Masih di hari ke enam setelah aku menikah dengan Cedric. Matahari mulai terbenam. Sudah ketiga kalinya aku berpindah tempat untuk tinggal. Mungkin bisa dibilang ke empat kalinya apabila penjara dihitung.
Aku lelah. Aku sangat amat lelah tiada tara. Aku ingin pulang ke rumah ayah. Jangan bilang bahwa aku tidak bisa bersyukur. Sejak awal hidupku berbeda dengan rakyat jelata yang sejak lahir sudah hidup susah. Maaf saya beda kasta. Seorang pelayan membawakan beberapa piring makanan di lengkapi dengan hidangan penutup juga. Pelayan itu meletakkan makanan itu di meja kemudian berjalan keluar. Aku langsung berjalan menuju meja dan memakan makanan itu. Kali ini, makanannya normal. Tidak ada bau aneh di maknan ini. Aku melahap seluruh makanan itu tanpa sisa. Rasanya benar-benar nikmat dan memuaskan untuk sesaat. Kemudian aku teringat tentang Cedric sialan itu. Aku benar-benar membencinya. Entah apa lagi yang akan dia lakukan padaku besok. Sial. Aku ingin pulang. Aku merindukan ibu. Aku rindu saat aku bisa tiduran di pangkuan ibu. Ibu, pernikahan itu benar-benar menakutkan. Aku ingin pergi dari tempat ini. Aku tidak mau mengakuinya tapi aku juga merindukan adikku yang menyebalkan itu. Ayah, bisakah ayah membawaku pulang? Dadaku terasa sesak dan berat. Ah, air mataku jatuh lagi. Aku tidak bisa berhenti menangis. Aku menenggelamkan wajahku di antara lenganku di atas meja. Tiba-tiba seseorang menyentuh pundakku. Aku terkejut dan langsung mengangkat kepalaku untuk melihat ke arahnya. Ternyata dia adalah Cedric. Aku langsung menghapus air mataku saat melihat wajahnya. "Apa?!" tanyaku dengan nada tinggi. Saat ini aku benar-benar sedang emosional dan bodohnya dia datang ke sini. "Kau bilang kau ingin keadilan. Aku sudah menemukan orang yang meracunimu dan Alicia. Orang itu ingin mengadu domba kita," kata Cedric dengan datar. "Ya, terus? Entah kenapa aku sama sekali tidak merasa senang," kataku. "Kau tidak senang? Apa kau tidak senang telah lolos dari jebakannya?" tanyanya. "Apa kau pikir aku akan merasa senang setelah melalui semua itu? Apa kau pikir aku senang berada di sini? Tidak sama sekali," kataku. "Lalu apa lagi yang kau inginkan agar kau senang?" tanya Cedric. "Satu-satunya hal yang aku inginkan hanyalah pulang ke rumah ayahku," kataku. "Tidak. Kau sudah menjadi bagian dari keluarga kekaisaran. Kau tidak bisa seenaknya sendiri," kata Cedric. "Aku tidak bisa seenaknya sendiri, katamu? Kau lah yang seenaknya sendiri menikahiku tanpa persetujuanku. Lalu kau memperlakukan aku seperti kotoran babi. Aku tidak pernah mau menjadi istrimu meskipun kau adalah penguasa di kekaisaran ini," teriakku sambil melempar meja di depanku. Aku tidak peduli piring-piring yang ada di atas meja berjatuhan dan pecah di lantai. "Apa kau sadar apa yang kau lakukan di hadapan kaisar?" tanya Cedric. Raut wajahnya benar-benar marah. "Siapa itu kaisar?! Yang aku lihat di depanku adalah pria yang menikahiku seenaknya!" "Cukup! Sebaiknya kau berhenti sebelum aku menghukummu," ancamnya. "Hukum saja aku! Hukum! Aku yakin kau sangat ingin memenggal kepalaku. Aku yakin kau terbiasa memperlakukan orang lain seperti bidak dan siap membuangnya setiap saat jika sudah tidak terpakai. Kau seharusnya bisa memenggalku saat ini juga tapi kau tidak melakukan hal itu. Karena kau masih memerlukan bantuan ayahku!" "Cukup! Kau tidak mengerti," kata Cedric. "Ya! Aku tidak mengerti dan mau mengerti!" "Dasar wanita egois," kata Cedric. "Ya, aku egois. Terus kenapa? Apakah jadi masalah jika aku hanya memikirkan diriku sendiri?!" "Sebagai salah satu dari istri kaisar, kau seharusnya tidak boleh egois dan harus menjaga sikap," kata Cedric. "Persetan dengan semua itu! Sejak awal aku tidak pernah mau menjadi istri kaisar. Siapa juga yang mau menjadi istri kaisar?" "Apa kau tidak menyadari posisimu? Ada banyak wanita di luar sana yang menginginkan posisimu," kata Cedric. "Lalu kenapa? Mereka semua pasti sudah gila!" kataku. "Cukup! Kau harus beristirahat," kata Cedric. Sepertinya dia ingin mengakhiri perdebatan ini. "Kalau kau tidak puas denganku, ceraikan saja aku dan cari saja wanita lain!" Teriakku. Dia mengabaikanku dan keluar dari kamar ini. *** Hari ketujuh setelah pernikahan. Aku terbangun masih di kamar yang sama. Cahaya matahari terlihat sangat terang. Sepertinya aku bangung terlalu siang. Aku melihat ke sekeliling. Pecahan piring kemarin sudah tidak ada. Sepertinya para pelayan sudah membersihkannya. Tiba-tiba aku mendengar seseorang mengetuk pintu. "Yang Mulia Ratu, apakah Anda sudah bangun?" tanya seorang wanita dari balik pintu. "Ya, masuk lah," kataku. Wanita itu pun masuk. Wanita itu menggunakan pakaian pelayan dengan posisi tinggi. Wanita itu berdiri di depanku kemudian membungkuk hormat kepadaku. Anna dan Clara tidak pernah membungkuk seperti itu padaku. Ternyata sejak awal mereka sama sekali tidak berniat untuk menghargaiku dan memiliki niat buruk padaku. "Bangun lah," kataku. "Yang Mulia, saya akan menjadi pelayan pribadi Anda mulai saat ini. Nama saya Lucy," kata pelayan itu. "Lucy, ya. Kenapa seorang pelayan pengawas menjadi pelayan pribadiku?" tanyaku. "Sudah sewajarnya untuk pelayanan pengawas menjadi pelayan pribadi istri kaisar," kata Lucy. Sewajarnya katanya? Sebelumnya hanya ada dua pelayan pekerja yang melayaniku. Ternyata aku benar-benar tidak dihargai di sini. "Ngomong-ngomong, apa yang terjadi pada dua pelayan yang melayaniku?" tanyaku. "Mereka berdua sudah dipenggal. Awalnya, mereka berdua adalah pelayan Permaisuri. Tapi mereka tiba-tiba mereka dipindah tugaskan menjadi pelayan Anda. Mereka sangat menyayangi Permaisuri. Mereka merasa sangat kecewa karena harus melayani Anda. Menurut pengakuan mereka, mereka diprovokasi oleh sepupu Permaisuri untuk mencelakai Anda agar dapat kembali melayani permaisuri." "Lalu siapa pelaku yang mencelakai Permaisuri?" tanyaku. "Orang yang sama dengan orang yang memprovokasi pelayan Anda," kata Lucy. "Orang yang sama? Dia pasti sangat ingin menjadi wanita kaisar," kataku dengan nada mengejek. "Iya, dia mengakui bahwa ia ingin menjadi istri kaisar," kata Lucy. "Dasar wanita bodoh," kataku. Ternyata Cedric menyinggung soal posisiku tadi malam karena kejadian ini. "Yang Mulia, saya akan mengambilkan makan siang Anda," kata Lucy. Lucy keluar selama beberapa saat kemudian kembali dengan membawa troli berisi makanan. Lucy menghidangkan makanan itu di meja. Aku berjalan menuju meja dan duduk di kursi. Aku mengamati makanan itu. Semuanya tampak lezat dan menggugah selera. "Bukankah ini terlalu banyak untukku seorang?" tanyaku. "Tidak, Yang Mulia. Semua ini sudah sesuai dengan standar," kata Lucy. Sesuai dengan standar katanya? Sial, aku langsung merasa marah karena perlakuan yang mereka lakukan padaku sebelumnya. Aku menarik nafas panjang untuk menenangkan emosiku. Aku memakan makananku dan mencoba untuk tenang. Baiklah makanan ini sangat enak. Setidaknya makanan ini bisa meredakan emosiku. "Ngomong-ngomong, Yang Mulia. Anda menjadi topik berita utama dalam surat kabar kekaisaran." "Apa?!" ***Masih di hari ketujuh setelah aku menikah dengan Cedric. Baru satu minggu aku menikah dengan Kaisar Kekaisaran Eqara dan aku sudah menjadi topik berita utama dalam surat kabar kekaisaran. Ini adalah pencapaian terbesar dalam hidupku. Aku yakin mereka semua sedang membicarakan aku. Aku membaca berita tentangku yang mengamuk di persidangan. Mereka menulis semua kata-kata yang aku ucapkan di persidangan. Termasuk kata-kataku yang menghina anggota dewan dan menghina kaisar itu sendiri. Aku tertawa saat membaca ini. "Semua orang sedang membicarakan tentang berita itu, Yang Mulia," kata Lucy. "Ya, itu cukup lucu untukku," kataku sambil tertawa. "Apa Anda tidak takut, Yang Mulia?" tanya Lucy. Aku tertawa terbahak-bahak karena mendengarkan pertanyaannya. "Takut? Takut dengan apa? Takut dengan gunjingan orang-orang? Apa kau benar-benar menanyakan itu pada orang yang berani menghina kaisar di depan dewan?" tanyaku balik. Lucy tersenyum mendengar pertanyaanku. Entah apa yang dia pikirkan.
Hari kesembilan setelah aku menikah dengan Cedric. Seingatku hari ini, adalah hari ulang tahun Lucy. Aku ingin memberikan hadiah untuknya karena dia sudah bekerja sangat baik dalam dua hari ini. Tapi aku tidak memegang uang sepeser pun. Perhiasanku juga sangat terbatas."Yang Mulia, bolehkah saya masuk?" tanya Lucy dari luar. "Masuklah," jawabku. Lucy masuk dengan membawa troli berisi makanan. Dia menghidangkan makanan itu di meja seperti biasanya. "Lucy," panggilku sambil berjalan ke meja. "Apa kau pernah keluar istana?" tanyaku. "Tentu saja, Yang Mulia. Saya keluar istana sesekali ketika saya bosan berada di dalam istana ketika saya libur," jawabnya. "Ini hari ulang tahunmu kan?" tanyaku. Tiba-tiba dia menangis. Oh, ayolah. Dia terlalu emosional. Aku hanya menanyakan ulang tahunnya. "Tidak ada yang pernah mengingat ulang tahun saya selain ibu saya. Maaf Yang Mulia, saya merasa sangat terharu," kata Lucy sambil menghapus air matanya. "Oh, begitu ya. Ngomong-ngomong pergilah ke
"Kau tahu kan, apa tujuanku ke sini. Aku yakin kau bukan tipe gadis bangsawan yang polos," kata Cedric dengan tatapan anehnya. Sial! Apa yang harus aku lakukan?!"Aku tidak mengerti apa maksudmu," kataku. Untuk sekarang mari pura-pura bersikap polos."Aku tahu kau tidak polos. Kau bahkan tidak merasa malu menggunakan pakaian seperti itu di depanku. Jangan-jangan kau sudah terbiasa berpenampilan seperti itu di depan pria," katanya. Dia jelas-jelas sedang merendahkan aku."Apa maksudmu?" tanyaku sambil menahan emosi."Apa aku harus memperjelasnya? Aku hanya menebak bahwa kau sudah terbiasa 'bermain-main' dengan banyak pria karena kau sama sekali tidak malu berpakaian seperti itu di depanku," kata Cedric."Aku bukan wanita murahan seperti itu," kataku."Oh ya? Aku meragukannya," kata Cedric. Cedric bajingan!"Ya, anggap saja seperti itu kalau itu yang ingin kau percaya. Lagipula kau tidak akan pe
Hari kelima belas setelah aku menikah dengan Cedric. Dua hari lagi adalah hari pendirian kekaisaran. Semua orang di istana sibuk menyiapkan semua hal, kecuali aku. Bahkan Lucy juga ikut sibuk mempersiapkan beberapa perlengkapan untuk hari itu.Aku melihat ke arah luar dari jendela kamarku. Ada banyak pelayan yang jalan ke sana ke mari sambil membawa barang-barang untuk keperluan perayaan hari pendirian kekaisaran. Mereka benar-benar sibuk akhir-akhir ini.Lagipula kenapa Cedric mengadakan pernikahan denganku sekitar tiga minggu sebelum hari pendirian kekaisaran? Mengadakan dua acara besar berturut-turut adalah hal yang melelahkan. Orang gila mana yang mengadakan dua acara dua acara besar berturut-turut? Itu hanya menguras uang dan tenaga. Walaupun pernikahanku hanya sederhana untuk ukuran kaisar, tapi itu tetap saja menguras uang dan tenaga.Aku tidak sengaja melihat permaisuri alias istri pertama Cedric saat melihat keluar melalui jendela. Aku belum pernah bert
Hari ketujuh belas setelah aku menikah dengan Cedric. Hari ini adalah hari peringatan pendirian kekaisaran. Aku harus bangun pagi-pagi sekali dan segera bersiap-siap untuk hari yang panjang.Aku beridiri di depan cermin besar. Aku melihat diriku sendiri dari pantulan cermin itu. Baiklah, aku terlihat seperti seorang ratu sekarang. Tapi aku memang seorang ratu.Aku menggunakan gaun berwarna merah dengan sedikit warna putih di bagian depan gaun ini. Tak lupa dengan perhiasan dan tiara yang dihiasi oleh berlian berwarna merah."Yang Mulia, sepatu Anda," kata Lucy. Lucy berjalan mendekatiku dengan membawa sepatu berhak sangat rendah. Lucy menaruh sepatu itu di depan kakiku lalu aku memakainya."Anda terlihat sempurna, Yang Mulia," kata Lucy."Terima kasih atas, pujiannya," kataku."Sudah saatnya Anda pergi ke aula makan. Saya akan mengantar Anda," kata Lucy."Baiklah."Aku berjalan keluar menyusuri lorong bersama Lucy. Di persimpan
Masih di hari ketujuh belas setelah aku menikah dengan Cedric. Cedric, Alicia, dan aku berada di atas kereta kuda. Kereta kuda ini berjalan bersama dengan arak-arakan. Arak-arakan ini berjalan melewati kerumunan menuju alun-alun ibu kota.Aku tersenyum ke arah kerumunan dan melambaikan tanganku. Sementara itu, aku dapat mendengar Alicia mengomeli Cedric dengan lembut.Dari omelan Alicia, aku dapat menyimpulkan bahwa Alicia adalah tipe orang yang mengendalikan orang lain dengan rasa simpati dari lawan bicaranya. Bagaimana aku menjelaskannya ya? Kalau seseorang melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginannya dia akan berlagak sedih. Dia sepertinya tipe yang polos dan lembut di luar tapi licik di dalam. Entah kenapa aku berpikir bahwa dugaanku benar karena dia berhasil bertahan di posisinya sebagai permaisuri selama bertahun-tahun.Alicia. Perempuan itu tipe yang menyebalkan. Jangan sampai aku terlibat masalah dengannya. Bisa-bisa kepalaku langsung terpisah
Masih hari ketujuh belas setelah aku menikah dengan Cedric. Acara hari ini belum selesai. Aku masih berada di aula pesta, dimana pesta dansa untuk perayaan hari pendirian kekaisaran diadakan. Aku baru saja dikejutkan oleh Ratu Janda Elena yang tiba-tiba menghampiriku."Ah, em...." Aku bingung harus memanggilnya apa. Elena tertawa kecil saat melihat kebingunganku."Kau imut sekali, Stella," kata Elena. Aku pun hanya tertawa gugup."Panggil saja aku ibu mertua," kata Elena. Ibu mertua katamu? Lucu sekali."Ah, iya. Ibu mertua," kataku dengan senyum terpaksa."Ah, anak baik. Sebenarnya ada yang aku bicarakan denganmu," kata Elena."Apa itu, Ibu?" tanyaku berlagak polos."Sebelumnya, ayo ke tempat sepi dulu," kata Elena.Aku mengikuti Elena untuk pergi ke salah satu balkon yang ada di sekitar aula pesta. Kami berada di balkon dan dia menutup pintu dengan rapat."Apa ada sesuatu yang serius, Ibu?" tanyaku.
Hari kesembilan belas setelah aku menikah dengan Cedric. Dua hari setelah hari yang melelahkan. Aku bangun di pagi hari seperti biasanya. Kemarin aku benar-benar tidur seharian karena rasanya sangat melelahkan.Makanan sudah tersaji di atas meja. Sepertinya aku bangun kesiangan karena Lucy sudah membawakan aku makanan.Aku duduk di kursi lalu memakan makananku. Isi kepalaku masih kosong karena aku baru saja bangun tidur.Tunggu dulu. Apa ini makanan? Apa Lucy meletakkan sesuatu di makanan ini? Kenapa aku baru menyadarinya sekarang? Sial.Aku memuntahkan makananku kembali lalu membuangnya melalui jendela. Ah, aku harap tidak ada orang di bawah sana.Aku baru ingat. Bagaimana dengan makanan kemarin? Aku menelannya begitu saja karena aku benar-benar kelelahan kemarin. Apa aku akan mati dalam waktu dekat?“Yang Mulia,” panggil Lucy. Aku menoleh ke arahnya saat aku mendengar suaranya.“Apa?” tanyaku.“Apa mak
Masih di hari ke-271 setelah aku menikah dengan Cedric. Aku dikejutkan dengan berita bahwa ayahku ditangkap karena ayahku diduga telah memalsukan kematian kaisar.Aku menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya. Aku mencoba untuk menenangkan diriku karena rasa terkejutku."Kenapa bisa ayahku yang ditangkap?" tanyaku."Ada saksi yang mengatakan bahwa Yang Mulia Kaisar ada di kastil ini," kata William."Saksi? Siapa yang memberikan kesaksian itu?" tanyaku."Saya tidak tahu karena Yang Mulia Permaisuri sudah mengamankan saksi itu," jawab William."Alicia sialan!" umpatku."Tenangkan dirimu," kata Cedric sambil mengusap bahuku."Bagaimana aku bisa tenang?! Ayahku jadi terseret karena rencana bodohmu itu! Kau seharusnya lebih berhati-hati jika kau keluar dari kastil ini! Sialan!" Aku meluapkan emosiku pada Cedric."Inilah alasan kenapa aku tidak suka jika wanita ikut ca
Hari ke-260 setelah aku menikah dengan Cedric. Sudah empat bulan sejak pemakaman kaisar palsu. Tidak terasa musim dingin telah terlewati. Sekarang sudah masuk ke musim semi.Aku dan Cedric masih menyembunyikan diri di kastil milik keluarga Gilmond di wilayah Gilmond. Sementara itu, Ayah, ibu, dan Albert tinggal di ibu kota selama beberapa saat karena ayah harus ikut mengurusi urusan pemerintahan untuk sementara waktu. Sehingga hanya ada aku dan Cedric di kastil ini.Karena hanya kami berdua di kastil ini, Cedric benar-benar menganggap ini seperti bulan madu. Dia benar-benar menikmati 'liburan' ini.Untuk misteri siapa yang mengirim pembunuh bayaran pada kami pada saat festival berburu, masih belum terpecahkan. Jadi, kami mengabaikan hal itu untuk sementara waktu karena tidak ada bukti lebih lanjut.Pagi ini, aku membaca laporan dari William seperti biasanya. Laporan itu tertulis bahwa Alicia mengambil alih pemerintahan untuk sementara waktu. L
Hari ke-138 setelah aku menikah dengan Cedric. Aku dan Cedric berada di sebuah bangunan yang ada di pinggir jalan yang akan dilalui oleh arak-arakan yang membawa jenazah kaisar. Kami berada di lantai dua agar bisa melihat arak-arakan lebih jelas.Aku melihat ke luar jendela. Ada banyak orang yang beridiri di pinggir jalan dengan menggunakan pakaian serba hitam. Mereka sedang menanti arak-arakan yang membawa jenazah kaisar yang akan lewat.Kaisar saat ini meninggal tanpa memiliki keturunan. Sehingga, urutan suksesi Kekaisaran Eqara yaitu, Pangeran Andreas, Pangeran Orion, Pangeran Cassius, Duke Aslan Velart, Pangeran Davis, Putri Charlotte, Pangeran Darwin, dan seterusnya.Pangeran Andreas, jangan ditanya lagi. Dia tidak memiliki niatan untuk menjadi kaisar. Kemudian Pangeran Orion dan Cassius, anak-anak Ratu Janda Elena, masih terlalu muda untuk menjadi Kaisar. Jadi untuk saat ini, mari kesampingkan mereka bertiga dulu.Duke Aslan mungkin bisa
Hari ke-137 setelah aku menikah dengan Cedric. Sudah satu minggu semenjak kami dinyatakan hilang dan Cedric tidak ada niatan untuk kembali ke istana kekaisaran secepatnya. Dia selalu pergi setiap malam bersama William entah apa yang dia lakukan. Kemungkinan mereka masih melakukan penyelidikan tapi mereka tidak mendapatkan petunjuk maupun bukti yang kuat.Pagi ini aku bangun lebih dulu dari pada Cedric. Tidak biasanya dia bangsun kasiangan. Ya, wajar saja dia bangun lebih siang karena dia selalu keluar setiap malam akhir-akhir ini. Aku bahkan tidak tahu kapan dia kembali setelah dia pergi semalam.Aku berjalan ke arah pintu lalu membuka pintu kamarku. Sudah ada troli berisi makanan yang ditinggalkan di depan kamarku. Aku pun membawa troli itu masuk.Aku menemukan amplop seukuran kertas yang ditindih oleh piring-piring makanan. Aku mengambil amplop itu lalu membukanya. Ah, ini laporan keadaan di istana seperti biasanya yang dikirim oleh William.
Hari ke-134 setelah aku menikah dengan Cedric. Aku terbangun terbangun di pagi hari karena aku merasa ada sesuatu yang menggigit pipiku. Tentu saja sesuatu itu tak lain dan tak bukan adalah Cedric."Aku bukan makanan," kataku sambil mendorong wajah Cedric menjauh."Tapi kau sangat enak," kata Cedric dengan nada menggoda."Jangan sampai kau benar-benar memakanku," kataku."Oh, tentu saja aku akan melahapmu," kata Cedric.Cedric mengecup dan menciumi leherku. Tangannya perlahan turun ke pinggulku lalu menarik gaun tidurku sedikit ke atas."Kakak!" Albert tiba-tiba masuk ke kamarku lagi tanpa permisi."Wow! Maaf, maaf," kata Albert saat melihat posisi kami di atas tempat tidur. Dia sama sekali tidak terlihat merasa bersalah."Sudah aku bilang ketuk pintunya sebelum masuk," protesku."Hehehe.... Kebiasaan," kata Albert dengan nada cengengesan. Dasar menyebalkan. Sampai kapan di
Masih di hari ke-132 setelah aku menikah dengan Cedric. Aku dan Albert berada di markas serikat pembunuh bayaran yang ada di Kota Nox. Di depan kami, adalah salah satu anggota dari serikat pembunuh bayaran ini. Sebut saja namanya Jack."Jack, kenapa kau menahan seranganmu saat itu?" tanyaku pada Jack. Jack melihat ke arahku lalu tersenyum."Kakakmu ini sangat jeli, Albert. Aku tidak terlalu menyukainya," kata Jack pada Albert."Kemampuan pengamatan Kakakku cukup hebat, Jack," kata Albert.Aku mengeluarkan tiga keping koin emas dan meletakkan koin emas itu di atas meja. Aku mendorong koin-koin itu ke arah Jack. Tentu saja Jack tidak kuasa untuk tidak melirik ke arah koin-koin emas itu."Kami selalu melindungi informasi pribadi klien kami. Apa kau pikir aku tidak punya harga diri sebagai seorang pembunuh bayaran?" tanya Jack. Aku mengeluarkan satu koin emas lagi."Itu tidak akan mempan," kata Jack. Aku mengeluarkan dua
Hari ke-132 setelah aku menikah dengan Cedric. Aku terbangun dengan keadaan telanjang di atas tempat tidurku. Tubuhku rasanya benar-benar sangat pegal karena kemarin Cedric sama sekali tidak membiarkan aku keluar dari kamarku sendiri. Kemarin kami menghabiskan waktu seharin di dalam kamarku ini dan kami melakukan hubungan intim setiap tiga jam sekali. Dia benar-benar gila."Sayangku sudah bangun, hm?" tanya Cedric dengan nada lembut."Ya....""Ayahmu akan mengantar kita ke ibu kota besok," kata Cedric sambil menciumi pundakku."Besok? Kau saja yang pergi. Aku akan tinggal di sini selama beberapa hari," kataku. Cedric berhenti menciumi pundakku setelah mendengar perkataanku."Kenapa?" tanya Cedric."Untuk menyelamatkan diri," kataku."Apa kau pikir para pembunuh waktu itu dikirim padamu karena kau ketahuan mendengar percakapan mereka?" tanya Cedric."Itu kau tahu," kataku."
Hari ke-130 setelah aku menikah dengan Cedric. Aku terbangun dengan keadaan telanjang di dalam gua beralaskan jubah Cedric. Aku tidak menyangka kami melakukan hubungan intim semalam untuk menghangatkan tubuh. Aku merasa telah dimanipulasi olehnya karena wajah memelasnya yang ia buat tadi malam. Sial, aku masuk ke dalam perangkapnya.Ah, punggungku terasa sakit. Berapa kali kami melakukannya semalam? Staminanya benar-benar luar biasa.Aku bisa merasakan Cedric memelukku dari belakang dan menggosokkan hidungnya di leher belakangku dari tadi. Sampai kapan dia akan melakukan itu? Sesekali dia mencium leherku juga.“Apa kau sudah bangun?” tanya Cedric tanpa berhenti melakukan apa yang sedang dia lakukan.“Ya,” jawabku singkat sambil menguap.Cedric memutar tubuhku hingga membuatku berbaring menghadapnya. Dia menatap wajahku dengan intens sambil menyingkirkan rambut yang menghalangi wajahku. Tatapannya terlihat sangat lembut.Ah, jantu
Masih hari ke-129 setelah aku menikah dengan Cedric. Aku dan Cedric hampir dibunuh oleh orang-orang berpakaian serba hitam. Oleh karena itu, aku mendorong Cedric untuk terjun bebas dari ketinggian sekitar sepuluh meter untuk menyelamatkan diri dari mereka.Aku dan Cedric mendarat di sungai yang cukup dalam. Aku berenang ke permukaan untuk bernapas. Aku melihat ke sekitar dan tidak menemukkan Cedric. Apa dia tidak bisa berenang?Aku menarik napas kemudian menyelam lagi untuk mencari Cedric. Ah, itu dia. Dia terlihat panik karena tidak bisa berenang. Aku meraih tangannya kemudian menariknya ke permukaan lalu berenang ke tepian."Hah! Aku pikir aku akan mati," kata Cedric sambil mengatur napasnya."Ayo bergerak. Mereka pasti akan mencari kita," kataku."Tunggu. Jembatan terdekat untuk menyebrangi sungai ini cukup jauh. Kita tidak perlu buru-buru," kata Cedric sambil menggenggam tanganku."Tetap saja harus bergerak,