Masih di hari ke enam setelah aku menikah dengan Cedric. Matahari mulai terbenam. Sudah ketiga kalinya aku berpindah tempat untuk tinggal. Mungkin bisa dibilang ke empat kalinya apabila penjara dihitung.
Aku lelah. Aku sangat amat lelah tiada tara. Aku ingin pulang ke rumah ayah. Jangan bilang bahwa aku tidak bisa bersyukur. Sejak awal hidupku berbeda dengan rakyat jelata yang sejak lahir sudah hidup susah. Maaf saya beda kasta. Seorang pelayan membawakan beberapa piring makanan di lengkapi dengan hidangan penutup juga. Pelayan itu meletakkan makanan itu di meja kemudian berjalan keluar. Aku langsung berjalan menuju meja dan memakan makanan itu. Kali ini, makanannya normal. Tidak ada bau aneh di maknan ini. Aku melahap seluruh makanan itu tanpa sisa. Rasanya benar-benar nikmat dan memuaskan untuk sesaat. Kemudian aku teringat tentang Cedric sialan itu. Aku benar-benar membencinya. Entah apa lagi yang akan dia lakukan padaku besok. Sial. Aku ingin pulang. Aku merindukan ibu. Aku rindu saat aku bisa tiduran di pangkuan ibu. Ibu, pernikahan itu benar-benar menakutkan. Aku ingin pergi dari tempat ini. Aku tidak mau mengakuinya tapi aku juga merindukan adikku yang menyebalkan itu. Ayah, bisakah ayah membawaku pulang? Dadaku terasa sesak dan berat. Ah, air mataku jatuh lagi. Aku tidak bisa berhenti menangis. Aku menenggelamkan wajahku di antara lenganku di atas meja. Tiba-tiba seseorang menyentuh pundakku. Aku terkejut dan langsung mengangkat kepalaku untuk melihat ke arahnya. Ternyata dia adalah Cedric. Aku langsung menghapus air mataku saat melihat wajahnya. "Apa?!" tanyaku dengan nada tinggi. Saat ini aku benar-benar sedang emosional dan bodohnya dia datang ke sini. "Kau bilang kau ingin keadilan. Aku sudah menemukan orang yang meracunimu dan Alicia. Orang itu ingin mengadu domba kita," kata Cedric dengan datar. "Ya, terus? Entah kenapa aku sama sekali tidak merasa senang," kataku. "Kau tidak senang? Apa kau tidak senang telah lolos dari jebakannya?" tanyanya. "Apa kau pikir aku akan merasa senang setelah melalui semua itu? Apa kau pikir aku senang berada di sini? Tidak sama sekali," kataku. "Lalu apa lagi yang kau inginkan agar kau senang?" tanya Cedric. "Satu-satunya hal yang aku inginkan hanyalah pulang ke rumah ayahku," kataku. "Tidak. Kau sudah menjadi bagian dari keluarga kekaisaran. Kau tidak bisa seenaknya sendiri," kata Cedric. "Aku tidak bisa seenaknya sendiri, katamu? Kau lah yang seenaknya sendiri menikahiku tanpa persetujuanku. Lalu kau memperlakukan aku seperti kotoran babi. Aku tidak pernah mau menjadi istrimu meskipun kau adalah penguasa di kekaisaran ini," teriakku sambil melempar meja di depanku. Aku tidak peduli piring-piring yang ada di atas meja berjatuhan dan pecah di lantai. "Apa kau sadar apa yang kau lakukan di hadapan kaisar?" tanya Cedric. Raut wajahnya benar-benar marah. "Siapa itu kaisar?! Yang aku lihat di depanku adalah pria yang menikahiku seenaknya!" "Cukup! Sebaiknya kau berhenti sebelum aku menghukummu," ancamnya. "Hukum saja aku! Hukum! Aku yakin kau sangat ingin memenggal kepalaku. Aku yakin kau terbiasa memperlakukan orang lain seperti bidak dan siap membuangnya setiap saat jika sudah tidak terpakai. Kau seharusnya bisa memenggalku saat ini juga tapi kau tidak melakukan hal itu. Karena kau masih memerlukan bantuan ayahku!" "Cukup! Kau tidak mengerti," kata Cedric. "Ya! Aku tidak mengerti dan mau mengerti!" "Dasar wanita egois," kata Cedric. "Ya, aku egois. Terus kenapa? Apakah jadi masalah jika aku hanya memikirkan diriku sendiri?!" "Sebagai salah satu dari istri kaisar, kau seharusnya tidak boleh egois dan harus menjaga sikap," kata Cedric. "Persetan dengan semua itu! Sejak awal aku tidak pernah mau menjadi istri kaisar. Siapa juga yang mau menjadi istri kaisar?" "Apa kau tidak menyadari posisimu? Ada banyak wanita di luar sana yang menginginkan posisimu," kata Cedric. "Lalu kenapa? Mereka semua pasti sudah gila!" kataku. "Cukup! Kau harus beristirahat," kata Cedric. Sepertinya dia ingin mengakhiri perdebatan ini. "Kalau kau tidak puas denganku, ceraikan saja aku dan cari saja wanita lain!" Teriakku. Dia mengabaikanku dan keluar dari kamar ini. *** Hari ketujuh setelah pernikahan. Aku terbangun masih di kamar yang sama. Cahaya matahari terlihat sangat terang. Sepertinya aku bangung terlalu siang. Aku melihat ke sekeliling. Pecahan piring kemarin sudah tidak ada. Sepertinya para pelayan sudah membersihkannya. Tiba-tiba aku mendengar seseorang mengetuk pintu. "Yang Mulia Ratu, apakah Anda sudah bangun?" tanya seorang wanita dari balik pintu. "Ya, masuk lah," kataku. Wanita itu pun masuk. Wanita itu menggunakan pakaian pelayan dengan posisi tinggi. Wanita itu berdiri di depanku kemudian membungkuk hormat kepadaku. Anna dan Clara tidak pernah membungkuk seperti itu padaku. Ternyata sejak awal mereka sama sekali tidak berniat untuk menghargaiku dan memiliki niat buruk padaku. "Bangun lah," kataku. "Yang Mulia, saya akan menjadi pelayan pribadi Anda mulai saat ini. Nama saya Lucy," kata pelayan itu. "Lucy, ya. Kenapa seorang pelayan pengawas menjadi pelayan pribadiku?" tanyaku. "Sudah sewajarnya untuk pelayanan pengawas menjadi pelayan pribadi istri kaisar," kata Lucy. Sewajarnya katanya? Sebelumnya hanya ada dua pelayan pekerja yang melayaniku. Ternyata aku benar-benar tidak dihargai di sini. "Ngomong-ngomong, apa yang terjadi pada dua pelayan yang melayaniku?" tanyaku. "Mereka berdua sudah dipenggal. Awalnya, mereka berdua adalah pelayan Permaisuri. Tapi mereka tiba-tiba mereka dipindah tugaskan menjadi pelayan Anda. Mereka sangat menyayangi Permaisuri. Mereka merasa sangat kecewa karena harus melayani Anda. Menurut pengakuan mereka, mereka diprovokasi oleh sepupu Permaisuri untuk mencelakai Anda agar dapat kembali melayani permaisuri." "Lalu siapa pelaku yang mencelakai Permaisuri?" tanyaku. "Orang yang sama dengan orang yang memprovokasi pelayan Anda," kata Lucy. "Orang yang sama? Dia pasti sangat ingin menjadi wanita kaisar," kataku dengan nada mengejek. "Iya, dia mengakui bahwa ia ingin menjadi istri kaisar," kata Lucy. "Dasar wanita bodoh," kataku. Ternyata Cedric menyinggung soal posisiku tadi malam karena kejadian ini. "Yang Mulia, saya akan mengambilkan makan siang Anda," kata Lucy. Lucy keluar selama beberapa saat kemudian kembali dengan membawa troli berisi makanan. Lucy menghidangkan makanan itu di meja. Aku berjalan menuju meja dan duduk di kursi. Aku mengamati makanan itu. Semuanya tampak lezat dan menggugah selera. "Bukankah ini terlalu banyak untukku seorang?" tanyaku. "Tidak, Yang Mulia. Semua ini sudah sesuai dengan standar," kata Lucy. Sesuai dengan standar katanya? Sial, aku langsung merasa marah karena perlakuan yang mereka lakukan padaku sebelumnya. Aku menarik nafas panjang untuk menenangkan emosiku. Aku memakan makananku dan mencoba untuk tenang. Baiklah makanan ini sangat enak. Setidaknya makanan ini bisa meredakan emosiku. "Ngomong-ngomong, Yang Mulia. Anda menjadi topik berita utama dalam surat kabar kekaisaran." "Apa?!" ***Masih di hari ketujuh setelah aku menikah dengan Cedric. Baru satu minggu aku menikah dengan Kaisar Kekaisaran Eqara dan aku sudah menjadi topik berita utama dalam surat kabar kekaisaran. Ini adalah pencapaian terbesar dalam hidupku. Aku yakin mereka semua sedang membicarakan aku. Aku membaca berita tentangku yang mengamuk di persidangan. Mereka menulis semua kata-kata yang aku ucapkan di persidangan. Termasuk kata-kataku yang menghina anggota dewan dan menghina kaisar itu sendiri. Aku tertawa saat membaca ini. "Semua orang sedang membicarakan tentang berita itu, Yang Mulia," kata Lucy. "Ya, itu cukup lucu untukku," kataku sambil tertawa. "Apa Anda tidak takut, Yang Mulia?" tanya Lucy. Aku tertawa terbahak-bahak karena mendengarkan pertanyaannya. "Takut? Takut dengan apa? Takut dengan gunjingan orang-orang? Apa kau benar-benar menanyakan itu pada orang yang berani menghina kaisar di depan dewan?" tanyaku balik. Lucy tersenyum mendengar pertanyaanku. Entah apa yang dia pikirkan.
Hari kesembilan setelah aku menikah dengan Cedric. Seingatku hari ini, adalah hari ulang tahun Lucy. Aku ingin memberikan hadiah untuknya karena dia sudah bekerja sangat baik dalam dua hari ini. Tapi aku tidak memegang uang sepeser pun. Perhiasanku juga sangat terbatas."Yang Mulia, bolehkah saya masuk?" tanya Lucy dari luar. "Masuklah," jawabku. Lucy masuk dengan membawa troli berisi makanan. Dia menghidangkan makanan itu di meja seperti biasanya. "Lucy," panggilku sambil berjalan ke meja. "Apa kau pernah keluar istana?" tanyaku. "Tentu saja, Yang Mulia. Saya keluar istana sesekali ketika saya bosan berada di dalam istana ketika saya libur," jawabnya. "Ini hari ulang tahunmu kan?" tanyaku. Tiba-tiba dia menangis. Oh, ayolah. Dia terlalu emosional. Aku hanya menanyakan ulang tahunnya. "Tidak ada yang pernah mengingat ulang tahun saya selain ibu saya. Maaf Yang Mulia, saya merasa sangat terharu," kata Lucy sambil menghapus air matanya. "Oh, begitu ya. Ngomong-ngomong pergilah ke
"Kau tahu kan, apa tujuanku ke sini. Aku yakin kau bukan tipe gadis bangsawan yang polos," kata Cedric dengan tatapan anehnya. Sial! Apa yang harus aku lakukan?!"Aku tidak mengerti apa maksudmu," kataku. Untuk sekarang mari pura-pura bersikap polos."Aku tahu kau tidak polos. Kau bahkan tidak merasa malu menggunakan pakaian seperti itu di depanku. Jangan-jangan kau sudah terbiasa berpenampilan seperti itu di depan pria," katanya. Dia jelas-jelas sedang merendahkan aku."Apa maksudmu?" tanyaku sambil menahan emosi."Apa aku harus memperjelasnya? Aku hanya menebak bahwa kau sudah terbiasa 'bermain-main' dengan banyak pria karena kau sama sekali tidak malu berpakaian seperti itu di depanku," kata Cedric."Aku bukan wanita murahan seperti itu," kataku."Oh ya? Aku meragukannya," kata Cedric. Cedric bajingan!"Ya, anggap saja seperti itu kalau itu yang ingin kau percaya. Lagipula kau tidak akan pe
Hari kelima belas setelah aku menikah dengan Cedric. Dua hari lagi adalah hari pendirian kekaisaran. Semua orang di istana sibuk menyiapkan semua hal, kecuali aku. Bahkan Lucy juga ikut sibuk mempersiapkan beberapa perlengkapan untuk hari itu.Aku melihat ke arah luar dari jendela kamarku. Ada banyak pelayan yang jalan ke sana ke mari sambil membawa barang-barang untuk keperluan perayaan hari pendirian kekaisaran. Mereka benar-benar sibuk akhir-akhir ini.Lagipula kenapa Cedric mengadakan pernikahan denganku sekitar tiga minggu sebelum hari pendirian kekaisaran? Mengadakan dua acara besar berturut-turut adalah hal yang melelahkan. Orang gila mana yang mengadakan dua acara dua acara besar berturut-turut? Itu hanya menguras uang dan tenaga. Walaupun pernikahanku hanya sederhana untuk ukuran kaisar, tapi itu tetap saja menguras uang dan tenaga.Aku tidak sengaja melihat permaisuri alias istri pertama Cedric saat melihat keluar melalui jendela. Aku belum pernah bert
Hari ketujuh belas setelah aku menikah dengan Cedric. Hari ini adalah hari peringatan pendirian kekaisaran. Aku harus bangun pagi-pagi sekali dan segera bersiap-siap untuk hari yang panjang.Aku beridiri di depan cermin besar. Aku melihat diriku sendiri dari pantulan cermin itu. Baiklah, aku terlihat seperti seorang ratu sekarang. Tapi aku memang seorang ratu.Aku menggunakan gaun berwarna merah dengan sedikit warna putih di bagian depan gaun ini. Tak lupa dengan perhiasan dan tiara yang dihiasi oleh berlian berwarna merah."Yang Mulia, sepatu Anda," kata Lucy. Lucy berjalan mendekatiku dengan membawa sepatu berhak sangat rendah. Lucy menaruh sepatu itu di depan kakiku lalu aku memakainya."Anda terlihat sempurna, Yang Mulia," kata Lucy."Terima kasih atas, pujiannya," kataku."Sudah saatnya Anda pergi ke aula makan. Saya akan mengantar Anda," kata Lucy."Baiklah."Aku berjalan keluar menyusuri lorong bersama Lucy. Di persimpan
Masih di hari ketujuh belas setelah aku menikah dengan Cedric. Cedric, Alicia, dan aku berada di atas kereta kuda. Kereta kuda ini berjalan bersama dengan arak-arakan. Arak-arakan ini berjalan melewati kerumunan menuju alun-alun ibu kota.Aku tersenyum ke arah kerumunan dan melambaikan tanganku. Sementara itu, aku dapat mendengar Alicia mengomeli Cedric dengan lembut.Dari omelan Alicia, aku dapat menyimpulkan bahwa Alicia adalah tipe orang yang mengendalikan orang lain dengan rasa simpati dari lawan bicaranya. Bagaimana aku menjelaskannya ya? Kalau seseorang melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginannya dia akan berlagak sedih. Dia sepertinya tipe yang polos dan lembut di luar tapi licik di dalam. Entah kenapa aku berpikir bahwa dugaanku benar karena dia berhasil bertahan di posisinya sebagai permaisuri selama bertahun-tahun.Alicia. Perempuan itu tipe yang menyebalkan. Jangan sampai aku terlibat masalah dengannya. Bisa-bisa kepalaku langsung terpisah
Masih hari ketujuh belas setelah aku menikah dengan Cedric. Acara hari ini belum selesai. Aku masih berada di aula pesta, dimana pesta dansa untuk perayaan hari pendirian kekaisaran diadakan. Aku baru saja dikejutkan oleh Ratu Janda Elena yang tiba-tiba menghampiriku."Ah, em...." Aku bingung harus memanggilnya apa. Elena tertawa kecil saat melihat kebingunganku."Kau imut sekali, Stella," kata Elena. Aku pun hanya tertawa gugup."Panggil saja aku ibu mertua," kata Elena. Ibu mertua katamu? Lucu sekali."Ah, iya. Ibu mertua," kataku dengan senyum terpaksa."Ah, anak baik. Sebenarnya ada yang aku bicarakan denganmu," kata Elena."Apa itu, Ibu?" tanyaku berlagak polos."Sebelumnya, ayo ke tempat sepi dulu," kata Elena.Aku mengikuti Elena untuk pergi ke salah satu balkon yang ada di sekitar aula pesta. Kami berada di balkon dan dia menutup pintu dengan rapat."Apa ada sesuatu yang serius, Ibu?" tanyaku.
Hari kesembilan belas setelah aku menikah dengan Cedric. Dua hari setelah hari yang melelahkan. Aku bangun di pagi hari seperti biasanya. Kemarin aku benar-benar tidur seharian karena rasanya sangat melelahkan.Makanan sudah tersaji di atas meja. Sepertinya aku bangun kesiangan karena Lucy sudah membawakan aku makanan.Aku duduk di kursi lalu memakan makananku. Isi kepalaku masih kosong karena aku baru saja bangun tidur.Tunggu dulu. Apa ini makanan? Apa Lucy meletakkan sesuatu di makanan ini? Kenapa aku baru menyadarinya sekarang? Sial.Aku memuntahkan makananku kembali lalu membuangnya melalui jendela. Ah, aku harap tidak ada orang di bawah sana.Aku baru ingat. Bagaimana dengan makanan kemarin? Aku menelannya begitu saja karena aku benar-benar kelelahan kemarin. Apa aku akan mati dalam waktu dekat?“Yang Mulia,” panggil Lucy. Aku menoleh ke arahnya saat aku mendengar suaranya.“Apa?” tanyaku.“Apa mak
Hari ke-860 setelah aku menikah dengan Cedric. Aku baru saja sampai di Gilmond setelah menempuh perjalanan yang cukup lama dari ibu kota.Kereta kuda yang membawaku berhenti di depan kastil ayahku. Aku langsung turun dan masuk ke dalam kastil ayahku. Aku berjalan menuju ke kamar ibu untuk melihat keadaan anak-anak terlebih dahulu.Sesampainya aku di depan kamar ibuku, aku langsung mengetuk pintu. Setelah mendengar suara ibu dari dalam, aku segera masuk ke dalam.“Ibu!” teriak Arion. Arion berlari ke arahku. Aku menangkapnya lalu memeluknya dengan erat.“Kenapa kau malah ke sini? Aku dengar kau terluka,” kata ibu dengan nada khawatir.“Aku baik-baik saja, Bu. Aku ingin melihat kondisi kaisar dengan mata kepalaku sendiri,” kataku.“Yang Mulia Kaisar sudah mendapatkan perawatan di rumah sakit. Tapi Yang Mulia Kaisar belum sadarkan diri,” kata ibu.&
Masih di hari ke-859 setelah aku menikah dengan Cedric. Aku dan empat kesatria di belakangku berada di ruang singgasana. Kami berhadapan dengan Davis, Andreas, Orion, dan Cassius, serta sepuluh orang bersenjata. Jelas kami kalah jumlah tapi kami harus menumbangkan ke empat orang yang duduk di singgasana itu. Aku melihat ke atas dan ke sekitar untuk memastikan apakah ada pemanah yang bersembunyi atau tidak. Aku melihat ada empat pemanah yang bersembunyi dan siap menembakkan anak panah mereka pada kami. Sial. Apa yang harus aku lakukan? Aku menggenggam pedangku dengan tangan yang gemetaran. Jujur saja, aku takut sekarang. Sangat takut. Tapi aku tidak boleh menyerah begitu saja karena aku sudah berjanji pada Cedric untuk menjaga istana ini. “Habisi mereka dan sisakan wanita itu,” kata Cassius. Mereka mulai menyerang kami. Namun, mereka sama sekali tidak mencoba untuk melawanku. Mereka justru mengabaikan keberadaanku di sini dan malah menyerang keempat kesatria yang berada di belakang
Masih di hari ke-859 setelah aku menikah dengan Cedric. Cedric dan rombongannya sudah pergi ke tempat festival berburu diadakan. Sementara itu, anak-anakku pergi bersama ibuku ke Gilmond untuk diungsikan. Lalu Alicia juga pergi ke Belezac untuk mengungsi. Aku berada di istana kekaisaran ini bersama para kesatria kaisar untuk mempertahankan istana ini jika istana ini diserang.Matahari baru saja terbit. Aku masih berada di Istana Tulip, menyantap sarapanku. Entah kenapa makanan yang aku makan terasa tidak enak. Apakah karena aku terlalu cemas? Sepertinya begitu.Tiba-tiba pintu kamarku diketuk oleh seseorang dari luar. Aku pun langsung menyuruh seseorang itu untuk masuk. Ternyata itu Taylor.Taylor masuk ke dalam kamarku lalu membungkuk padaku. Dia berkata, “Yang Mulia, terjadi kerusuhan di tempat latihan prajurit.”“Apa yang terjadi?” tanyaku.“Para prajurit saling menyerang satu sama lain. Kami tidak bisa membedakan m
Hari ke-859 setelah aku menikah dengan Cedric. Kurang lebih sudah satu bulan sejak aku diculik Andreas. Andreas sudah tertangkap dan di tahan di penjara. Baiklah. Davis, Orion, dan Andreas sudah tertangkap. Namun, sepertinya mereka masih merencanakan sesuatu yang lain. Kalau aku tebak, mereka pasti akan melancarkan rencana mereka saat festival berburu. Kenapa kami tidak langsung menghukum mati mereka saja? Karena setelah kami amati beberapa waktu ini, ternyata ada orang lain yang memakai nama Davis untuk mengendalikan pasukan mereka. Davis yang asli sama sekali tidak bisa mengirim pesan atau apapun itu dari dalam penjara.Hari ini adalah hari diadakannya festival berburu. Bagi para bangsawan, ini adalah acara tahunan yang sangat menyenangkan. Namun, bagi kami, ini adalah medan pertempuran. Tentu saja kami sudah memprediksi bahwa pihak musuh akan menyerang hari ini. Mereka tidak mungkin melewatkan kesempatan di mana kaisar tidak berada di istana kekaisaran. Namun, kami belum tahu ap
Masih di hari ke-830 setelah aku menikah dengan Cedric. Aku akhirnya bisa kembali ke istana kekaisaran dengan selamat karena Taylor.Aku segera masuk ke istanaku. Aku langsung bisa melihat dan mendengar Cedric memarahi Lucy dan beberapa kesatria di lobi. Ah, aku jadi merasa bersalah pada mereka karena kelalaian yang aku perbuat. Mereka jadi kena marah karena aku menghilang secara tiba-tiba."Berisik. Kau bisa membangunkan anak-anak," kataku.Cedric langsung berhenti marah-marah begitu mendengar suaraku. Cedric menoleh ke arahku lalu berjalan ke arahku. Cedric menghentikan langkahnya di hadapanku lalu memelukku dengan sangat erat."Dari mana saja kau?" tanya Cedric."Diculik Andreas," jawabku."Andreas, kau bilang?!" tanya Cedric.Cedric melepaskan pelukannya lalu menatap wajahku sebentar. Setelah itu dia mundur beberapa langkah lalu menatapku dari ujung kepala hingga ujung kaki.“
Hari ke-830 setelah aku menikah dengan Cedric. Aku baru saja mendapatkan perintah palsu untuk pergi ke ruang kerja Cedric. Bagaimana aku bisa tahu ini palsu? Karena sekarang ada orang yang mencoba untuk menculikku. Mulutku disumpal, tanganku diikat di belakang, dan aku dimasukkan ke dalam sebuah karung besar yang cukup untuk menampung seluruh tubuhku. Sialan. Tidak seharusnya aku buru-buru pergi sendirian seperti ini. Kenapa aku tidak curiga bahwa ada yang salah? Sepertinya aku terlalu menurunkan kewaspadaanku. Baiklah, mau dibawa ke mana aku sekarang? Astaga, ini sangat tidak nyaman. Aku harap mereka tidak membawaku pergi terlalu jauh. Ternyata karung ini lumayan transparan jika dilihat dari dalam. Aku bisa melihat situasi di luar dari dalam seperti ini. Para penculik ini berjumlah sekitar lima orang. Dua orang membawaku bersama seperti membawa karung berisi muatan berat sungguhan. Aku turus berusaha untuk melihat ke arah luar untuk melihat rute pelarian mereka. Ternyata mereka m
Hari ke-830 setelah aku menikah dengan Cedric. Belum ada kemajuan untuk mendapatkan informasi tentang siapa orang yang mengincarku. Orang-orang yang berhasil kami tangkap dalam keadaan tak sadarkan diri waktu itu, bunuh diri dengan menggigit lidah mereka hingga putus. Sehingga kami tidak bisa mendapatkan informasi apa-apa dari mereka.Bagaimana dengan Davis dan Orion serta para antek-anteknya? Mereka semua masih mendekam di penjara yang terpisah-pisah agar mereka tidak bisa berkomunikasi satu sama lain. Kami belum menghukum mereka secara resmi karena kami masih harus mengorek informasi lain dari mereka.Saat ini aku berada di kamar seperti biasanya. Aku duduk di atas tempat tidur sambil bersandar pada sandaran tempat tidur. Aku membaca novel sambil memeluk Arion yang tidur dengan posisi bersandar di dadaku. Sementara itu, Brandon tidur di tempat tidur bayinya yang berada di sebelah kiri tempat tidurku.Tiba-tiba pintu kamarku terbuka. Itu pasti Cedri
Hari ke-824 setelah aku menikah dengan Cedric. Aku baru menyadari ada yang janggal dengan penyerangan yang terjadi kemarin. Jadi aku menyuruh Taylor untuk mengawasi orang-orang menyerang kamarku dan tak sadarkan diri waktu itu. Namun, orang-orang itu masih belum sadar hingga hari ini. Jadi kami belum bisa mengorek informasi dari mereka.Siang ini aku sedang berada di kamarku, duduk di sofa, dan melakukan kegiatanku seperti biasanya yaitu mengawasi Arion. Arion sedang mengayun-ayunkan Brandon yang tidur di ayunan bayi.Lalu, tiba-tiba pintu kamarku diketuk oleh seseorang dari luar. Mungkin itu hanya Lucy."Masuk," kataku.Pintu terbuka dan menampakkan orang yang ada di balik pintu. Ternyata itu bukan Lucy, melainkan Alicia. Apakah dia datang bersama ibunya? Sepertinya tidak. Baguslah kalau begitu.Aku melihat wajahnya terlihat pucat. Kenapa dia malah datang ke sini? Bukankah seharusnya dia istirahat saja?"Kau pu
Aku tenggelam di dalam air yang sangat dalam. Aku tidak bisa berenang atau bernapas. Sial, aku benar-benar tidak bisa bernapas. Aku membuka mataku dan ternyata itu hanya mimpi.Hari ke-823 setelah aku menikah dengan Cedric. Aku terbangun dari tidurku karena aku tidak bisa bernapas. Kenapa aku tidak bisa bernapas? Karena Arion menutup kedua lubang hidungku menggunakan jari-jarinya. Ada-ada saja tingkah anak satu ini.Aku menarik tangan Arion dengan lembut agar jari-jari keluar dari lubang hidungku. Akhirnya aku bisa bernapas dengan normal lagi."Ibu," panggil Arion."Apa, Sayang?" tanyaku."Bangun," kata Arion."Ibu sudah bangun," kataku sambil mengelus kepalanya."Itu," kata Arion.Arion yang duduk di sebelah kananku menujuk sesuatu di sebelah kiriku. Aku pun menoleh ke arah kiri untuk melihat apa yang ditunjuk oleh Arion. Ternyata Arion penasaran dengan sosok baru yang ada di sin