Belum genap dua hari aku berada di istana tapi aku sudah terlibat dalam drama istana. Aku dituduh telah meracuni Permaisuri.
Aku tertangkap basah sedang melakukan sesuatu di dapur istana utama. Ya, memang aku mengakui bahwa aku sedang mencoba mencuri makanan di dapur. Tapi aku tidak meracuni makanan atau apapun itu. Aku hanya ingin makan. Para penjaga yang menangkapku, membawaku ke ruang kerja Cedric. Sesampainya di sana, aku dipaksa untuk berlutut di hadapan Cedric. "Aku tidak menyangka ini. Baru kemarin kau mengancamku, sekarang kau sudah ingin merebut posisi Permaisuri dari Alicia," kata Cedric dengan penuh amarah. Aku bisa melihat wajahnya benar-benar marah. "Saya tidak tertarik untuk merebut posisinya. Lalu kenapa saya ditangkap seperti ini?" tanyaku. "Omong kosong. Kalau begitu apa yang kau lakukan di dapur kalau tidak meracuni bahan makanan di dapur?" kata Cedric. "Saya lapar, Yang Mulia. Di istana saya tidak ada makanan yang tersisa. Jadi saya—" "Lapar?! Omong kosong apa lagi itu. Mengaku lah bahwa kau meracuni makanan Alicia dan aku akan mengampuni nyawamu," kata Cedric. "Yang Mulia, saya tidak bersalah. Saya mengakui bahwa saya mencoba untuk mencuri makanan. Tapi saya sama sekali tidak memiliki niatan untuk meracuni siapapun," kataku. "Pembohong!" katanya. Rasanya benar-benar menyakitkan ketika dia tidak mempercayaiku sama sekali. Rasanya aku ingin menangis. Cedric berjalan menuju ke arahku kemudian mengambil tiara yang aku pakai. Dia melihatku dengan tatapan yang jijik. "Masukkan dia ke dalam penjara dan geledah istananya!" perintah Cedric. Sialan! Aku sangat membencinya. Para penjaga menyeretku keluar dari ruang kerja Cedric. Tentu saja mereka langsung menyeretku ke dalam penjara. Mereka mengunciku di salah satu sel yang ada di sana. Aku menarik nafas panjang. Kenapa aku sangat sial hari ini? Tiba-tiba perutku berbunyi dengan kencang. Aku belum jadi makan apapun. Sialan. Aku sangat lapar. *** Hari ketiga setelah aku menikah. Kabarku hari ini masih mendekam di penjara. Tidak ada yang bisa aku lakukan. Bagaimana caranya agar aku bisa menghubungi seseorang? Ayo berpikir. Atau lebih baik aku kabur saja? Tapi bagaimana caranya? Aku akan langsung tertangkap bila aku menerobos keluar. Sial! Otakku buntu. Aku lapar. Aku haus. Berapa lama aku harus berada di sini? Aku ingin pulang. Kenapa aku harus terjebak di tempat ini? Beberapa saat kemudian, seorang penjaga datang dan membawakan aku makanan dan air. Aku mengambil makanan itu dan mencium baunya. Baunya tercium aneh. Apa lagi yang mereka berikan padaku? Tentu saja aku tidak memakannya. Aku kembali meringkuk di pojok sel dan mencari posisi yang nyaman untuk tidur. Aku memejamkan mataku selama. Aku terlelap untuk beberapa saat. *** Hari ke enam setelah aku menikah dengan Cedric, akhirnya aku bisa keluar dari penjara ini. Keluar bukan dalam arti bebas. Aku keluar dan di seret ke ruang ruang persidangan. Aku tersungkur di lantai persidangan. Aku dapat mendengar suara-suara dari beberapa orang tapi aku tidak mencerna apa yang mereka bicarakan. Aku tidak peduli dengan apa yang mereka bicarakan. Aku juga tidak peduli dengan apa yang mereka bicarakan tentangku. Aku hanya ingin makan. Aku sangat lapar. Perutku terasa sakit. Aku bisa mendengar seseorang memanggil namaku. Tapi aku tidak mempedulikannya. Ah, aku lelah. Rasanya aku ingin memejamkan mataku lagi. Mataku terasa berat. Aku ingin tidur di tempat tidurku yang nyaman. Orang-orang ini sangat berisik. Apa yang mereka bicarakan? Biarkan aku beristirahat. Ah, kenapa mereka mulai bersorak? Ini sangat berisik. Tiba-tiba seseorang memberiku air dan roti. Aku duduk dan mencium bau air itu. Air ini tidak berbau. Sepertinya ini air normal. Aku langsung meminum habis air itu. Rasanya benar-benar menyegarkan. Akhirnya aku bisa minum air setelah beberapa hari aku tidak meminum apapun. Aku mengambil roti itu dan membelahnya menjadi dua bagian. Aku mencium bau dari roti. Roti ini sepertinya normal. Aku memakan roti itu dengan lahap hingga aku tersedak. Seseorang memberiku air lagi. Aku meminumnya agar roti itu tidak menyangkut di tenggorokanku. Ah, leganya. Tiba-tiba Cedric berjalan ke arahku dan berjongkok di depanku. Aku menengok ke atas dan melihat ke arah wajahnya. Aku tidak mengerti ekspresi wajahnya. Dia terlihat marah, sedih, dan kecewa. Aku tidak mengerti kenapa dia seperti itu. Harusnya aku yang marah dan kecewa padanya. "Mau apa kau?" tanyaku dengan suara bergetar. Lupakan tata krama. Aku sangat membencinya saat ini. "Kau terbukti tidak bersalah. Kau bebas sekarang," kata Cedric. "Hanya itu?" tanyaku sambil menahan tangis. "Ya," jawabnya singkat. Dia benar-benar tidak peduli. Aku yakin dia terbiasa mempermainkan nyawa orang seperti seekor semut. "Yang Mulia, saya punya permintaan," kataku. "Soal istana lagi? Baiklah kau akan tinggal di istana utama bersamaku dan Permaisuri," kata Cedric. "Bukan. Biarkan saya tinggal di rumah ayahku selama beberapa hari," kataku. "Tidak." kata Cedric dengan tegas. "Kenapa?" "Kenapa kau tanya 'kenapa'? Bukankah jawabannya sudah sudah jelas? Baiklah, aku akan memperjelasnya. Kita baru saja menikah beberapa hari yang lalu dan kau bilang kau ingin kembali ke rumah ayahmu. Apa kau tidak peduli dengan harga dirimu? Kau akan dicap sebagai istri yang gagal karena tidak bisa beradaptasi dengan suamimu." "Persetan dengan harga diriku!" Teriakku. Dadaku terasa sesak. Tidak aku sadari air mataku telah mengalir. "Sejak awal aku tidak pernah tertarik untuk menikah denganmu. Dan kau juga pasti tidak tertarik untuk menikah lagi. Kau menikah lagi karena para anggota dewan sialan ini mendesakmu. Lalu kau memilih seorang perempuan lajang dari keluarga yang memiliki kedudukan tinggi. Kau hanya ingin mengendalikan ayahku. Kau takut kalau ayahku memihak salah satu dari adik-adikmu. Dasar pengecut!" "Beraninya kau!" bentak Cedric. "Apa?! Aku hanya mengatakan yang sebenarnya," kataku. Aku dapat merasakan semua mata tertuju padaku. Termasuk ayahku yang sudah siap menghunuskan pedangnya untukku. "Lagipula kenapa selalu perempuan yang disalahkan?! Kenapa tidak laki-laki? Kenapa laki-laki selalu dibenarkan dalam segala hal?! Kenapa?! Apabila suami memperlakukan istrinya dengan buruk, istrinya lah yang akan disalahkan karena tidak melayani suaminya dengan baik. Benar begitu Yang Mulia?! Sejak awal kau lah yang memperlakukanku dengan buruk. Kau meletakkan aku di istana yang sudah hampir rubuh. Apa maksudnya itu Yang Mulia?!" Aku meluapkan semua emosiku. "Cukup!" bentak Cedric. "Tidak! Semua harus tahu kebenarannya. Kau bahkan tidak memberikanku makanan yang layak. Sekalinya pelayanku menghidangkan makanan yang layak, mereka meletakkan sesuatu ke dalam makananku. Sehingga aku harus menyelinap ke dapur istana utama untuk mencari makanan. Tapi aku dituduh telah meracuni Permaisuri. Bahkan saat di dalam penjara pun seseorang meletakkan sesuatu di makanan dan airku. Aku tidak makan dan minum selama beberapa hari! Yang Mulia, saya ingin keadilan!" "Cukup. Bawa Ratu Stella ke kamar di sayap barat," kata Cedric. ***Masih di hari ke enam setelah aku menikah dengan Cedric. Matahari mulai terbenam. Sudah ketiga kalinya aku berpindah tempat untuk tinggal. Mungkin bisa dibilang ke empat kalinya apabila penjara dihitung. Aku lelah. Aku sangat amat lelah tiada tara. Aku ingin pulang ke rumah ayah. Jangan bilang bahwa aku tidak bisa bersyukur. Sejak awal hidupku berbeda dengan rakyat jelata yang sejak lahir sudah hidup susah. Maaf saya beda kasta. Seorang pelayan membawakan beberapa piring makanan di lengkapi dengan hidangan penutup juga. Pelayan itu meletakkan makanan itu di meja kemudian berjalan keluar. Aku langsung berjalan menuju meja dan memakan makanan itu. Kali ini, makanannya normal. Tidak ada bau aneh di maknan ini. Aku melahap seluruh makanan itu tanpa sisa. Rasanya benar-benar nikmat dan memuaskan untuk sesaat. Kemudian aku teringat tentang Cedric sialan itu. Aku benar-benar membencinya. Entah apa lagi yang akan dia lakukan padaku besok. Sial. Aku ingin pulang. Aku merindukan ibu.
Aku tidak tahu bagaimana aku harus memulai kisah hidupku. Mungkin aku akan memulainya dengan perkenalan diri. Namaku Stella Gilmond, 23 tahun. putri dari salah satu bangsawan kelas atas di Kekaisaran Eqara. Ayahku seorang adipati atau biasa disebut dengan istilah duke, yang bernama George Gilmond. Ibu kandungku, Helena, meninggal dunia saat aku masih berusia satu tahun. Aku tidak memiliki ingatan apapun tentang dirinya. Ayahku menikah lagi dengan seorang wanita bangsawan yang bernama Lilia. Lilia sangat menyayangiku seperti anaknya sendiri. Aku bersyukur memiliki ibu tiri yang sangat baik, tidak seperti yang ada di dalam cerita-cerita yang menceritakan bahwa ibu tiri itu jahat. Aku juga memiliki seorang adik laki-laki yang lahir dari rahim Lilia, namanya Albert. Entah kenapa dia lebih tunduk padaku daripada pada ayah dan ibu. Kehidupanku biasa saja untuk seorang bangsawan. Aku hidup dengan kemewahan. Guru privat yang datang hampir setiap hari untuk mengajariku. Makan enak, tempat ti
Hari ini benar-benar melelahkan. Sampai kapan aku harus berdiri di aula pesta ini? Cedric, sang kaisar, sama sekali tidak memandangku bahkan sejak upacara pernikahan hingga sekarang. Kami tidak berbicara satu sama lain sepatah katapun. Aku hanya berdiri di sampingnya seperti patung dan dia mengabaikan keberadaanku. Cedric sialan. Kau seharusnya tidak memilih aku bila kau hanya akan mengabaikan aku seperti ini. Setelah satu jam berada di aula pesta, Cedric pergi entah kemana meninggalkan aku tanpa berpamitan. Sial. Dia benar-benar sialan. Rasanya aku ingin mengumpat langsung di hadapannya tapi pasti aku akan langsung dipenggal. Aku keluar dari aula pesta sementara para tamu undangan masih menikmati pestanya. Aku sudah tidak peduli lagi. Aku memutuskan untuk pergi kamar yang disiapkan untuk malam pertama kami. Aku masuk ke kamar itu dan mendapati dua orang pelayan sendang menaburkan bunga mawar di atas tempat tidur. "Selamat datang, Ratu. Kami akan membantu Anda untuk membersihk
Istana Mawar. Istana ini dulunya ditempati oleh Ratu Elena. Ratu Elena adalah istri kesayangan kaisar terdahulu, Kaisar Alexander. Kaisar Alexander memiliki tiga istri. Permaisuri Laura adalah istri pertama sekaligus ibu Cedric. Ratu Layla adalah istri kedua sekaligus ibu dari Pangeran Andreas. Ratu Elena adalah istri ketiga dan istri kesayangan Kaisar Alexander. Ratu Elena memiliki dua putra yaitu Pangeran Orion dan Pangeran Cassius. Ada rumor yang mengatakan bahwa Cedric sangat membenci Elena hingga saat ini. Bagaimana tidak? Kaisar Alexander lebih memilih untuk pergi liburan bersama Elena saat Laura sedang meregang nyawa melahirkan anak keduanya. Laura meninggal saat melahirkan, begitu pula anak yang dilahirkannya. Setelah itu, Elena diangkat menjadi Permaisuri. Ya, kurang lebih seperti itulah rumitnya keluarga kekaisaran dulunya. Lagipula itu tidak ada hubungannya denganku. Tapi kenapa Cedric meletakkan aku di Istana Mawar? Apa dia sangat membenciku? Entahlah. Yang penting
Masih di hari ke enam setelah aku menikah dengan Cedric. Matahari mulai terbenam. Sudah ketiga kalinya aku berpindah tempat untuk tinggal. Mungkin bisa dibilang ke empat kalinya apabila penjara dihitung. Aku lelah. Aku sangat amat lelah tiada tara. Aku ingin pulang ke rumah ayah. Jangan bilang bahwa aku tidak bisa bersyukur. Sejak awal hidupku berbeda dengan rakyat jelata yang sejak lahir sudah hidup susah. Maaf saya beda kasta. Seorang pelayan membawakan beberapa piring makanan di lengkapi dengan hidangan penutup juga. Pelayan itu meletakkan makanan itu di meja kemudian berjalan keluar. Aku langsung berjalan menuju meja dan memakan makanan itu. Kali ini, makanannya normal. Tidak ada bau aneh di maknan ini. Aku melahap seluruh makanan itu tanpa sisa. Rasanya benar-benar nikmat dan memuaskan untuk sesaat. Kemudian aku teringat tentang Cedric sialan itu. Aku benar-benar membencinya. Entah apa lagi yang akan dia lakukan padaku besok. Sial. Aku ingin pulang. Aku merindukan ibu.
Belum genap dua hari aku berada di istana tapi aku sudah terlibat dalam drama istana. Aku dituduh telah meracuni Permaisuri. Aku tertangkap basah sedang melakukan sesuatu di dapur istana utama. Ya, memang aku mengakui bahwa aku sedang mencoba mencuri makanan di dapur. Tapi aku tidak meracuni makanan atau apapun itu. Aku hanya ingin makan. Para penjaga yang menangkapku, membawaku ke ruang kerja Cedric. Sesampainya di sana, aku dipaksa untuk berlutut di hadapan Cedric. "Aku tidak menyangka ini. Baru kemarin kau mengancamku, sekarang kau sudah ingin merebut posisi Permaisuri dari Alicia," kata Cedric dengan penuh amarah. Aku bisa melihat wajahnya benar-benar marah. "Saya tidak tertarik untuk merebut posisinya. Lalu kenapa saya ditangkap seperti ini?" tanyaku. "Omong kosong. Kalau begitu apa yang kau lakukan di dapur kalau tidak meracuni bahan makanan di dapur?" kata Cedric. "Saya lapar, Yang Mulia. Di istana saya tidak ada makanan yang tersisa. Jadi saya—" "Lapar?! Omong kosong ap
Istana Mawar. Istana ini dulunya ditempati oleh Ratu Elena. Ratu Elena adalah istri kesayangan kaisar terdahulu, Kaisar Alexander. Kaisar Alexander memiliki tiga istri. Permaisuri Laura adalah istri pertama sekaligus ibu Cedric. Ratu Layla adalah istri kedua sekaligus ibu dari Pangeran Andreas. Ratu Elena adalah istri ketiga dan istri kesayangan Kaisar Alexander. Ratu Elena memiliki dua putra yaitu Pangeran Orion dan Pangeran Cassius. Ada rumor yang mengatakan bahwa Cedric sangat membenci Elena hingga saat ini. Bagaimana tidak? Kaisar Alexander lebih memilih untuk pergi liburan bersama Elena saat Laura sedang meregang nyawa melahirkan anak keduanya. Laura meninggal saat melahirkan, begitu pula anak yang dilahirkannya. Setelah itu, Elena diangkat menjadi Permaisuri. Ya, kurang lebih seperti itulah rumitnya keluarga kekaisaran dulunya. Lagipula itu tidak ada hubungannya denganku. Tapi kenapa Cedric meletakkan aku di Istana Mawar? Apa dia sangat membenciku? Entahlah. Yang penting
Hari ini benar-benar melelahkan. Sampai kapan aku harus berdiri di aula pesta ini? Cedric, sang kaisar, sama sekali tidak memandangku bahkan sejak upacara pernikahan hingga sekarang. Kami tidak berbicara satu sama lain sepatah katapun. Aku hanya berdiri di sampingnya seperti patung dan dia mengabaikan keberadaanku. Cedric sialan. Kau seharusnya tidak memilih aku bila kau hanya akan mengabaikan aku seperti ini. Setelah satu jam berada di aula pesta, Cedric pergi entah kemana meninggalkan aku tanpa berpamitan. Sial. Dia benar-benar sialan. Rasanya aku ingin mengumpat langsung di hadapannya tapi pasti aku akan langsung dipenggal. Aku keluar dari aula pesta sementara para tamu undangan masih menikmati pestanya. Aku sudah tidak peduli lagi. Aku memutuskan untuk pergi kamar yang disiapkan untuk malam pertama kami. Aku masuk ke kamar itu dan mendapati dua orang pelayan sendang menaburkan bunga mawar di atas tempat tidur. "Selamat datang, Ratu. Kami akan membantu Anda untuk membersihk
Aku tidak tahu bagaimana aku harus memulai kisah hidupku. Mungkin aku akan memulainya dengan perkenalan diri. Namaku Stella Gilmond, 23 tahun. putri dari salah satu bangsawan kelas atas di Kekaisaran Eqara. Ayahku seorang adipati atau biasa disebut dengan istilah duke, yang bernama George Gilmond. Ibu kandungku, Helena, meninggal dunia saat aku masih berusia satu tahun. Aku tidak memiliki ingatan apapun tentang dirinya. Ayahku menikah lagi dengan seorang wanita bangsawan yang bernama Lilia. Lilia sangat menyayangiku seperti anaknya sendiri. Aku bersyukur memiliki ibu tiri yang sangat baik, tidak seperti yang ada di dalam cerita-cerita yang menceritakan bahwa ibu tiri itu jahat. Aku juga memiliki seorang adik laki-laki yang lahir dari rahim Lilia, namanya Albert. Entah kenapa dia lebih tunduk padaku daripada pada ayah dan ibu. Kehidupanku biasa saja untuk seorang bangsawan. Aku hidup dengan kemewahan. Guru privat yang datang hampir setiap hari untuk mengajariku. Makan enak, tempat ti