal sehatnya padam tersulut oleh bara api amarah yang membakar kesadarannya. Dengan brutal pria itu menghajar Abian hingga yang bersangkutan tidak lagi bisa berkutik. Tersungkur berdarah-darah di sudut ruangan.Sementara sosok yang membuat keributan itu terjadi, hanya bisa berteriak-teriak demi mencegah suaminya bertindak lebih jauh. “Willy! Please berhenti! Dia bisa mati, Wil! Please–”“Hanya karena kamu perempuan, aku nggak melakukan hal yang sama denganmu, Rachel! Jadi sebaiknya kamu diam!”“Willy, please Wil!”William baru berhenti setelah Abian tidak lagi bergerak, entah pingsan atau mati. Pria itu berpaling dengan membawa raut keruh, meninggalkan Rachel tanpa sepatah pun kata lagi. Sama sekali tidak peduli jika barangkali Abian akan melaporkannya ke kepolisian nanti, meskipun jika memang hal itu benar terjadi, tidak akan berpengaruh apa-apa

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-03

Bab terbaru

  • Istri Kedua: Melahirkan Putra sang Presdir   100. Kembali Padamu

    **Seharusnya, acara pernikahan memanglah seperti ini.Penuh dengan rasa dan suasana bahagia. Dan walaupun dari keluarga Binar yang hadir hanya tiga orang, yaitu Ayahnya, Gio, dan Linda, namun bagi Binar itu lebih dari cukup. Dari tiga orang itu, tidak ada yang memiliki senyum palsu. Mereka tersenyum karena memang turut merasa bahagia. Ini adalah pernikahan William dan Binar yang kedua. Namun rasanya seperti mereka baru saja mengikrarkan janji suci setelah saling jatuh cinta sekian lamanya. Dalam balutan gaun putih sederhana yang justru membuat Binar terlihat sangat cantik, perempuan itu tak henti-henti tersenyum. Hatinya mengembang bahagia, mekar seperti bunga-bunga di musim semi. Sesekali melirik kepada sang suami yang terlihat seperti patung dewa, mengenakan setelan tuksedo putih senada. Tidak tampak lagi Tuan William Aarav yang dingin dan kaku. Malam ini pria rupawan itu menebar senyum kepada setiap orang yang turut datang pada hari bahagianya.Pernikahan dilaksanakan di salah sa

  • Istri Kedua: Melahirkan Putra sang Presdir   99. Tidak Bisa Menunggu

    **“Aku turut berbahagia dengan keputusan kalian. Meski demikian, kalau kau ulangi perbuatanmu sekali lagi, aku bersumpah akan merebut Binar dan membawa dia lari ke ujung dunia, William. Akan aku pastikan kau tidak bisa menemukannya apapun caramu.”William dan Binar saling bertukar pandang sejenak sebelum yang lebih muda tertunduk malu. Kedua orang itu sedang duduk dengan canggung di ruang tamu kediaman Gio malam ini. Mengantarkan Noah melepas rindu dengan sang ‘papa’, sekaligus menyampaikan niat untuk kembali bersama.“Kedengaran seperti ancaman.”“Ya memang ancaman. Aku serius, William. Jangan sok meremehkan begitu wajahmu!”“Baiklah, baiklah Tuan.” William memotong dengan dengus tawa pendek. “Akan aku pastikan hal itu tidak akan pernah terjadi.”“Binar, kamu tahu harus mencariku di mana kalau manusia jelek ini menyakitimu lagi. Nggak usah khawatir, aku selalu dalam mode siaga untuk membawamu kabur, kapan saja.”“Jaga mulutmu, Gio!”“Aku nggak akan menjaga mulutku kepada orang payah

  • Istri Kedua: Melahirkan Putra sang Presdir   98. Berbahagialah

    **Binar terpaku di tempatnya. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya untuk menanggapi permintaan itu. William terlalu frontal, dan impulsif. Bisa-bisanya ia datang selarut ini hanya untuk meminta pelukan.“Tu-Tuan, ini sudah malam.”“Aku sudah tahu.”“Bukankah sebaiknya anda pulang saja?”Pria itu tersenyum. Sebuah pemandangan yang jarang sekali dilihat orang. Senyumnya tampak tulus, membuat wajahnya yang sudah tampan, menjadi berkali-kali lipat lebih dari itu. Binar terkesima, sungguh.“Sudah aku bilang, kan. Aku sudah merindukanmu lagi. Aku tidak mau pulang sebelum kamu memberiku pelukan.”Apa-apaan itu? Binar bergerak dengan tidak nyaman. Sesekali ia menoleh ke arah belakang, khawatir kalau-kalau Linda atau Noah mengintipnya dari dalam sana. Tapi tentu saja tidak, sebab keduanya sudah tidur sejak beberapa jam yang lalu.“Tuan, ini tidak benar.” Binar mendesah dengan gusar. Ia menatap entitas di hadapannya itu dengan agak segan.“Memang tidak benar. Sejak kapan cinta bisa dibena

  • Istri Kedua: Melahirkan Putra sang Presdir   97. Dilema

    **Binar buru-buru menghapus air matanya. Ia menoleh dengan gugup ke samping, dan baru menyadari bahwa sang putra juga masih berada di sana. Bocah kecil itu memandang dengan ketakutan, terutama kepada Binar yang menangis.“Mama?” sebutnya lirih, “Mama okay?”“Ah, sorry. Mama okay. Mama nggak apa-apa, Sayang.” Binar menghempaskan tangan William yang masih menggenggam pergelangan tangannya. Ia berjongkok untuk mensejajarkan tinggi badan dengan Noah yang masih memasang wajah gusar.“Mama, are you cry?”“Yes, a little.” Binar menjawab pertanyaan itu dengan senyum. “Tapi Mama sudah nggak apa-apa.”“Mama ….”“Noah, come in, Baby. Bisa Aunty minta tolong untuk kasih makan Gi?” Linda mendadak datang untuk menyelamatkan situasi. Ia menunjuk golden retriever-nya yang sedang mengibas-ngibaskan ekor penuh semangat.“Tapi Mama?” Noah tampak keberatan. Ia memandang sang ibu, khawatir bahwa pria di belakangnya itu akan membawa pergi ibunya jika ia meninggalkan tempat.“Mama hanya akan bicara dengan

  • Istri Kedua: Melahirkan Putra sang Presdir   96. Jangan Menangis

    **Hampir satu bulan berlalu sejak kedatangan para pria yang mengaku utusan dari Juliana Aarav itu. Sepanjang satu bulan itu Binar harap-harap cemas, takut kalau-kalau mereka datang lagi. Tapi ternyata ketakutannya tidak terbukti, para utusan itu tidak lagi menampakkan batang hidungnya. Maka, Binar menganggap semua itu hanya angin lalu. Hidupnya kembali berjalan dengan normal belakangan ini.Sore ini, di tengah kegiatannya menjaga butik milik Linda, Binar sedang melihat-lihat review pre-school yang berada di sekitar sana melalui internet. Ia rasa sudah waktunya mendaftarkan Noah untuk bersekolah.“Dia belum genap empat tahun, dan kamu sudah ribut mau menyekolahkan?” celetuk Linda dari balik meja kasir.“Dia empat tahun dua bulan lagi, Lin. Lagipula sepertinya dia bosan di rumah seharian tanpa teman seusia, kan?” Binar layangkan pandang kepada sang putra yang sedang bermain-main dengan anak anjing di luar butik. Padahal Noah sama sekali tidak kelihatan bosan.“Oh, kalau aku jadi Noah,

  • Istri Kedua: Melahirkan Putra sang Presdir   95. Pembalasan

    **“Sialan! Dari mana mereka dapat video itu? Itu draft pribadi yang aku simpan di ponsel, dan nggak ada seorang pun yang pernah menyentuh ponsel aku selain kamu, Abian!”Rachel berteriak murka di dalam kamar apartemennya. Ia baru saja melihat berita yang saat ini sedang panas ditayangkan di semua channel stasiun televisi ; video affair dirinya dengan Abian, tanpa sensor!“Kamu nuduh aku?” balas Abian tak terima. Pria itu berdiri dari sofa dan menunjuk sang kekasih dengan berang. “Atas dasar apa kamu nuduh aku begitu, Rachel?”“Tapi nggak ada seorang pun yang pernah sentuh ponsel aku selain kamu, Bi!”“Apa kamu pernah lihat aku pegang-pegang ponselmu akhir-akhir ini? Pikir dulu kalau mau menuduh, jangan asal buka mulut kamu, Rachel!”“Sial! Argh, sial! Jadi ini bagaimana? Aku harus bagaimana?” Perempuan cantik itu mengacak surai panjangnya dengan frustasi. Sekali lagi ia melirik kepada televisi yang masih menyala, dan pemberitaan tentang dirinya masih ditayangkan di sana.“Sial, berit

  • Istri Kedua: Melahirkan Putra sang Presdir   94. Lega

    **“Ibu sudah menemukan keberadaan Binar? Benar kah, Bu? Di mana Binar sekarang? Apa dia baik-baik saja?”William yang kala itu masih berkutat dengan perasaan galau, mendadak saja melupakan semua kegalauannya hanya demi kabar yang baru saja ia dapatkan dari sang ibu hari ini. Pria itu memastikan panggilan ponselnya masih tersambung, ia beranjak dari sofa dan berjalan mondar-mandir di dalam kamar.“Bagaimana, Bu?”“Dia aman. Hidup dengan baik bersama temannya di Australia. Utusan Ibu berhasil menemukannya dengan melacak posisi sinyal ponsel.”“A-Australia? Astaga, sejauh itu?”Suara hela napas samar Juliana Aarav terdengar melalui speaker ponsel. William tidak sabar menunggu kelanjutan beritanya.“Dia nggak mau kembali kepadamu, Will. Ibu sudah suruh orang untuk menyampaikan tawaran itu, tapi orang-orang utusan Ibu bilang Binar nggak ingin kembali ke Indonesia.”“Sial ….” “Bukan sial, tapi kalau kamu ingin dia kembali kepadamu, maka kamu harus jalan sendiri sekarang. Ibu sudah cukup m

  • Istri Kedua: Melahirkan Putra sang Presdir   93. Tidak Mau Kembali

    **Binar terkesiap. Sungguh ia kaget mendengar nama itu.Juliana Aarav? Tidak, ia tidak akan melupakannya meskipun hanya satu kali dalam hidupnya ia bertemu dengan pemilik nama itu.Sang Nyonya Besar, ibunda dari William Aarav. Perempuan anggun di atas kursi roda yang datang saat hari pernikahan William dengan Binar dulu.“Nyo-Nyonya Juliana?” Binar masih tercekat. Ia memandang kepada para utusan yang masih berdiri dengan kepala menunduk penuh hormat kepada dirinya.“Benar, Nona Binar. Kami diutus untuk menemukan keberadaan anda.”“Silahkan duduk dulu, dan jelaskan duduk perkaranya kepada Binar agar dia tidak bingung. Kalian lihat, dia ketakutan dan mengira kalian adalah orang jahat.” Suara Linda terdengar geli saat mempersilahkan beberapa pria itu untuk duduk kembali. Sebab mereka akan terus berdiri seperti itu selama Binar tidak menyuruhnya duduk.“Kamu juga, Binar. Dengarkan dulu apa alasan mereka sampai bisa menemukanmu di tempat ini.”Binar yang linglung hanya bisa menurut apa k

  • Istri Kedua: Melahirkan Putra sang Presdir   92. Para Utusan

    **“Oh, ini semakin buruk. Apa yang terjadi? Kenapa beritanya jadi begini?”Binar tanpa sadar menggigiti kuku jemarinya sendiri. Sebuah kebiasaan yang sulit ia tinggalkan jika sedang gusar dan galau seperti sekarang ini. Perempuan itu tengah termangu di depan televisi yang sedang menyiarkan berita dari Indonesia. Sebuah acara infotainment, yang belakangan ini entah bagaimana seperti Binar temukan kapanpun ia menyalakan televisi atau membuka sosial media.“Aku bisa saja menuntut kau dan perusahaanmu karena tuduhan seperti itu. Aku hanya diam selama ini bukan berarti aku tidak bisa melawan. Jika kau, dan kalian semua, masih tetap bersikap seperti orang-orang yang tidak beradab, maka aku akan mengirim kalian ke tempat di mana seharusnya kalian berada.”Binar mendesis melihat potongan video itu. Ia tahu siapapun yang mengambil potongan video itu, sengaja membuatnya menjadi sedemikian dramatis. William, ya, William Aarav, tampak angkuh dan menakutkan dalam video tersebut. Meski Binar sang

DMCA.com Protection Status