Belum genap dua hari aku berada di istana tapi aku sudah terlibat dalam drama istana. Aku dituduh telah meracuni Permaisuri.
Aku tertangkap basah sedang melakukan sesuatu di dapur istana utama. Ya, memang aku mengakui bahwa aku sedang mencoba mencuri makanan di dapur. Tapi aku tidak meracuni makanan atau apapun itu. Aku hanya ingin makan. Para penjaga yang menangkapku, membawaku ke ruang kerja Cedric. Sesampainya di sana, aku dipaksa untuk berlutut di hadapan Cedric. "Aku tidak menyangka ini. Baru kemarin kau mengancamku, sekarang kau sudah ingin merebut posisi Permaisuri dari Alicia," kata Cedric dengan penuh amarah. Aku bisa melihat wajahnya benar-benar marah. "Saya tidak tertarik untuk merebut posisinya. Lalu kenapa saya ditangkap seperti ini?" tanyaku. "Omong kosong. Kalau begitu apa yang kau lakukan di dapur kalau tidak meracuni bahan makanan di dapur?" kata Cedric. "Saya lapar, Yang Mulia. Di istana saya tidak ada makanan yang tersisa. Jadi saya—" "Lapar?! Omong kosong apa lagi itu. Mengaku lah bahwa kau meracuni makanan Alicia dan aku akan mengampuni nyawamu," kata Cedric. "Yang Mulia, saya tidak bersalah. Saya mengakui bahwa saya mencoba untuk mencuri makanan. Tapi saya sama sekali tidak memiliki niatan untuk meracuni siapapun," kataku. "Pembohong!" katanya. Rasanya benar-benar menyakitkan ketika dia tidak mempercayaiku sama sekali. Rasanya aku ingin menangis. Cedric berjalan menuju ke arahku kemudian mengambil tiara yang aku pakai. Dia melihatku dengan tatapan yang jijik. "Masukkan dia ke dalam penjara dan geledah istananya!" perintah Cedric. Sialan! Aku sangat membencinya. Para penjaga menyeretku keluar dari ruang kerja Cedric. Tentu saja mereka langsung menyeretku ke dalam penjara. Mereka mengunciku di salah satu sel yang ada di sana. Aku menarik nafas panjang. Kenapa aku sangat sial hari ini? Tiba-tiba perutku berbunyi dengan kencang. Aku belum jadi makan apapun. Sialan. Aku sangat lapar. *** Hari ketiga setelah aku menikah. Kabarku hari ini masih mendekam di penjara. Tidak ada yang bisa aku lakukan. Bagaimana caranya agar aku bisa menghubungi seseorang? Ayo berpikir. Atau lebih baik aku kabur saja? Tapi bagaimana caranya? Aku akan langsung tertangkap bila aku menerobos keluar. Sial! Otakku buntu. Aku lapar. Aku haus. Berapa lama aku harus berada di sini? Aku ingin pulang. Kenapa aku harus terjebak di tempat ini? Beberapa saat kemudian, seorang penjaga datang dan membawakan aku makanan dan air. Aku mengambil makanan itu dan mencium baunya. Baunya tercium aneh. Apa lagi yang mereka berikan padaku? Tentu saja aku tidak memakannya. Aku kembali meringkuk di pojok sel dan mencari posisi yang nyaman untuk tidur. Aku memejamkan mataku selama. Aku terlelap untuk beberapa saat. *** Hari ke enam setelah aku menikah dengan Cedric, akhirnya aku bisa keluar dari penjara ini. Keluar bukan dalam arti bebas. Aku keluar dan di seret ke ruang ruang persidangan. Aku tersungkur di lantai persidangan. Aku dapat mendengar suara-suara dari beberapa orang tapi aku tidak mencerna apa yang mereka bicarakan. Aku tidak peduli dengan apa yang mereka bicarakan. Aku juga tidak peduli dengan apa yang mereka bicarakan tentangku. Aku hanya ingin makan. Aku sangat lapar. Perutku terasa sakit. Aku bisa mendengar seseorang memanggil namaku. Tapi aku tidak mempedulikannya. Ah, aku lelah. Rasanya aku ingin memejamkan mataku lagi. Mataku terasa berat. Aku ingin tidur di tempat tidurku yang nyaman. Orang-orang ini sangat berisik. Apa yang mereka bicarakan? Biarkan aku beristirahat. Ah, kenapa mereka mulai bersorak? Ini sangat berisik. Tiba-tiba seseorang memberiku air dan roti. Aku duduk dan mencium bau air itu. Air ini tidak berbau. Sepertinya ini air normal. Aku langsung meminum habis air itu. Rasanya benar-benar menyegarkan. Akhirnya aku bisa minum air setelah beberapa hari aku tidak meminum apapun. Aku mengambil roti itu dan membelahnya menjadi dua bagian. Aku mencium bau dari roti. Roti ini sepertinya normal. Aku memakan roti itu dengan lahap hingga aku tersedak. Seseorang memberiku air lagi. Aku meminumnya agar roti itu tidak menyangkut di tenggorokanku. Ah, leganya. Tiba-tiba Cedric berjalan ke arahku dan berjongkok di depanku. Aku menengok ke atas dan melihat ke arah wajahnya. Aku tidak mengerti ekspresi wajahnya. Dia terlihat marah, sedih, dan kecewa. Aku tidak mengerti kenapa dia seperti itu. Harusnya aku yang marah dan kecewa padanya. "Mau apa kau?" tanyaku dengan suara bergetar. Lupakan tata krama. Aku sangat membencinya saat ini. "Kau terbukti tidak bersalah. Kau bebas sekarang," kata Cedric. "Hanya itu?" tanyaku sambil menahan tangis. "Ya," jawabnya singkat. Dia benar-benar tidak peduli. Aku yakin dia terbiasa mempermainkan nyawa orang seperti seekor semut. "Yang Mulia, saya punya permintaan," kataku. "Soal istana lagi? Baiklah kau akan tinggal di istana utama bersamaku dan Permaisuri," kata Cedric. "Bukan. Biarkan saya tinggal di rumah ayahku selama beberapa hari," kataku. "Tidak." kata Cedric dengan tegas. "Kenapa?" "Kenapa kau tanya 'kenapa'? Bukankah jawabannya sudah sudah jelas? Baiklah, aku akan memperjelasnya. Kita baru saja menikah beberapa hari yang lalu dan kau bilang kau ingin kembali ke rumah ayahmu. Apa kau tidak peduli dengan harga dirimu? Kau akan dicap sebagai istri yang gagal karena tidak bisa beradaptasi dengan suamimu." "Persetan dengan harga diriku!" Teriakku. Dadaku terasa sesak. Tidak aku sadari air mataku telah mengalir. "Sejak awal aku tidak pernah tertarik untuk menikah denganmu. Dan kau juga pasti tidak tertarik untuk menikah lagi. Kau menikah lagi karena para anggota dewan sialan ini mendesakmu. Lalu kau memilih seorang perempuan lajang dari keluarga yang memiliki kedudukan tinggi. Kau hanya ingin mengendalikan ayahku. Kau takut kalau ayahku memihak salah satu dari adik-adikmu. Dasar pengecut!" "Beraninya kau!" bentak Cedric. "Apa?! Aku hanya mengatakan yang sebenarnya," kataku. Aku dapat merasakan semua mata tertuju padaku. Termasuk ayahku yang sudah siap menghunuskan pedangnya untukku. "Lagipula kenapa selalu perempuan yang disalahkan?! Kenapa tidak laki-laki? Kenapa laki-laki selalu dibenarkan dalam segala hal?! Kenapa?! Apabila suami memperlakukan istrinya dengan buruk, istrinya lah yang akan disalahkan karena tidak melayani suaminya dengan baik. Benar begitu Yang Mulia?! Sejak awal kau lah yang memperlakukanku dengan buruk. Kau meletakkan aku di istana yang sudah hampir rubuh. Apa maksudnya itu Yang Mulia?!" Aku meluapkan semua emosiku. "Cukup!" bentak Cedric. "Tidak! Semua harus tahu kebenarannya. Kau bahkan tidak memberikanku makanan yang layak. Sekalinya pelayanku menghidangkan makanan yang layak, mereka meletakkan sesuatu ke dalam makananku. Sehingga aku harus menyelinap ke dapur istana utama untuk mencari makanan. Tapi aku dituduh telah meracuni Permaisuri. Bahkan saat di dalam penjara pun seseorang meletakkan sesuatu di makanan dan airku. Aku tidak makan dan minum selama beberapa hari! Yang Mulia, saya ingin keadilan!" "Cukup. Bawa Ratu Stella ke kamar di sayap barat," kata Cedric. ***Masih di hari ke enam setelah aku menikah dengan Cedric. Matahari mulai terbenam. Sudah ketiga kalinya aku berpindah tempat untuk tinggal. Mungkin bisa dibilang ke empat kalinya apabila penjara dihitung. Aku lelah. Aku sangat amat lelah tiada tara. Aku ingin pulang ke rumah ayah. Jangan bilang bahwa aku tidak bisa bersyukur. Sejak awal hidupku berbeda dengan rakyat jelata yang sejak lahir sudah hidup susah. Maaf saya beda kasta. Seorang pelayan membawakan beberapa piring makanan di lengkapi dengan hidangan penutup juga. Pelayan itu meletakkan makanan itu di meja kemudian berjalan keluar. Aku langsung berjalan menuju meja dan memakan makanan itu. Kali ini, makanannya normal. Tidak ada bau aneh di maknan ini. Aku melahap seluruh makanan itu tanpa sisa. Rasanya benar-benar nikmat dan memuaskan untuk sesaat. Kemudian aku teringat tentang Cedric sialan itu. Aku benar-benar membencinya. Entah apa lagi yang akan dia lakukan padaku besok. Sial. Aku ingin pulang. Aku merindukan ibu.
Masih di hari ketujuh setelah aku menikah dengan Cedric. Baru satu minggu aku menikah dengan Kaisar Kekaisaran Eqara dan aku sudah menjadi topik berita utama dalam surat kabar kekaisaran. Ini adalah pencapaian terbesar dalam hidupku. Aku yakin mereka semua sedang membicarakan aku. Aku membaca berita tentangku yang mengamuk di persidangan. Mereka menulis semua kata-kata yang aku ucapkan di persidangan. Termasuk kata-kataku yang menghina anggota dewan dan menghina kaisar itu sendiri. Aku tertawa saat membaca ini. "Semua orang sedang membicarakan tentang berita itu, Yang Mulia," kata Lucy. "Ya, itu cukup lucu untukku," kataku sambil tertawa. "Apa Anda tidak takut, Yang Mulia?" tanya Lucy. Aku tertawa terbahak-bahak karena mendengarkan pertanyaannya. "Takut? Takut dengan apa? Takut dengan gunjingan orang-orang? Apa kau benar-benar menanyakan itu pada orang yang berani menghina kaisar di depan dewan?" tanyaku balik. Lucy tersenyum mendengar pertanyaanku. Entah apa yang dia pikirkan.
Hari kesembilan setelah aku menikah dengan Cedric. Seingatku hari ini, adalah hari ulang tahun Lucy. Aku ingin memberikan hadiah untuknya karena dia sudah bekerja sangat baik dalam dua hari ini. Tapi aku tidak memegang uang sepeser pun. Perhiasanku juga sangat terbatas."Yang Mulia, bolehkah saya masuk?" tanya Lucy dari luar. "Masuklah," jawabku. Lucy masuk dengan membawa troli berisi makanan. Dia menghidangkan makanan itu di meja seperti biasanya. "Lucy," panggilku sambil berjalan ke meja. "Apa kau pernah keluar istana?" tanyaku. "Tentu saja, Yang Mulia. Saya keluar istana sesekali ketika saya bosan berada di dalam istana ketika saya libur," jawabnya. "Ini hari ulang tahunmu kan?" tanyaku. Tiba-tiba dia menangis. Oh, ayolah. Dia terlalu emosional. Aku hanya menanyakan ulang tahunnya. "Tidak ada yang pernah mengingat ulang tahun saya selain ibu saya. Maaf Yang Mulia, saya merasa sangat terharu," kata Lucy sambil menghapus air matanya. "Oh, begitu ya. Ngomong-ngomong pergilah ke
"Kau tahu kan, apa tujuanku ke sini. Aku yakin kau bukan tipe gadis bangsawan yang polos," kata Cedric dengan tatapan anehnya. Sial! Apa yang harus aku lakukan?!"Aku tidak mengerti apa maksudmu," kataku. Untuk sekarang mari pura-pura bersikap polos."Aku tahu kau tidak polos. Kau bahkan tidak merasa malu menggunakan pakaian seperti itu di depanku. Jangan-jangan kau sudah terbiasa berpenampilan seperti itu di depan pria," katanya. Dia jelas-jelas sedang merendahkan aku."Apa maksudmu?" tanyaku sambil menahan emosi."Apa aku harus memperjelasnya? Aku hanya menebak bahwa kau sudah terbiasa 'bermain-main' dengan banyak pria karena kau sama sekali tidak malu berpakaian seperti itu di depanku," kata Cedric."Aku bukan wanita murahan seperti itu," kataku."Oh ya? Aku meragukannya," kata Cedric. Cedric bajingan!"Ya, anggap saja seperti itu kalau itu yang ingin kau percaya. Lagipula kau tidak akan pe
Hari kelima belas setelah aku menikah dengan Cedric. Dua hari lagi adalah hari pendirian kekaisaran. Semua orang di istana sibuk menyiapkan semua hal, kecuali aku. Bahkan Lucy juga ikut sibuk mempersiapkan beberapa perlengkapan untuk hari itu.Aku melihat ke arah luar dari jendela kamarku. Ada banyak pelayan yang jalan ke sana ke mari sambil membawa barang-barang untuk keperluan perayaan hari pendirian kekaisaran. Mereka benar-benar sibuk akhir-akhir ini.Lagipula kenapa Cedric mengadakan pernikahan denganku sekitar tiga minggu sebelum hari pendirian kekaisaran? Mengadakan dua acara besar berturut-turut adalah hal yang melelahkan. Orang gila mana yang mengadakan dua acara dua acara besar berturut-turut? Itu hanya menguras uang dan tenaga. Walaupun pernikahanku hanya sederhana untuk ukuran kaisar, tapi itu tetap saja menguras uang dan tenaga.Aku tidak sengaja melihat permaisuri alias istri pertama Cedric saat melihat keluar melalui jendela. Aku belum pernah bert
Hari ketujuh belas setelah aku menikah dengan Cedric. Hari ini adalah hari peringatan pendirian kekaisaran. Aku harus bangun pagi-pagi sekali dan segera bersiap-siap untuk hari yang panjang.Aku beridiri di depan cermin besar. Aku melihat diriku sendiri dari pantulan cermin itu. Baiklah, aku terlihat seperti seorang ratu sekarang. Tapi aku memang seorang ratu.Aku menggunakan gaun berwarna merah dengan sedikit warna putih di bagian depan gaun ini. Tak lupa dengan perhiasan dan tiara yang dihiasi oleh berlian berwarna merah."Yang Mulia, sepatu Anda," kata Lucy. Lucy berjalan mendekatiku dengan membawa sepatu berhak sangat rendah. Lucy menaruh sepatu itu di depan kakiku lalu aku memakainya."Anda terlihat sempurna, Yang Mulia," kata Lucy."Terima kasih atas, pujiannya," kataku."Sudah saatnya Anda pergi ke aula makan. Saya akan mengantar Anda," kata Lucy."Baiklah."Aku berjalan keluar menyusuri lorong bersama Lucy. Di persimpan
Masih di hari ketujuh belas setelah aku menikah dengan Cedric. Cedric, Alicia, dan aku berada di atas kereta kuda. Kereta kuda ini berjalan bersama dengan arak-arakan. Arak-arakan ini berjalan melewati kerumunan menuju alun-alun ibu kota.Aku tersenyum ke arah kerumunan dan melambaikan tanganku. Sementara itu, aku dapat mendengar Alicia mengomeli Cedric dengan lembut.Dari omelan Alicia, aku dapat menyimpulkan bahwa Alicia adalah tipe orang yang mengendalikan orang lain dengan rasa simpati dari lawan bicaranya. Bagaimana aku menjelaskannya ya? Kalau seseorang melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginannya dia akan berlagak sedih. Dia sepertinya tipe yang polos dan lembut di luar tapi licik di dalam. Entah kenapa aku berpikir bahwa dugaanku benar karena dia berhasil bertahan di posisinya sebagai permaisuri selama bertahun-tahun.Alicia. Perempuan itu tipe yang menyebalkan. Jangan sampai aku terlibat masalah dengannya. Bisa-bisa kepalaku langsung terpisah
Masih hari ketujuh belas setelah aku menikah dengan Cedric. Acara hari ini belum selesai. Aku masih berada di aula pesta, dimana pesta dansa untuk perayaan hari pendirian kekaisaran diadakan. Aku baru saja dikejutkan oleh Ratu Janda Elena yang tiba-tiba menghampiriku."Ah, em...." Aku bingung harus memanggilnya apa. Elena tertawa kecil saat melihat kebingunganku."Kau imut sekali, Stella," kata Elena. Aku pun hanya tertawa gugup."Panggil saja aku ibu mertua," kata Elena. Ibu mertua katamu? Lucu sekali."Ah, iya. Ibu mertua," kataku dengan senyum terpaksa."Ah, anak baik. Sebenarnya ada yang aku bicarakan denganmu," kata Elena."Apa itu, Ibu?" tanyaku berlagak polos."Sebelumnya, ayo ke tempat sepi dulu," kata Elena.Aku mengikuti Elena untuk pergi ke salah satu balkon yang ada di sekitar aula pesta. Kami berada di balkon dan dia menutup pintu dengan rapat."Apa ada sesuatu yang serius, Ibu?" tanyaku.
Masih di hari ke-385 setelah aku menikah dengan Cedric. Kali ini Cedric dan Alicia benar-benar mengawasiku hingga aku benar-benar tidur.Cedric berbaring di tempat tidur bersamaku sambil memelukku dari belakang. Sementara itu, Alicia duduk di kursi yang ada di dekat jendela sambil membaca surat-surat yang entah apa isinya."Tidurlah, Stella," kata Cedric sambil mengelus-elus perutku."Siapa juga yang bisa tidur di siang bolong begini. Terlebih lagi di musim panas," protesku dengan nada kesal."Apa perlu aku nyanyikan lagu pengantar tidur?" tanya Cedric."Kau hanya akan membuatnya semakin tidak bisa tidur kalau dia mendengarmu bernyanyi," kata Alicia."Hei, nyanyianku tidak seburuk itu," kata Cedric."Nyanyianmu sangat buruk," kataku. Cedric langsung menoleh padaku dengan wajah cemberut."Apa?" tanyaku."Kau seharusnya membelaku," kata Cedric dengan nada yang sedih. Ce
Hari ke-385 setelah aku menikah dengan Cedric. Seperti biasanya pagiku selalu diawali dengan menonton para kesatria berlatih.Aku duduk di kursi taman yang ada di bawah pohon. Aku melihat ke sekeliling lalu tatapan mataku bertemu dengan Cedric. Cedric langsung menghampiri aku setelah tatapan matanya bertemu denganku."Sepertinya kau menang taruhan dengan Alicia terus akhir-akhir ini," kata Cedric. Oh, benar. Sudah sekitar enam hari aku tidak tidur dengan Cedric."Kenapa? Apa kau merindukanku?" tanyaku dengan nada menggoda."Kalau iya memangnya kenapa? Apa kau mau mengalah pada Alicia hari ini untukku, hm?" tanya Cedric."Tidak," jawabku singkat. Cedric berdecak kesal setelah mendengar jawabanku."Apa kau sebegitunya ingin tidur denganku?" godaku. Aku bisa mendengar Cedric berdecak lagi.Cedric duduk di sebelahku lalu menarikku ke dalam pelukannya. Tak lupa dia mencium dahiku. Tangannya turun u
Hari ke-382 setelah aku menikah dengan Cedric. Sudah dua bulan lebih kami tinggal di mansion ini. Kehamilanku sudah memasuki bulan kedelapan. Perutku benar-benar membesar saat ini. Aku jauh lebih mudah untuk merasa kelelahan. Terkadang aku merasa ulu hatiku sakit. Apa mungkin karena si kecil ini menendang tulang rusukku?Ayah telah mengirimkan dokter dari Gilmond ke sini. Katanya untuk berjaga-jaga kalau aku melahirkan. Tapi aku sangat menghargai itu. Hari ini adalah hari pendirian kekaisaran. Walaupun ini masih dalam masa berkabung, Orion bersikeras untuk melakukan pesta pendirian kekaisaran seperti yang bisanya dilakukan setiap tahun. Sebenarnya kebanyakan para anggota dewan tidak setuju untuk melakukan pesta di tengah masa berkabung. Tapi Orion malah mengeluarkan dekrit untuk melakukan pesta pendirian kekaisaran. Dekrit sama saja dengan perintah mutlak. Kalau ada orang yang menentangnya, orang itu akan dihukum. Orion itu belum dinobatkan menjadi kaisar secara resmi tapi sudah ada
Hari ke-311 setelah aku menikah dengan Cedric. Aku terbangun sangat pagi karena Cedric terus menggigiti pundakku. Matahari bahkan belum tampak.Astaga, apa dia belum puas dengan apa yang dia lakukan semalam? Tubuhku benar-benar sudah tidak kuat."Sudah, hentikan...," protesku dengan nada mengantuk."Oh, apa kau sudah bangun?" tanya Cedric dengan nada tanpa rasa bersalah."Bagaimana aku tidak bangun jika kau terus mengunyah pundakku?" protesku."Itu salahmu karena kau terasa enak," kata Cedric. Bolehkah aku memukul kepalanya?"Aku lelah...," keluhku."Tenang saja, aku tidak akan melakukan lebih dari ini. Lagi pula, aku tidak ingin melukai bayi kita di dalam sini," kata Cedric sambil membelai perutku. Baguslah kalau dia sadar.Aku menghela napas dan membiarkan dia menggigiti pundakku. Aku kembali memejamkan mataku."Apa kau masih mengantuk?" tanya Cedric."Apakah
Hari ke-305 setelah aku menikah dengan Cedric. Ini masih pagi dan waktu yang sangat pas untuk berolahraga dan berlatih. Sebenarnya, aku tidak benar-benar berolahraga di sini. Aku hanya bosan berada di kamar. Dan juga, di sini aku bisa melihat otot-otot para kesatria yang sangat indah itu.Aku berdiri bersandar di sebuah batang pohon sambil menonton para kesatria berlatih. Sungguh pemandangan yang sangat indah di pagi hari.Tiba-tiba, Alicia dengan pakaian berkudanya menghampiriku lalu bertanya, "Bagaimana keadaanmu tadi malam?""Aku membuatnya kelelahan dengan menyuruhnya memijat seluruh tubuhku. Lalu dia tidur sebelum aku," kataku. Alicia berdecak kesal karena aku berhasil kabur dari tugas untuk melayani Cedric saat malam."Kau hanya beruntung saja," kata Alicia dengan nada kesal. Aku pun tertawa kecil.Talia berjalan mendekati kami dengan menuntut seekor kuda. Itu pasti kuda yang akan digunakan Alicia untuk latihan. Kuda i
Hari ke-304 setelah aku menikah dengan Cedric. Sudah tiga hari kami berada di mansion ini dan tidak ada yang kami lakukan selain berlatih dan bersantai sepanjang hari. Bukankah kami terlalu santai? Maksudku, Davis mengambil alih pemerintahan sekarang. Apa kita hanya diam saja dan menunggu kabar? Sudahlah, terserah mereka. Lagi pula Cedric pasti merencanakan sesuatu di belakangku.Saat ini aku sedang berada di kamarku bersama Liz. Aku menjadikan Liz sebagai bonekaku sekarang. Aku mengepang rambut Liz hingga membentuk gaya rambut yang cantik."Sudah selesai. Lihatlah," kataku.Liz turun dari sofa lalu berlari ke arah cermin. Dia melihat bayangan dirinya dan mencoba untuk melihat gaya rambutnya. Dia berusaha untuk melihat kepangan rambutnya yang tepat berada di bagian belakang kepalanya. Kau tidak akan bisa melihatnya, Liz."Sudah, sudah, kemarilah. Liz sudah sangat cantik," kataku sambil tertawa kecil. Liz kembali berlari ke arahku.
Masih di hari ke-301 setelah aku menikah dengan Cedric. Atau apa mungkin ini sudah masuk hari ke-302? Aku tidak yakin apakah ini sudah berganti hari atau belum karena aku yakin saat ini adalah waktu di sekitar tengah malam.Aku terbangun karena aku merasa lapar. Perutku berbunyi dengan keras. Aku ingin makan. Haruskah aku mencari makanan di dapur? Sepertinya aku harus.Aku bengun dari tempat tidur. Aku mengambil lilin yang menyala dari atas meja.Aku melihat Zoe tertidur di sofa yang ada di kamar ini. Haruskah aku membangunkannya? Mungkin sebaiknya tidak perlu. Dia mungkin juga kelelahan.Aku berjalan keluar dari kamar dengan hati-hati. Aku berjalan menuruni tangga lalu berjalan menuju ke ruang makan.Saat berjalan menuju ke ruang makan, aku berjalan melalui ruang tamu. Aku mendengar suara orang mendesah dari ruang tamu. Aku tidak tahan untuk melihat apa yang terjadi di ruang tamu. Jadi aku mengintipnya. Oh, ternyata itu Ced
Masih di hari ke-297 setelah aku menikah dengan Cedric. Alicia, Talia, Zoe, dan aku pergi dari mansion Elena menggunakan kereta kuda. Kami akan pergi ke tempat persembunyian kami di wilayah kakek kami. Namun, ada beberapa orang yang yang mengejar kami dari belakang.Sial, apa lagi ini? Apa kita akan di serang?"Tenang saja. Mereka adalah kesatria pribadi Cedric. Mereka hanya akan mengawal kita selama tiga hari ke depan," kata Alicia.Baiklah, sepertinya aku akan terjebak di kereta kuda ini selama tiga hari bersama Alicia. Aku harap dia tidak melakukan apapun padaku.Waktu yang harus ditempuh dari ibu kota ke wilayah Rorva kurang lebih selama tiga sampai empat hari dengan kecepatan kereta kuda normal. Aku harap tidak ada hambatan dalam perjalanan ini.Aku belum pernah pergi ke wilayah Rorva sebelumnya. Dan juga, seingatku aku belum pernah bertemu dengan kakekku. Sepertinya apa wajah kakekku ya?***Hari ke-301 s
Masih di hari ke-297 setelah aku menikah dengan Cedric. Kami baru saja diculik oleh Delia yang bekerja sama dengan Elena. Lalu sekarang Elena mengurung kami di sebuah gudang karena Alicia sempat menyinggung tentang anak haram Elena. Aku dan Alicia benar-benar terkurung di gudang makanan. Setidaknya kami tidak perlu khawatir tentang makanan karena ada banyak makanan di sini. Apakah mereka tidak punya gudang lain untuk mengurung kami? Gudang harta misalnya. Aku yakin Elena punya gudang harta yang penuh dengan emas dan berlian. "Apa kau tadi memanggilnya 'Ibu Mertua'? Sandiwaramu membuatku ingin muntah," kata Alicia. Aku tertawa mendengar komentar Alicia. "Bukankah itu sandiwara yang sangat bagus?" tanyaku. "Menjijikan," kata Alicia. Aku tertawa lagi setelah mendengar komentarnya yang blak-blakan. "Lalu, kenapa kita di sini?" tanyaku. "Pangeran Darvis merencanakan pemberontakan. Sepertinya dia ingin mengambil alih tahta. Dia akan melakukannya saat turnamen berlangsung. Tapi aku ti