Istana Mawar. Istana ini dulunya ditempati oleh Ratu Elena. Ratu Elena adalah istri kesayangan kaisar terdahulu, Kaisar Alexander.
Kaisar Alexander memiliki tiga istri. Permaisuri Laura adalah istri pertama sekaligus ibu Cedric. Ratu Layla adalah istri kedua sekaligus ibu dari Pangeran Andreas. Ratu Elena adalah istri ketiga dan istri kesayangan Kaisar Alexander. Ratu Elena memiliki dua putra yaitu Pangeran Orion dan Pangeran Cassius. Ada rumor yang mengatakan bahwa Cedric sangat membenci Elena hingga saat ini. Bagaimana tidak? Kaisar Alexander lebih memilih untuk pergi liburan bersama Elena saat Laura sedang meregang nyawa melahirkan anak keduanya. Laura meninggal saat melahirkan, begitu pula anak yang dilahirkannya. Setelah itu, Elena diangkat menjadi Permaisuri. Ya, kurang lebih seperti itulah rumitnya keluarga kekaisaran dulunya. Lagipula itu tidak ada hubungannya denganku. Tapi kenapa Cedric meletakkan aku di Istana Mawar? Apa dia sangat membenciku? Entahlah. Yang penting aku bisa tidur dengan nyaman. Aku berbaring di atas tempat tidur. Rasanya benar-benar sangat nyaman. Ini adalah tempat tidur dengan kualitas tinggi. Bahkan tempat tidur di rumah ayahku tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan tempat tidur ini. "Ratu, makan malam sudah siap," kata Clara dari luar kamarku. "Baiklah," kataku. Aku segera bangun dan berjalan ke ruang makan. Aku cukup terkejut saat melihat hidangan yang disajikan di meja sangat sederhana. Hanya sayur dan tidak ada daging sama sekali. "Hanya ini?" tanyaku. "Hanya ada ini di dapur, Ratu. Maafkan saya. Apa perlu saya meminta bahan makanan dari istana utama?" tanya Clara. "Tidak perlu. Aku tidak mau meminta sesuatu lagi darinya," kataku. Aku menyantap makananku walaupun makanan ini terasa sangat hambar. "Dimana Anna?" tanyaku. "Anna sedang mencuci perlengkapan dapur, Ratu." jawab Clara. "Baiklah," kataku. *** Hari kedua aku berada di Istana Mawar. Aku menyusuri istana yang luas ini sendirian. Anna dan Clara entah pergi kemana. Aku menyusuri setiap ruangan di Istana ini satu persatu. Ada banyak ruangan di tempat ini yang belum selesai dibersihkan. Hampir semua barang-barang di Istana ini ditutupi oleh kain putih. Sepertinya istana ini tidak ditempati kurang lebih selama lima tahun. Kaisar sebelumnya wafat kurang lebih lima tahun yang lalu. Lalu, Cedric mengusir semua istri ayahnya dan adik-adiknya dari istsna kekaisaran. Jadi tempat ini kosong selama lima tahun. Aku masuk ke kamar yang dulunya ditempati oleh Ratu Elena. Fokusku langsung tertuju pada lukisan Kaisar Alexander dan Ratu Elena. Benar-benar pasangan yang serasi. Baiklah, kenapa aku tiba-tiba membayangkan mereka melakukan kegiatan malam mereka di tempat tidur ini? Astaga, pikiranku. Apalagi saat di atas tempat tidur itu. Tempat tidur itu sepertinya hampir rubuh. Apa mereka sangat ganas saat melakukannya? Astaga! Hentikan pikiran kotorku! Sepertinya aku terlalu banyak membaca novel dewasa. Aku membuka semua laci yang ada di kamar ini. Aku menemukan beberapa perhiasan yang tertinggal dan surat-surat yang ditujukan untuk Ratu Elena. Aku mengurutkan surat-surat itu berdasarkan tanggal dikirimnya surat-surat itu. Bolehkah aku membacanya? Siapa peduli? Ini adalah surat-surat yang sudah ditinggalkan selama lima tahun. Aku membacanya satu persatu. Hampir semuanya adalah surat undangan tidak resmi dari beberapa nyonya bangsawan. Tentu saja dia tidak mungkin meninggalkan surat penting di sini. Aku meletakkan surat-surat itu di tempat semula ketika sudah selesai membacanya. Aku keluar dari kamar itu setelah selesai menjelajahi kamar itu. Aku kembali berjalan melalui lorong dan akhirnya aku menemukan Clara. "Clara, dari mana kau?" tanyaku. "Ratu, saya baru saja membersihkan tempat penyimpanan makanan. Saya menemukan beberapa botol anggur yang masih tersegel," kata Clara sambil menunjukkan sebotol anggur yang terlihat sedikit berdebu. Aku melihat ke arah botol-botol anggur yang telah di kumpulkan di sebuah kotak. "Ini masih tertutup dengan rapat. Mungkin kita bisa meminumnya nanti," kataku sambil menyerahkan Aku kembali menyusuri istana ini. Tanpa aku sadari, matahari akan segera terbenam. Aku segera pergi ke ruang makan sebelum gelap. Sesampainya di ruang makan, sudah tersaji makanan yang lebih mewah dibandingkan dengan makanan kemarin. Ada beberapa olahan daging yang tersaji di atas meja. Aku duduk di meja makan kemudian Anna datang dan menuangkan anggur di gelasku. Aku mengamati botol anggur itu. Botol anggur itu berbeda dengan botol yang ditemukan Clara tadi. "Apa itu anggur yang ditemukan di gudang tadi?" tanyaku pada Anna. "Iya, Ratu. Aku dan Clara menemukan beberapa botol anggur di gudang tadi," kata Anna. Bohong. Dia berbohong padaku. Baiklah sekarang aku merasa curiga. "Ah, sekarang ada daging. Dari mana kalian mendapatkannya?" tanyaku. "Kami mendapatkan dari dapur istana utama," kata Anna. "Dapur istana utama? Meraka yang mengirimkan ini atau kalian yang minta?" tanyaku. "Mereka yang mengirimkannya," jawab Anna. Entah kenapa aku jadi merasa curiga mereka meletakkan sesuatu ke dalam makanan ini. Aku memotong-motong makanan itu dan berakting seolah aku memakannya. Aku tidak benar-benar memasukan makanan itu ke dalam mulutku. Aku menggerakkan rahangku seolah-olah aku sedang mengunyah. Mereka tidak benar-benar mengawasiku jadi bisa dibilang aku aman. Setelah beberapa saat, aku mengelap mulutku lalu berjalan kembali ke kamarku. Aku mengunci pintu kamar dan berbaring di atas tempat tidur. Sial, aku lapar. Aku ingin makan sesuatu. Sepertinya aku harus menyelinap ke dapur istana utama nanti malam. Aku akan menunggu hingga mereka tidur. Baiklah ini membosankan untuk menunggu mereka tidur. Sedah berapa jam terlewat? Aku bahkan bisa mendengar suara lambungku. Sial. Setelah jam saat, aku mengintip dari pintu kamarku. Semuanya sudah terlihat gelap. Lentera sudah dimatikan. Kemungkinan besar mereka sudah tidur atau entah pergi kemana. Aku mengganti pakaianku dengan pakaian yang cukup rapi. Tidak lupa aku juga memakai tiara agar aku bisa melewati penjagaan dengan mudah. Aku juga memakai jubah hitam untuk memudahkan aku menyusup. Aku keluar dengan hati-hati dan berusaha untuk tidak menimbulkan suara. Entah kenapa aku merasa seperti menjadi pencuri. Aku masuk ke istana utama dengan mulus. Para penjaga mengenaliku karena tiaraku jadi aku bisa dengan mudah mengakses istana utama. Aku berjalan menuju ke dapur istana utama. Sudah tidak ada orang di dapur. Dan tempat ini sangat gelap. Aku mencari lentera dan pematik api di kegelapan ini. Setelah aku menemukannya, aku menyalakan lentera itu. Aku membawa lentera itu sambil mencari makanan. Aku membuka lemari penyimpanan dan menemukan beberapa makanan. Baru saja aku mau mengambilnya, aku dikejutkan dengan beberapa penjaga yang datang dengan menbawa obor. Mereka menarik pedang mereka dan mengarahkan pedenga mereka ke arahku. "Itu dia, orang yang meracuni Yang Mulia Permaisuri. Tangkap dia!" Apa?! Ini benar-benar hari sialku! ***Belum genap dua hari aku berada di istana tapi aku sudah terlibat dalam drama istana. Aku dituduh telah meracuni Permaisuri. Aku tertangkap basah sedang melakukan sesuatu di dapur istana utama. Ya, memang aku mengakui bahwa aku sedang mencoba mencuri makanan di dapur. Tapi aku tidak meracuni makanan atau apapun itu. Aku hanya ingin makan. Para penjaga yang menangkapku, membawaku ke ruang kerja Cedric. Sesampainya di sana, aku dipaksa untuk berlutut di hadapan Cedric. "Aku tidak menyangka ini. Baru kemarin kau mengancamku, sekarang kau sudah ingin merebut posisi Permaisuri dari Alicia," kata Cedric dengan penuh amarah. Aku bisa melihat wajahnya benar-benar marah. "Saya tidak tertarik untuk merebut posisinya. Lalu kenapa saya ditangkap seperti ini?" tanyaku. "Omong kosong. Kalau begitu apa yang kau lakukan di dapur kalau tidak meracuni bahan makanan di dapur?" kata Cedric. "Saya lapar, Yang Mulia. Di istana saya tidak ada makanan yang tersisa. Jadi saya—" "Lapar?! Omong kosong ap
Masih di hari ke enam setelah aku menikah dengan Cedric. Matahari mulai terbenam. Sudah ketiga kalinya aku berpindah tempat untuk tinggal. Mungkin bisa dibilang ke empat kalinya apabila penjara dihitung. Aku lelah. Aku sangat amat lelah tiada tara. Aku ingin pulang ke rumah ayah. Jangan bilang bahwa aku tidak bisa bersyukur. Sejak awal hidupku berbeda dengan rakyat jelata yang sejak lahir sudah hidup susah. Maaf saya beda kasta. Seorang pelayan membawakan beberapa piring makanan di lengkapi dengan hidangan penutup juga. Pelayan itu meletakkan makanan itu di meja kemudian berjalan keluar. Aku langsung berjalan menuju meja dan memakan makanan itu. Kali ini, makanannya normal. Tidak ada bau aneh di maknan ini. Aku melahap seluruh makanan itu tanpa sisa. Rasanya benar-benar nikmat dan memuaskan untuk sesaat. Kemudian aku teringat tentang Cedric sialan itu. Aku benar-benar membencinya. Entah apa lagi yang akan dia lakukan padaku besok. Sial. Aku ingin pulang. Aku merindukan ibu.
Aku tidak tahu bagaimana aku harus memulai kisah hidupku. Mungkin aku akan memulainya dengan perkenalan diri. Namaku Stella Gilmond, 23 tahun. putri dari salah satu bangsawan kelas atas di Kekaisaran Eqara. Ayahku seorang adipati atau biasa disebut dengan istilah duke, yang bernama George Gilmond. Ibu kandungku, Helena, meninggal dunia saat aku masih berusia satu tahun. Aku tidak memiliki ingatan apapun tentang dirinya. Ayahku menikah lagi dengan seorang wanita bangsawan yang bernama Lilia. Lilia sangat menyayangiku seperti anaknya sendiri. Aku bersyukur memiliki ibu tiri yang sangat baik, tidak seperti yang ada di dalam cerita-cerita yang menceritakan bahwa ibu tiri itu jahat. Aku juga memiliki seorang adik laki-laki yang lahir dari rahim Lilia, namanya Albert. Entah kenapa dia lebih tunduk padaku daripada pada ayah dan ibu. Kehidupanku biasa saja untuk seorang bangsawan. Aku hidup dengan kemewahan. Guru privat yang datang hampir setiap hari untuk mengajariku. Makan enak, tempat ti
Hari ini benar-benar melelahkan. Sampai kapan aku harus berdiri di aula pesta ini? Cedric, sang kaisar, sama sekali tidak memandangku bahkan sejak upacara pernikahan hingga sekarang. Kami tidak berbicara satu sama lain sepatah katapun. Aku hanya berdiri di sampingnya seperti patung dan dia mengabaikan keberadaanku. Cedric sialan. Kau seharusnya tidak memilih aku bila kau hanya akan mengabaikan aku seperti ini. Setelah satu jam berada di aula pesta, Cedric pergi entah kemana meninggalkan aku tanpa berpamitan. Sial. Dia benar-benar sialan. Rasanya aku ingin mengumpat langsung di hadapannya tapi pasti aku akan langsung dipenggal. Aku keluar dari aula pesta sementara para tamu undangan masih menikmati pestanya. Aku sudah tidak peduli lagi. Aku memutuskan untuk pergi kamar yang disiapkan untuk malam pertama kami. Aku masuk ke kamar itu dan mendapati dua orang pelayan sendang menaburkan bunga mawar di atas tempat tidur. "Selamat datang, Ratu. Kami akan membantu Anda untuk membersihk
Masih di hari ke enam setelah aku menikah dengan Cedric. Matahari mulai terbenam. Sudah ketiga kalinya aku berpindah tempat untuk tinggal. Mungkin bisa dibilang ke empat kalinya apabila penjara dihitung. Aku lelah. Aku sangat amat lelah tiada tara. Aku ingin pulang ke rumah ayah. Jangan bilang bahwa aku tidak bisa bersyukur. Sejak awal hidupku berbeda dengan rakyat jelata yang sejak lahir sudah hidup susah. Maaf saya beda kasta. Seorang pelayan membawakan beberapa piring makanan di lengkapi dengan hidangan penutup juga. Pelayan itu meletakkan makanan itu di meja kemudian berjalan keluar. Aku langsung berjalan menuju meja dan memakan makanan itu. Kali ini, makanannya normal. Tidak ada bau aneh di maknan ini. Aku melahap seluruh makanan itu tanpa sisa. Rasanya benar-benar nikmat dan memuaskan untuk sesaat. Kemudian aku teringat tentang Cedric sialan itu. Aku benar-benar membencinya. Entah apa lagi yang akan dia lakukan padaku besok. Sial. Aku ingin pulang. Aku merindukan ibu.
Belum genap dua hari aku berada di istana tapi aku sudah terlibat dalam drama istana. Aku dituduh telah meracuni Permaisuri. Aku tertangkap basah sedang melakukan sesuatu di dapur istana utama. Ya, memang aku mengakui bahwa aku sedang mencoba mencuri makanan di dapur. Tapi aku tidak meracuni makanan atau apapun itu. Aku hanya ingin makan. Para penjaga yang menangkapku, membawaku ke ruang kerja Cedric. Sesampainya di sana, aku dipaksa untuk berlutut di hadapan Cedric. "Aku tidak menyangka ini. Baru kemarin kau mengancamku, sekarang kau sudah ingin merebut posisi Permaisuri dari Alicia," kata Cedric dengan penuh amarah. Aku bisa melihat wajahnya benar-benar marah. "Saya tidak tertarik untuk merebut posisinya. Lalu kenapa saya ditangkap seperti ini?" tanyaku. "Omong kosong. Kalau begitu apa yang kau lakukan di dapur kalau tidak meracuni bahan makanan di dapur?" kata Cedric. "Saya lapar, Yang Mulia. Di istana saya tidak ada makanan yang tersisa. Jadi saya—" "Lapar?! Omong kosong ap
Istana Mawar. Istana ini dulunya ditempati oleh Ratu Elena. Ratu Elena adalah istri kesayangan kaisar terdahulu, Kaisar Alexander. Kaisar Alexander memiliki tiga istri. Permaisuri Laura adalah istri pertama sekaligus ibu Cedric. Ratu Layla adalah istri kedua sekaligus ibu dari Pangeran Andreas. Ratu Elena adalah istri ketiga dan istri kesayangan Kaisar Alexander. Ratu Elena memiliki dua putra yaitu Pangeran Orion dan Pangeran Cassius. Ada rumor yang mengatakan bahwa Cedric sangat membenci Elena hingga saat ini. Bagaimana tidak? Kaisar Alexander lebih memilih untuk pergi liburan bersama Elena saat Laura sedang meregang nyawa melahirkan anak keduanya. Laura meninggal saat melahirkan, begitu pula anak yang dilahirkannya. Setelah itu, Elena diangkat menjadi Permaisuri. Ya, kurang lebih seperti itulah rumitnya keluarga kekaisaran dulunya. Lagipula itu tidak ada hubungannya denganku. Tapi kenapa Cedric meletakkan aku di Istana Mawar? Apa dia sangat membenciku? Entahlah. Yang penting
Hari ini benar-benar melelahkan. Sampai kapan aku harus berdiri di aula pesta ini? Cedric, sang kaisar, sama sekali tidak memandangku bahkan sejak upacara pernikahan hingga sekarang. Kami tidak berbicara satu sama lain sepatah katapun. Aku hanya berdiri di sampingnya seperti patung dan dia mengabaikan keberadaanku. Cedric sialan. Kau seharusnya tidak memilih aku bila kau hanya akan mengabaikan aku seperti ini. Setelah satu jam berada di aula pesta, Cedric pergi entah kemana meninggalkan aku tanpa berpamitan. Sial. Dia benar-benar sialan. Rasanya aku ingin mengumpat langsung di hadapannya tapi pasti aku akan langsung dipenggal. Aku keluar dari aula pesta sementara para tamu undangan masih menikmati pestanya. Aku sudah tidak peduli lagi. Aku memutuskan untuk pergi kamar yang disiapkan untuk malam pertama kami. Aku masuk ke kamar itu dan mendapati dua orang pelayan sendang menaburkan bunga mawar di atas tempat tidur. "Selamat datang, Ratu. Kami akan membantu Anda untuk membersihk
Aku tidak tahu bagaimana aku harus memulai kisah hidupku. Mungkin aku akan memulainya dengan perkenalan diri. Namaku Stella Gilmond, 23 tahun. putri dari salah satu bangsawan kelas atas di Kekaisaran Eqara. Ayahku seorang adipati atau biasa disebut dengan istilah duke, yang bernama George Gilmond. Ibu kandungku, Helena, meninggal dunia saat aku masih berusia satu tahun. Aku tidak memiliki ingatan apapun tentang dirinya. Ayahku menikah lagi dengan seorang wanita bangsawan yang bernama Lilia. Lilia sangat menyayangiku seperti anaknya sendiri. Aku bersyukur memiliki ibu tiri yang sangat baik, tidak seperti yang ada di dalam cerita-cerita yang menceritakan bahwa ibu tiri itu jahat. Aku juga memiliki seorang adik laki-laki yang lahir dari rahim Lilia, namanya Albert. Entah kenapa dia lebih tunduk padaku daripada pada ayah dan ibu. Kehidupanku biasa saja untuk seorang bangsawan. Aku hidup dengan kemewahan. Guru privat yang datang hampir setiap hari untuk mengajariku. Makan enak, tempat ti