Hari ini benar-benar melelahkan. Sampai kapan aku harus berdiri di aula pesta ini? Cedric, sang kaisar, sama sekali tidak memandangku bahkan sejak upacara pernikahan hingga sekarang. Kami tidak berbicara satu sama lain sepatah katapun. Aku hanya berdiri di sampingnya seperti patung dan dia mengabaikan keberadaanku. Cedric sialan. Kau seharusnya tidak memilih aku bila kau hanya akan mengabaikan aku seperti ini.
Setelah satu jam berada di aula pesta, Cedric pergi entah kemana meninggalkan aku tanpa berpamitan. Sial. Dia benar-benar sialan. Rasanya aku ingin mengumpat langsung di hadapannya tapi pasti aku akan langsung dipenggal. Aku keluar dari aula pesta sementara para tamu undangan masih menikmati pestanya. Aku sudah tidak peduli lagi. Aku memutuskan untuk pergi kamar yang disiapkan untuk malam pertama kami. Aku masuk ke kamar itu dan mendapati dua orang pelayan sendang menaburkan bunga mawar di atas tempat tidur. "Selamat datang, Ratu. Kami akan membantu Anda untuk membersihkan diri," kata seorang pelayan. Dia menuntunku ke dalam kamar mandi yang terhubung dengan kamar ini. Anna membantuku untuk melepaskan gaun pengantin ini. "Siapa namamu?" tanyaku. "Oh, maafkan aku, Yang Mulia. Namaku Anna dan dia yang sedang menaburkan bunga, adalah Clara. Mulai hari ini kami akan menjadi pelayan pribadi Anda." Aku mengangguk. Aku masuk ke dalam bak mandi yang berisi air hangat. Rasanya benar-benar sangat nyaman. Ini sangat cocok untuk melepaskan rasa lelahku. "Tinggalkan aku sendirian," kataku. Anna dan Clara langsung keluar dari kamar ini. Sekarang, apa yang akan aku lakukan di sini? Tempat ini benar-benar asing untukku. Mungkin Cedric akan membuatku tinggal di istana lain besok dan menjauhkanku darinya. Untuk sekarang, mari kita bertaruh apakah dia akan datang ke sini atau tidak. "Ternyata kau di sini, Boneka." Aku terkejut mendengar suara Cedric. Aku menoleh ke belakang dan melihat ke arahnya. "Boneka?" tanyaku. "Kau cantik dan tidak banyak bicara seperti boneka," kata Cedric. Entah mengapa aku merasa dia sedang menghinaku. Cara bicaranya seperti sedang merendahkan aku. "Kenapa Anda mencari saya?" tanyaku dengan nada halus yang dibuat-buat. "Eh, ternyata kau bisa bicara juga. Aku pikir kau bisu," ejeknya. Sialan. "Aku hanya ingin menunjukkan kamar ini padamu agar kau bisa beristirahat. Namun sepertinya aku tidak perlu melakukan hal itu lagi," sambungnya. "Terimakasih atas perhatian Anda, Yang Mulia. Saya cukup pintar untuk bisa menemukan ruangan ini tanpa bantuan Anda," kataku dengan nada lembut dan dengan senyuman. "Oh." Cedric pergi keluar tanpa berpamitan. Aku sampai lupa bahwa aku sedang telanjang karena rasa kesalku. Tebaklah apa yang terjadi selanjutnya. Ya, benar sekali. Dia sama sekali tidak kembali ke tempat ini malam ini. *** "Sudah aku duga." Aku berdiri di depan istana yang diperuntukkan untuk aku. Tempat ini tidak lebih besar dari kastil ayahku. Dan tempat ini terlihat benar-benar tidak terawat. Tanaman kering, kaca pecah, jendela yang tidak bisa tertutup dan sarang laba-laba ada dimana-mana. "Sialan! Cedric sialan!" Aku berjalan ke dalam sambil mengumpat. Anna dan Clara mengikuti dari belakang. "AH! Lebih baik aku pulang ke rumah ayahku daripada tinggal di tempat seperti ini." Aku menendang sebuah kursi untuk melampiaskan amarahku dan kursi itu langsung hancur berkeping-keping karena sudah lapuk. "Kalian berdua, cari tempat untuk tidur malam ini. Aku akan melakukan protes pada Cedric sialan itu," kataku. "Ratu, sebaiknya Anda menenangkan diri dulu," saran Clara dengan raut wajah khawatir. "Aku sudah sangat tenang. Sampai jumpa nanti." Aku pergi keluar dari istana itu dan pergi ke istana utama. Aku langsung ingin pergi ke ruang kerja pribadinya. Namun, ada dua orang penjaga yang menghadangku dan tidak mengijinkan aku untuk masuk ke area ini. "Nona, orang luar dilarang masuk," kata salah satu penjaga. "Aku adalah istri kedua Yang Mulia Kaisar. Biarkan aku lewat," kataku. "Maaf Yang Mulia, silakan lewat," kata penjaga itu. Aku terus berjalan dan berjalan namun aku terus digadang dan dihadang oleh para penjaga. Aku juga harus terus menjelaskan bahwa aku adalah istri kedua Cedric sialan itu. Rasanya sangat menyebalkan bahwa aku harus terus mengakui bahwa dia adalah suamiku. Setelah perjalanan yang panjang, aku sampai di depan pintu ruang kerjanya. Tentu saja aku dihadang lagi oleh para penjaga. "Yang Mulia, Ratu Stella ada di sini," kata seorang penjaga. Akhirnya ada yang mengenaliku. "Masuk," kata Cedric dari dalam. Para penjaga itu langsung membukakan pintu untukku kemudian menutupnya kembali. Aku langsung membungkuk hormat kepada Cedric. "Yang Mulia." "Ada perlu apa?" tanyanya dengan nada tidak peduli. Dia sama sekali tidak melirik ke arahku dan hanya fokus pada kertas-kertas yang ada di meja kerjanya. "Istana yang diperuntukkan untuk saya tinggali sudah tidak layak huni," kataku. "Apa kau mau protes? Kau baru saja menjadi istriku kemarin. Beraninya kau protes sekarang," katanya dengan nada acuh. Sialan ini. Kalau boleh, aku sangat ingin memukul kepalanya itu. Aku benar-benar kesal. "Lalu kenapa apabila saya protes? Saya berhak mengungkapkan pendapat saya dan memperjuangkan hak saya sebagai istri Anda," kataku dengan lembut. "Bagaimana kalau aku bilang kau tidak berhak?" tanyanya. "Yang Mulia, Anda tidak boleh memperlakukan saya seperti ini," kataku sambil menahan emosi. "Kenapa tidak? Kau adalah istriku. Tentu saja aku boleh melakukan apapun yang aku mau kepadamu," katanya. "Yang Mulia, apa Anda lupa bahwa Anda lah yang membutuhkan saya bukan saya yang membutuhkan Anda," kataku dengan nada yang selembut mungkin. "Apa maksudmu?" Akhirnya dia melihat ke arahku. Sepertinya dia terkejut dengan penampilanku yang sedikit berantakan. "Seperti yang saya bilang, Yang Mulia. Anda lah yang membutuhkan saya bukan saya yang membutuhkan Anda," kataku. "Aku membutuhkanmu dan kau tidak membutuhkan aku, kau bilang?" tanyanya. "Ya. Anda membutuhkan saya untuk menghasilkan keturunan. Sebenarnya itu tidak terlalu penting karena bisa saja Anda meniduri wanita mana pun yang Anda mau untuk membuat keturunan. Sebenarnya Anda lebih membutuhkan pengaruh ayah saya untuk membuat posisi Anda stabil. Tapi apabila saya kabur dari sini—" "Apa kau mengancamku?" katanya dengan sedikit kesal. Oh, ini benar-benar menyenangkan. "Tidak, Yang Mulia. Anda salah paham. Saya hanya menginginkan pertukaran yang setara. Anda tidak bodoh untuk mengerti maksud saya kan?" kataku. "Apa kau ingin aku memberikan istana yang lain?" tanyanya. Aku langsung tersenyum mendengarnya. "Benar sekali, Yang Mulia," kataku. "Baiklah. Aku akan menyiapkan istana yang lain untukmu. Dengan satu syarat. Kau harus berlutut dan memohon," katanya. Dia benar-benar bajingan. "Tidak terima kasih. Lebih baik aku pulang ke rumah ayahku dan mengadu padanya. Lalu aku akan mengajukan perceraian ke persidangan." Dia menggebrak meja kerjanya. Aku ingin tertawa melihat ekspresi marahnya. "Baiklah. Kau boleh tinggal di Istana Mawar," katanya. Oh, mudah sekali. Sebesar itu kah pengaruh ayahku? "Terima kasih, Yang Mulia." Aku membungkuk hormat kepadanya. ***Istana Mawar. Istana ini dulunya ditempati oleh Ratu Elena. Ratu Elena adalah istri kesayangan kaisar terdahulu, Kaisar Alexander. Kaisar Alexander memiliki tiga istri. Permaisuri Laura adalah istri pertama sekaligus ibu Cedric. Ratu Layla adalah istri kedua sekaligus ibu dari Pangeran Andreas. Ratu Elena adalah istri ketiga dan istri kesayangan Kaisar Alexander. Ratu Elena memiliki dua putra yaitu Pangeran Orion dan Pangeran Cassius. Ada rumor yang mengatakan bahwa Cedric sangat membenci Elena hingga saat ini. Bagaimana tidak? Kaisar Alexander lebih memilih untuk pergi liburan bersama Elena saat Laura sedang meregang nyawa melahirkan anak keduanya. Laura meninggal saat melahirkan, begitu pula anak yang dilahirkannya. Setelah itu, Elena diangkat menjadi Permaisuri. Ya, kurang lebih seperti itulah rumitnya keluarga kekaisaran dulunya. Lagipula itu tidak ada hubungannya denganku. Tapi kenapa Cedric meletakkan aku di Istana Mawar? Apa dia sangat membenciku? Entahlah. Yang penting
Belum genap dua hari aku berada di istana tapi aku sudah terlibat dalam drama istana. Aku dituduh telah meracuni Permaisuri. Aku tertangkap basah sedang melakukan sesuatu di dapur istana utama. Ya, memang aku mengakui bahwa aku sedang mencoba mencuri makanan di dapur. Tapi aku tidak meracuni makanan atau apapun itu. Aku hanya ingin makan. Para penjaga yang menangkapku, membawaku ke ruang kerja Cedric. Sesampainya di sana, aku dipaksa untuk berlutut di hadapan Cedric. "Aku tidak menyangka ini. Baru kemarin kau mengancamku, sekarang kau sudah ingin merebut posisi Permaisuri dari Alicia," kata Cedric dengan penuh amarah. Aku bisa melihat wajahnya benar-benar marah. "Saya tidak tertarik untuk merebut posisinya. Lalu kenapa saya ditangkap seperti ini?" tanyaku. "Omong kosong. Kalau begitu apa yang kau lakukan di dapur kalau tidak meracuni bahan makanan di dapur?" kata Cedric. "Saya lapar, Yang Mulia. Di istana saya tidak ada makanan yang tersisa. Jadi saya—" "Lapar?! Omong kosong ap
Masih di hari ke enam setelah aku menikah dengan Cedric. Matahari mulai terbenam. Sudah ketiga kalinya aku berpindah tempat untuk tinggal. Mungkin bisa dibilang ke empat kalinya apabila penjara dihitung. Aku lelah. Aku sangat amat lelah tiada tara. Aku ingin pulang ke rumah ayah. Jangan bilang bahwa aku tidak bisa bersyukur. Sejak awal hidupku berbeda dengan rakyat jelata yang sejak lahir sudah hidup susah. Maaf saya beda kasta. Seorang pelayan membawakan beberapa piring makanan di lengkapi dengan hidangan penutup juga. Pelayan itu meletakkan makanan itu di meja kemudian berjalan keluar. Aku langsung berjalan menuju meja dan memakan makanan itu. Kali ini, makanannya normal. Tidak ada bau aneh di maknan ini. Aku melahap seluruh makanan itu tanpa sisa. Rasanya benar-benar nikmat dan memuaskan untuk sesaat. Kemudian aku teringat tentang Cedric sialan itu. Aku benar-benar membencinya. Entah apa lagi yang akan dia lakukan padaku besok. Sial. Aku ingin pulang. Aku merindukan ibu.
Masih di hari ketujuh setelah aku menikah dengan Cedric. Baru satu minggu aku menikah dengan Kaisar Kekaisaran Eqara dan aku sudah menjadi topik berita utama dalam surat kabar kekaisaran. Ini adalah pencapaian terbesar dalam hidupku. Aku yakin mereka semua sedang membicarakan aku. Aku membaca berita tentangku yang mengamuk di persidangan. Mereka menulis semua kata-kata yang aku ucapkan di persidangan. Termasuk kata-kataku yang menghina anggota dewan dan menghina kaisar itu sendiri. Aku tertawa saat membaca ini. "Semua orang sedang membicarakan tentang berita itu, Yang Mulia," kata Lucy. "Ya, itu cukup lucu untukku," kataku sambil tertawa. "Apa Anda tidak takut, Yang Mulia?" tanya Lucy. Aku tertawa terbahak-bahak karena mendengarkan pertanyaannya. "Takut? Takut dengan apa? Takut dengan gunjingan orang-orang? Apa kau benar-benar menanyakan itu pada orang yang berani menghina kaisar di depan dewan?" tanyaku balik. Lucy tersenyum mendengar pertanyaanku. Entah apa yang dia pikirkan.
Hari kesembilan setelah aku menikah dengan Cedric. Seingatku hari ini, adalah hari ulang tahun Lucy. Aku ingin memberikan hadiah untuknya karena dia sudah bekerja sangat baik dalam dua hari ini. Tapi aku tidak memegang uang sepeser pun. Perhiasanku juga sangat terbatas."Yang Mulia, bolehkah saya masuk?" tanya Lucy dari luar. "Masuklah," jawabku. Lucy masuk dengan membawa troli berisi makanan. Dia menghidangkan makanan itu di meja seperti biasanya. "Lucy," panggilku sambil berjalan ke meja. "Apa kau pernah keluar istana?" tanyaku. "Tentu saja, Yang Mulia. Saya keluar istana sesekali ketika saya bosan berada di dalam istana ketika saya libur," jawabnya. "Ini hari ulang tahunmu kan?" tanyaku. Tiba-tiba dia menangis. Oh, ayolah. Dia terlalu emosional. Aku hanya menanyakan ulang tahunnya. "Tidak ada yang pernah mengingat ulang tahun saya selain ibu saya. Maaf Yang Mulia, saya merasa sangat terharu," kata Lucy sambil menghapus air matanya. "Oh, begitu ya. Ngomong-ngomong pergilah ke
"Kau tahu kan, apa tujuanku ke sini. Aku yakin kau bukan tipe gadis bangsawan yang polos," kata Cedric dengan tatapan anehnya. Sial! Apa yang harus aku lakukan?!"Aku tidak mengerti apa maksudmu," kataku. Untuk sekarang mari pura-pura bersikap polos."Aku tahu kau tidak polos. Kau bahkan tidak merasa malu menggunakan pakaian seperti itu di depanku. Jangan-jangan kau sudah terbiasa berpenampilan seperti itu di depan pria," katanya. Dia jelas-jelas sedang merendahkan aku."Apa maksudmu?" tanyaku sambil menahan emosi."Apa aku harus memperjelasnya? Aku hanya menebak bahwa kau sudah terbiasa 'bermain-main' dengan banyak pria karena kau sama sekali tidak malu berpakaian seperti itu di depanku," kata Cedric."Aku bukan wanita murahan seperti itu," kataku."Oh ya? Aku meragukannya," kata Cedric. Cedric bajingan!"Ya, anggap saja seperti itu kalau itu yang ingin kau percaya. Lagipula kau tidak akan pe
Hari kelima belas setelah aku menikah dengan Cedric. Dua hari lagi adalah hari pendirian kekaisaran. Semua orang di istana sibuk menyiapkan semua hal, kecuali aku. Bahkan Lucy juga ikut sibuk mempersiapkan beberapa perlengkapan untuk hari itu.Aku melihat ke arah luar dari jendela kamarku. Ada banyak pelayan yang jalan ke sana ke mari sambil membawa barang-barang untuk keperluan perayaan hari pendirian kekaisaran. Mereka benar-benar sibuk akhir-akhir ini.Lagipula kenapa Cedric mengadakan pernikahan denganku sekitar tiga minggu sebelum hari pendirian kekaisaran? Mengadakan dua acara besar berturut-turut adalah hal yang melelahkan. Orang gila mana yang mengadakan dua acara dua acara besar berturut-turut? Itu hanya menguras uang dan tenaga. Walaupun pernikahanku hanya sederhana untuk ukuran kaisar, tapi itu tetap saja menguras uang dan tenaga.Aku tidak sengaja melihat permaisuri alias istri pertama Cedric saat melihat keluar melalui jendela. Aku belum pernah bert
Hari ketujuh belas setelah aku menikah dengan Cedric. Hari ini adalah hari peringatan pendirian kekaisaran. Aku harus bangun pagi-pagi sekali dan segera bersiap-siap untuk hari yang panjang.Aku beridiri di depan cermin besar. Aku melihat diriku sendiri dari pantulan cermin itu. Baiklah, aku terlihat seperti seorang ratu sekarang. Tapi aku memang seorang ratu.Aku menggunakan gaun berwarna merah dengan sedikit warna putih di bagian depan gaun ini. Tak lupa dengan perhiasan dan tiara yang dihiasi oleh berlian berwarna merah."Yang Mulia, sepatu Anda," kata Lucy. Lucy berjalan mendekatiku dengan membawa sepatu berhak sangat rendah. Lucy menaruh sepatu itu di depan kakiku lalu aku memakainya."Anda terlihat sempurna, Yang Mulia," kata Lucy."Terima kasih atas, pujiannya," kataku."Sudah saatnya Anda pergi ke aula makan. Saya akan mengantar Anda," kata Lucy."Baiklah."Aku berjalan keluar menyusuri lorong bersama Lucy. Di persimpan
Masih di hari ke-385 setelah aku menikah dengan Cedric. Kali ini Cedric dan Alicia benar-benar mengawasiku hingga aku benar-benar tidur.Cedric berbaring di tempat tidur bersamaku sambil memelukku dari belakang. Sementara itu, Alicia duduk di kursi yang ada di dekat jendela sambil membaca surat-surat yang entah apa isinya."Tidurlah, Stella," kata Cedric sambil mengelus-elus perutku."Siapa juga yang bisa tidur di siang bolong begini. Terlebih lagi di musim panas," protesku dengan nada kesal."Apa perlu aku nyanyikan lagu pengantar tidur?" tanya Cedric."Kau hanya akan membuatnya semakin tidak bisa tidur kalau dia mendengarmu bernyanyi," kata Alicia."Hei, nyanyianku tidak seburuk itu," kata Cedric."Nyanyianmu sangat buruk," kataku. Cedric langsung menoleh padaku dengan wajah cemberut."Apa?" tanyaku."Kau seharusnya membelaku," kata Cedric dengan nada yang sedih. Ce
Hari ke-385 setelah aku menikah dengan Cedric. Seperti biasanya pagiku selalu diawali dengan menonton para kesatria berlatih.Aku duduk di kursi taman yang ada di bawah pohon. Aku melihat ke sekeliling lalu tatapan mataku bertemu dengan Cedric. Cedric langsung menghampiri aku setelah tatapan matanya bertemu denganku."Sepertinya kau menang taruhan dengan Alicia terus akhir-akhir ini," kata Cedric. Oh, benar. Sudah sekitar enam hari aku tidak tidur dengan Cedric."Kenapa? Apa kau merindukanku?" tanyaku dengan nada menggoda."Kalau iya memangnya kenapa? Apa kau mau mengalah pada Alicia hari ini untukku, hm?" tanya Cedric."Tidak," jawabku singkat. Cedric berdecak kesal setelah mendengar jawabanku."Apa kau sebegitunya ingin tidur denganku?" godaku. Aku bisa mendengar Cedric berdecak lagi.Cedric duduk di sebelahku lalu menarikku ke dalam pelukannya. Tak lupa dia mencium dahiku. Tangannya turun u
Hari ke-382 setelah aku menikah dengan Cedric. Sudah dua bulan lebih kami tinggal di mansion ini. Kehamilanku sudah memasuki bulan kedelapan. Perutku benar-benar membesar saat ini. Aku jauh lebih mudah untuk merasa kelelahan. Terkadang aku merasa ulu hatiku sakit. Apa mungkin karena si kecil ini menendang tulang rusukku?Ayah telah mengirimkan dokter dari Gilmond ke sini. Katanya untuk berjaga-jaga kalau aku melahirkan. Tapi aku sangat menghargai itu. Hari ini adalah hari pendirian kekaisaran. Walaupun ini masih dalam masa berkabung, Orion bersikeras untuk melakukan pesta pendirian kekaisaran seperti yang bisanya dilakukan setiap tahun. Sebenarnya kebanyakan para anggota dewan tidak setuju untuk melakukan pesta di tengah masa berkabung. Tapi Orion malah mengeluarkan dekrit untuk melakukan pesta pendirian kekaisaran. Dekrit sama saja dengan perintah mutlak. Kalau ada orang yang menentangnya, orang itu akan dihukum. Orion itu belum dinobatkan menjadi kaisar secara resmi tapi sudah ada
Hari ke-311 setelah aku menikah dengan Cedric. Aku terbangun sangat pagi karena Cedric terus menggigiti pundakku. Matahari bahkan belum tampak.Astaga, apa dia belum puas dengan apa yang dia lakukan semalam? Tubuhku benar-benar sudah tidak kuat."Sudah, hentikan...," protesku dengan nada mengantuk."Oh, apa kau sudah bangun?" tanya Cedric dengan nada tanpa rasa bersalah."Bagaimana aku tidak bangun jika kau terus mengunyah pundakku?" protesku."Itu salahmu karena kau terasa enak," kata Cedric. Bolehkah aku memukul kepalanya?"Aku lelah...," keluhku."Tenang saja, aku tidak akan melakukan lebih dari ini. Lagi pula, aku tidak ingin melukai bayi kita di dalam sini," kata Cedric sambil membelai perutku. Baguslah kalau dia sadar.Aku menghela napas dan membiarkan dia menggigiti pundakku. Aku kembali memejamkan mataku."Apa kau masih mengantuk?" tanya Cedric."Apakah
Hari ke-305 setelah aku menikah dengan Cedric. Ini masih pagi dan waktu yang sangat pas untuk berolahraga dan berlatih. Sebenarnya, aku tidak benar-benar berolahraga di sini. Aku hanya bosan berada di kamar. Dan juga, di sini aku bisa melihat otot-otot para kesatria yang sangat indah itu.Aku berdiri bersandar di sebuah batang pohon sambil menonton para kesatria berlatih. Sungguh pemandangan yang sangat indah di pagi hari.Tiba-tiba, Alicia dengan pakaian berkudanya menghampiriku lalu bertanya, "Bagaimana keadaanmu tadi malam?""Aku membuatnya kelelahan dengan menyuruhnya memijat seluruh tubuhku. Lalu dia tidur sebelum aku," kataku. Alicia berdecak kesal karena aku berhasil kabur dari tugas untuk melayani Cedric saat malam."Kau hanya beruntung saja," kata Alicia dengan nada kesal. Aku pun tertawa kecil.Talia berjalan mendekati kami dengan menuntut seekor kuda. Itu pasti kuda yang akan digunakan Alicia untuk latihan. Kuda i
Hari ke-304 setelah aku menikah dengan Cedric. Sudah tiga hari kami berada di mansion ini dan tidak ada yang kami lakukan selain berlatih dan bersantai sepanjang hari. Bukankah kami terlalu santai? Maksudku, Davis mengambil alih pemerintahan sekarang. Apa kita hanya diam saja dan menunggu kabar? Sudahlah, terserah mereka. Lagi pula Cedric pasti merencanakan sesuatu di belakangku.Saat ini aku sedang berada di kamarku bersama Liz. Aku menjadikan Liz sebagai bonekaku sekarang. Aku mengepang rambut Liz hingga membentuk gaya rambut yang cantik."Sudah selesai. Lihatlah," kataku.Liz turun dari sofa lalu berlari ke arah cermin. Dia melihat bayangan dirinya dan mencoba untuk melihat gaya rambutnya. Dia berusaha untuk melihat kepangan rambutnya yang tepat berada di bagian belakang kepalanya. Kau tidak akan bisa melihatnya, Liz."Sudah, sudah, kemarilah. Liz sudah sangat cantik," kataku sambil tertawa kecil. Liz kembali berlari ke arahku.
Masih di hari ke-301 setelah aku menikah dengan Cedric. Atau apa mungkin ini sudah masuk hari ke-302? Aku tidak yakin apakah ini sudah berganti hari atau belum karena aku yakin saat ini adalah waktu di sekitar tengah malam.Aku terbangun karena aku merasa lapar. Perutku berbunyi dengan keras. Aku ingin makan. Haruskah aku mencari makanan di dapur? Sepertinya aku harus.Aku bengun dari tempat tidur. Aku mengambil lilin yang menyala dari atas meja.Aku melihat Zoe tertidur di sofa yang ada di kamar ini. Haruskah aku membangunkannya? Mungkin sebaiknya tidak perlu. Dia mungkin juga kelelahan.Aku berjalan keluar dari kamar dengan hati-hati. Aku berjalan menuruni tangga lalu berjalan menuju ke ruang makan.Saat berjalan menuju ke ruang makan, aku berjalan melalui ruang tamu. Aku mendengar suara orang mendesah dari ruang tamu. Aku tidak tahan untuk melihat apa yang terjadi di ruang tamu. Jadi aku mengintipnya. Oh, ternyata itu Ced
Masih di hari ke-297 setelah aku menikah dengan Cedric. Alicia, Talia, Zoe, dan aku pergi dari mansion Elena menggunakan kereta kuda. Kami akan pergi ke tempat persembunyian kami di wilayah kakek kami. Namun, ada beberapa orang yang yang mengejar kami dari belakang.Sial, apa lagi ini? Apa kita akan di serang?"Tenang saja. Mereka adalah kesatria pribadi Cedric. Mereka hanya akan mengawal kita selama tiga hari ke depan," kata Alicia.Baiklah, sepertinya aku akan terjebak di kereta kuda ini selama tiga hari bersama Alicia. Aku harap dia tidak melakukan apapun padaku.Waktu yang harus ditempuh dari ibu kota ke wilayah Rorva kurang lebih selama tiga sampai empat hari dengan kecepatan kereta kuda normal. Aku harap tidak ada hambatan dalam perjalanan ini.Aku belum pernah pergi ke wilayah Rorva sebelumnya. Dan juga, seingatku aku belum pernah bertemu dengan kakekku. Sepertinya apa wajah kakekku ya?***Hari ke-301 s
Masih di hari ke-297 setelah aku menikah dengan Cedric. Kami baru saja diculik oleh Delia yang bekerja sama dengan Elena. Lalu sekarang Elena mengurung kami di sebuah gudang karena Alicia sempat menyinggung tentang anak haram Elena. Aku dan Alicia benar-benar terkurung di gudang makanan. Setidaknya kami tidak perlu khawatir tentang makanan karena ada banyak makanan di sini. Apakah mereka tidak punya gudang lain untuk mengurung kami? Gudang harta misalnya. Aku yakin Elena punya gudang harta yang penuh dengan emas dan berlian. "Apa kau tadi memanggilnya 'Ibu Mertua'? Sandiwaramu membuatku ingin muntah," kata Alicia. Aku tertawa mendengar komentar Alicia. "Bukankah itu sandiwara yang sangat bagus?" tanyaku. "Menjijikan," kata Alicia. Aku tertawa lagi setelah mendengar komentarnya yang blak-blakan. "Lalu, kenapa kita di sini?" tanyaku. "Pangeran Darvis merencanakan pemberontakan. Sepertinya dia ingin mengambil alih tahta. Dia akan melakukannya saat turnamen berlangsung. Tapi aku ti