Share

Segera Saya Nikahi

Author: Writergaje23_
last update Last Updated: 2021-06-13 20:58:55

“Ini rumahnya Om?” tanya Aileen takjub begitu mobil Arsen yang membawa dirinya juga Ayres memasuki gerbang tinggi dan megah kediaman duda tampan itu.

“Menurut kamu rumah siapa? Tetangga?” tanya Arsen sewot.

Aileen menggeleng panik. Sedangkan Ayres yang berada di pangkuan perempuan itu tertawa cekikikan. Arsen yang melihat puteranya tidak beralih dari pangkuan ART baru mereka itu sejak pertama kali masuk mobil, sejenak melongo takjub.

Bagaimana bisa Arsen baru menyadari bahwa Ayres lumayan ‘jinak’ oleh orang baru semacam Aileen? Apa sebelumnya perempuan remaja itu sudah mangancam atau memaksa putranya agar patuh padanya?

“Bibi sekarang tinggal di sini, ya? Pasti dikasih makan sama Papa kok, tenang aja. Papaku baik banget meski kadang suka marah,” jelas Ayres panjang lebar yang dibalas Arsen dengan putaran bola mata malas.

“Papa mau masuk dulu. Nanti kamu suruh dia ketemu Nenek, biar nenek yang kasih tau ruangan dia di mana,” pesan Arsen pada Ayres begitu pria jangkung itu sudah memarkirkan mobilnya di garasi.

Ayres mengangguk mengerti sebelum kemudian menarik lengan Aileen untuk diajak keluar. Aileen mengikuti dengan antusias. Tidak menyangka dia akan mendapatkan tempat tinggal secepat dan sebagus ini---meski hanya menjadi asisten rumah tangga sih.

“Eh ... jangan lari! Sini Bibi gendong aja,” tawar Aileen panik sambil merentangkan lengannya lebar-lebar.

Arsen yang mendengar itu, tanpa sadar menoleh pada perempuan berpiyama hitam satin tersebut. Begitu Ayres dengan tanpa ragu berlari dan naik ke gendongan Aileen, pria beralis tebal itu tersenyum samar.

“Terserah dia makhluk atau perempuan ajaib dari planet mana. Yang jelas ... dia hebat juga.”

***

“Nak, sudah tidur?” Suara seorang perempuan tua yang mengetuk pintu membuat Aileen yang baru saja berbaring langsung bangkit duduk.

“Masuk aja, Nek!” jawab Aileen membuat pintu kamarnya kemudian terbuka.

“Badan kamu pasti pegel banget, ya? Sini Nenek pijitin. Kebetulan ini Nenek udah bawa minyak urutnya sekalian,” ucap Nenek Namira---Mama Arsen sambil tersenyum hangat.

Aileen meringis tidak enak hati. Perempuan itu menggaruk pipinya kikuk. “Aku kan cuma pembantu di sini, Nek. Masak dipijitin sama majikan sih?” tanya Aileen bingung.

Namira terkekeh geli. Wanita dengan rambut yang sudah hampir sepenuhnya beruban itu kemudian duduk di belakang Aileen.

“Kan kamu jadi pembantunya Arsen, bukan Nenek. Kalau bagi Nenek, kamu ya cucunya Nenek,” jawab Namira lembut sambil mulai mengoleskan minyak urut ke telapak tangannya.

Dengan beberapa paksaan, akhirnya Aileen mau membuka bajunya sehingga membuat Namira leluasa mengurut pundaknya. Rasanya ... terlalu nyaman. Sudah sangat lama sejak terakhir kali Aileen dimanjakan seperti ini.

Rasanya ... seolah Almarhumah Ibunya hidup kembali. Sejak tinggal bersama Ayah selepas kematian sang Ibu, dunia Aileen terlalu banyak berubah. Ayahnya yang semula lembut, penyayang dan hangat mendadak menjadi orang yang keras, suka memukul, memerintah dan membentak. Bagian terparahnya ... pria itu bahkan berani menjualnya sebagai taruhan judi kepada juragan di desa.

Mengingat itu semua, tanpa sadar, satu persatu air mata mulai jatuh di pipi Aileen. Sebelum Namira sempat sadar, perempuan 19 tahun itu buru-buru menghapusnya.

“Nenek enggak tau Arsen nemuin perempuan sebaik dan secantik kamu dimana. Tapi yang jelas, Nenek seneng banget karena akhirnya punya temen perempuan di rumah ini.” Namira berucap tulus sebelum kemudian menyelesaikan kegiatan mengurut pundak Aileen.

“Justru aku yang harusnya terima kasih sama Nenek dan Om Arsen. Makasih banyak udah dikasih tempat tinggal sebagus ini.” Aileen menjawab sambil membalikkan badannya menghadap Mama sang majikan.

“Kamu pasti anak yang baik. Kalau nggak gitu, nggak mungkin bocah senakal Ayres bisa langsung nurut terus nempel gitu sama kamu. Maaf ya, kalau cucu Nenek nakal banget.” Aileen mengangguk sebagai jawaban.

Perempuan itu masih tidak menyangka bakal bertemu dengan orang sebaik Namira.

***

Pukul tiga pagi. Aileen terbangun karena perutnya yang meronta kelaparan. Bagaimana ini? Dia jadi menyesal karena sempat melewatkan makan malam hanya karena sibuk menemani Ayres yang demam.

Aileen bahkan baru bisa terlelap pukul 2 pagi. Dia belum cukup tidur tapi juga belum cukup mengisi perutnya. Dengan langkah gontai, Aileen akhirnya bangkit dan segera berjalan menuju dapur. Dia harus mencari sesuatu untuk dimakan.

Begitu sampai di dapur dengan langkah sempoyongan, Aileen mendadak menghentikan langkah begitu melihat Arsen tengah minum di depan kulkas yang terbuka. Karena malu, baru saja Aileen hendak memutar balik kalau saja Arsen tidak lebih dulu bersuara.

“Mau ngapain?” tanya pria itu terdengar menyeramkan di telinga Aileen.

“Enggak ada, Om. Enggak jadi. Aku balik ke kamar dulu,” jawab Aileen panik sambil hendak berlari pergi.

Tapi, belum sampai kemana pun, sebuah tangan menarik kerah tengkuk piyamanya dari belakang membuat usaha kabur perempuan pendek itu malah sia-sia.

“Kamu laper?” tanya Arsen yang akhirnya diangguki Aileen malu.

“I-iya, Om. Aku belum makan dari pagi kayaknya,” jawab Aileen apa adanya sambil mengingat apa saja yang ia lakukan sejak pagi tadi. Mulai dari kabur dari rumah, salah menaiki Bus, tersesat di tengah ramainya kota, sampai menolong Ayres kemudian berakhir di rumah ini.

BRAK!

“Astaga!” Aileen mengerjap terkejut sekaligus terjingkat kaget begitu gebrakan di meja dapur bergema keras.

Dari tangan besar Arsen.

Aileen mendadak gemetar ketakutan. Apa dia sudah melakukan kesalahan? Kenapa Arsen terlihat marah sekali padanya?

“Cepat duduk!” perintah duda dengan alis tebal itu terdengar tidak ingin dibantah.

Aileen mendadak blank.

“Duduk saya bilang!” bentak pria jangkung itu mulai tidak sabaran.

Dengan penuh ketakutan, Aileen akhirnya duduk di sebuah kursi dapur. Tidak berapa lama, Arsen mulai mengeluarkan sebungkus mie instan dari dalam lemari kemudian mengeluarkan beberapa ikat sayur dari dalam kulkas.

Aileen hanya memandangi dengan diam. Ingin bertanya tapi terlalu takut dengan wajah Arsen yang seolah mengatakan ‘jangan berani ganggu saya!’ tersebut. Beberapa menit kemudian, semangkuk mie instan rebus dengan beberapa sayuran terhidang di depan Aileen.

“Ini mau diapain, Om?” tanya Aileen mendadak bodoh.

“Dikasih makan kambing. Ya kamu makan lah! Cepet! Saya nggak mau sampai ada yang enggak makan apalagi sampe kena maag di rumah ini. Inget itu baik-baik!” pertegas Arsen dengan raut wajah kelewat serius.

Aileen mengangguk patuh kemudian mulai makan dengan perlahan. Tapi, tatapan intens Arsen membuat tangan perempuan itu mendadak gemetar hebat saking gugup dan takutnya. Bahkan, sekarang Aileen menjatuhkan sendok di genggamannya ke lantai.

“Ck, ceroboh!” cerca Arsen galak tapi tak ayal segera mengambilkan sendok baru untuk Aileen.

“Kamu harus makan yang banyak. Biar cepet gede. Biar bisa segera saya nikahin buat jadi Mamanya Ayres.” Arsen bergumam santai sambil memangku dagu menatap Aileen.

Seketika, Aileen yang tengah menyeruput kuah mie sotonya langsung tersedak.

Related chapters

  • Istri Kecil untuk Bos Duda   Jadi Istri Saya

    “Aku ngapain lagi, Om?”Arsen memandang perempuan pendek di depannya dengan helaan napas berat. Sebenarnya ART barunya ini manusia atau bagaimana? Kenapa sejak pagi tadi dia terus bekerja dan menanyakan pekerjaan lainnya? Apa Aileen itu tidak mengenal kata lelah? “Ini minggu, Aileen. Pembantu di sini kalau hari minggu ya libur juga,” jelas Arsen masih dengan jawaban yang sama sedari pagi tadi.“Tapi aku bingung harus ngapain kalau enggak ada pekerjaan, Om.” Aileen menjawab jujur sambil menggaruk tengkuk.Arsen segera melepas sepatu kerjanya kemudian memandangi perempuan yang sore ini hanya mengenakan celana training semata kaki juga kaus oblong. Meski begitu, penampilan sederhana Aileen justru semakin menambah kecantikan alami perempuan 19 tahun itu. “Yaudah kalau kamu suka banget kerja. Sana, bikinin kopi!” suruh Arsen akhirnya.Aileen mengangguk semangat sebelum kemudian melangkah cepat menuju dapur. Arsen yang melihat kelakuan perempuan itu, hanya menggeleng tidak habis pikir. Ba

    Last Updated : 2021-06-14
  • Istri Kecil untuk Bos Duda   Aileen Sakit

    Entah karena terlalu lelah atau mungkin belum terbiasa terpapar AC, Aileen yang sering merasa tidak enak badan sejak tinggal di rumah Arsen kini mulai tidak bisa bangkit dari tempat tidur. Seluruh tubuhnya terasa remuk redam, badannya terasa panas namun perempuan itu menggigil kedinginan. Ayres yang menyadari sang Bibi tidak kunjung keluar kamar dan menyiapkannya sarapan seperti biasa, tentu saja mencari Aileen ke kamarnya. Lalu, begitu melihat Aileen masih berbaring di ranjangnya dengan gulungan selimut tebal, bocah sipit itu segera naik ke atas kasur."Bibi kenapa? Sakit? Mau disuntik Dokter? Aku kira orang hebat enggak butuh obat," gumam Ayres sambil mengguncang-guncangkan bahu Aileen.Perempuan itu kontan membuka mata. Manik cokelat madunya yang terlihat berair menatap Ayres sayu. "Bibi lagi enggak hebat, makanya sakit. Kamu minta Bi Rindi siapin sarapan dulu, ya?" pinta Aileen yang diangguki bocah yang biasanya keras kepala itu patuh."Bentar, ya?" ucap Ayres sebelum kemudian m

    Last Updated : 2021-06-15
  • Istri Kecil untuk Bos Duda   Datang Bulan

    Begitu merasa sedikit membaik dan pulih, Aileen memutuskan untuk bekerja lagi. Perempuan itu bahkan mulai membantu Bi Rindi di dapur juga menyiapkan segala kebutuhan Ayres di sekolah maupun di rumah.Arsen dan Namira yang melihat betapa keras kepala perempuan 19 tahun itu akhirnya cuma bisa menghela berat. Bingung harus mencegah seorang Aileen Nayara bagaimana lagi. Perempuan itu terlalu keras kepala."Aileen." Panggilan bernada dingin itu dibalas Aileen dengan deheman.Perempuan yang siang ini tengah mengepel lantai rumah dengan setelan baju tidur yang masih melekat di tubuh bahkan tidak berniat memandang Arsen sama sekali. Seolah wajah tampan majikannya kalah menarik dari lantai keramik yang basah."Lepas alat pelnya!" titah Arsen tegas yang dibalas Aileen dengan gelengan."Enggak bisa. Aku harus kerja, biar enggak dikira makan gaji buta," jawab perempuan itu sambil kembali melanjutkan kegiatan mengepelnya.Arsen mendengkus sebal. Kemudian, tanpa aba-aba, pria itu merebut alat pel d

    Last Updated : 2021-06-16
  • Istri Kecil untuk Bos Duda   Tidak Sadarkan Diri

    Untuk kesekian kalinya, Aileen menyembunyikan wajahnya di balik bantal kamar. Menyadari bahwa Arsen melihat darah haidnya justru membuat perempuan pendek itu semakin badmood dan malu.Pasti sekarang duda menyebalkan itu tengah menertawai seberapa jorok dirinya. Aish ... memikirkannya malah membuat Aileen semakin malas keluar dari kamar.Tidak peduli bahwa pekerjaan rumah belum ia kerjakan pagi ini."Bibi Ai ... laper," keluh Ayres dari depan pintu kamarnya.Aileen bangkit duduk. Perempuan pendek itu kemudian berdiri dan segera berlari membuka pintu kamar."Kamu mau makan apa? Maaf, Bibi lupa seduhin susu hangat sama masakin sarapan," ucap Aileen penuh sesal begitu menemukan wajah lesu putra sang majikan di depan kamarnya."Kata Papa, aku enggak boleh ganggu Bibi Ai. Katanya Bibi Ai masih sakit, buktinya kemarin berdarah gitu. Tapi kan aku lapar, Bibi. Kalau Bibi Rindi yang masakin, rasanya kurang enak," adu Ayres polos yang hanya dibalas Aileen dengan wajah cemberut."Yaudah, ayo kita

    Last Updated : 2024-03-01
  • Istri Kecil untuk Bos Duda   Amnesia Retrograde

    "Pa, Bibi Ai enggak akan mati, kan?" tanya Ayres untuk kesekian kalinya.Tapi, sama seperti sebelumnya, pria sipit itu hanya diam termenung sambil memeluk erat Ayres yang ada di pangkuan. Bahkan untuk memastikan bahwa Aileen masih bisa selamat kepada putranya saja, Arsen tidak berani."Papa jangan diem aja. Aku takut," rengek Ayres yang kini mulai menangis.Untuk pertama kalinya, Arsen bahkan tidak mampu menyadari kehadiran Ayres. Jiwa pria itu seolah masih tertinggal di suatu tempat.Namira yang baru saja sampai tentu saja langsung mengambil alih sang cucu dari gendongan putranya. Tanpa berucap apa-apa, Namira membawa Ayres menjauh dan mengantar bocah itu pulang dengan beberapa bujukan.Karena lebih daripada Ayres, Arsen lebih butuh untuk ditolong. Untuk pertama kalinya, Namira melihat lagi ketakutan di mata pria itu. Antara lega sekaligus sedih, perempuan tua itu akhirnya duduk di samping Arsen."Arsen," panggil Namira sambil menyentuh sisi bahu Arsen.Seketika, Arsen yang baru ters

    Last Updated : 2024-03-02
  • Istri Kecil untuk Bos Duda   Aku Sayang Bibi Ai

    Rasanya, Aileen masih terlalu bingung dengan semua yang terjadi. Perempuan itu merasa linglung dan telah kehilangan banyak hal. Seolah ... ada sesuatu yang ia harus ingat tapi terus Aileen lupakan."Apa kabar?" Sapaan singkat berikut pintu ruang rawat yang terbuka membuat perempuan pendek itu menoleh.Rupanya, pria yang sebelumnya memperkenalkan diri dengan nama Arsen itu sudah kembali. Pria yang mengaku sebagai calon suaminya itu tampak tersenyum hangat begitu Aileen terus memandangnya lekat.Rasanya ... seperti terlalu tiba-tiba. Apa benar pria di depannya ini adalah calon suaminya? Pasalnya, Aileen terlihat jauh lebih muda dari Arsen.Ketimbang disebut pasangan suami istri, teman-temannya pasti akan mengira bahwa Arsen adalah pamannya."Saya beli ini tadi di jalan. Siapa tau aja kamu mau. Lagian ... makanan di rumah sakit enggak ada yang enak, kan?" Arsen mulai mengeluarkan isi dari kresek belanja bawaannya.Di dalam sana, ada ayam geprek, pop ice rasa cokelat, beberapa snack dan c

    Last Updated : 2024-03-03
  • Istri Kecil untuk Bos Duda   Menemukan Bahagia Lagi

    "Kalian habis kemana?" Aileen bertanya bingung begitu mendapati Ayres dan Arsen baru kembali dengan banyak tas belanjaan di tangan.Kedua orang yang katanya Ayah dan anak itu tampak tersenyum cerah. Aileen sebenarnya masih bingung kenapa dia bisa menjadi pembantu sang duda sekaligus calon istrinya.Kapan mereka menjalin hubungan? Di ingatannya ... dia bahkan masih merasa berumur 17 tahun. Siapa yang sangka kata Arsen sekarang dia sudah menginjak 19 tahun hampir 20."Mereka Bunda suruh buat beliin kamu pakaian dan keperluan kamu lainnya. Bentar lagi kan kalian nikah, jadi dari sekarang putranya Bunda harus menuhin semua kebutuhan dan keinginan kamu." Namira yang tengah duduk di samping Aileen menjelaskan sambil tersenyum menggoda.Dengan alasan yang entah, Aileen tersipu malu. Meski perasaannya pada Arsen masih terasa abu---mungkin akibat amnesia yang dideritanya, tetap saja Aileen tidak bisa berbohong kalau Arsen itu tipe calon suami idaman.Tampan, iya. Kaya, tidak perlu ditanyakan

    Last Updated : 2024-03-04
  • Istri Kecil untuk Bos Duda   Malam Pertama

    Setelah seluruh rangkaian acara usai, Ayres sudah kembali tidur ke kamarnya, dan Aileen pindah ke kamar suaminya, barulah Arsen menyadari bahwa mereka sudah sah menjadi suami-istri. Pria itu tidak mengharapkan apa-apa di malam pertama mereka. Apalagi mengingat kondisi Aileen yang drop karena dipaksa banyak berinteraksi sejak semalam.Tidak terjadi apa-apa di antara keduanya. Tapi ... melihat Aileen tidur di sampingnya untuk pertama kali, sudah cukup membuat perasaan bahagia membuncah di dada Arsen.Dia tidak tahu sejak kapan perempuan ini mengisi lubang kosong di hatinya. Tapi, bagaimana cara Aileen merawat Ayres dengan baik serta memenangkan hati Namira di pertemuan pertama, membuat Arsen tanpa sadar malah jatuh cinta.Sesederhana itu."Saya seharusnya ketemu Ayah dia, kan?" gumam Arsen sambil membelai pipi Aileen pelan. Takut perempuan itu terbangun dari tidurnya yang lelap sekali.Sebenarnya, Arsen merasa bersalah karena secara tidak langsung telah menikahi Aileen secara terpaksa.

    Last Updated : 2024-03-05

Latest chapter

  • Istri Kecil untuk Bos Duda   Istri Cantik Saya

    Sejak pulang dari tempat kursus jahit, Arsen lebih banyak marah-marah pada Aileen. Aileen yang tidak tahu alasannya apa tentu saja bertanya-tanya.Lebih dari Almarhumah Bundanya, sang suami terus mengomeli setiap hal yang sebenarnya tidak perlu. Padahal biasanya, Arsen paling malas berbicara."Mas mau ngopi?" tawar Aileen berniat meredakan sensitifitas pria sipit itu.Arsen yang tengah mengetik sesuatu entah apa di laptopnya, hanya membalas dengan lirikan tajam. Aileen mendadak tergagap melihat sikap galak suaminya yang terlalu mendadak."Mau kopi nggak? Kalau enggak aku lanjut bantu Bi Rindi di dapur nih," tanya Aileen sekali lagi sedikit takut."Tadi siang kamu bikinin Tama kopi tanpa nanya dulu di sana. Kok sekarang kamu tanya saya? Ya mau lah! Ga liat mata saya ini udah ngantuk berat?" tanya Arsen sewot yang akhirnya membuat Aileen menyimpulkan satu hal.Arsen ingin minum kopi.Beberapa saat kemudian, Aileen segera berlalu ke dapur. Tidak butuh waktu lama untuk membuat perempuan p

  • Istri Kecil untuk Bos Duda   Kecemburuan Arsen

    "Udah siap?" tanya Arsen begitu melihat sang istri masih sibuk berdandan di depan meja rias.Aileen menggeleng. Sebelum kemudian kembali mengolesi krim siang ke wajahnya. Arsen yang melihat kelakuan perempuan pendek itu hanya mendengkus tidak suka.Kenapa Aileen harus berdandan hanya untuk pergi ke kursus jahit saja? Lagaknya seolah akan pergi kencan dan bertemu pacarnya saja."Kamu kalau di rumah mana pernah dandan kayak gitu buat saya. Giliran keluar rumah aja, baru rapi dan cantik." Arsen mengomentari dengan niat menyindir.Aileen mendelik kesal. "Berarti selama ini aku berantakan dan jelek kalau di rumah?!" tanya Aileen galak yang seketika membuat Arsen berhenti berkomentar.Jika sudah memasang wajah sejudes itu, berarti Arsen harus diam. Atau jika tidak, perang dunia ke sekian kali akan terjadi. Terlebih sekarang istrinya tengah PMS."Udah selesai belum?" tanya Arsen beberapa saat kemudian.Aileen hanya membalasnya dengan gelengan dan gerutuan. "Belum juga apa-apa. Masih aja nan

  • Istri Kecil untuk Bos Duda   Bertemu Tama

    Sejak menikah dengan Arsen, kesehariab Aileen hanya diisi oleh membantu Bi Rindi bersih-bersih dan memasak atau mengurus keperluan penghuni rumah saja. Tidak ada yang lain.Sesekali di hari libur kantor juga sekolah, Arsen akan mengajaknya liburan. Atau paling tidak sekedar berbelanja bulanan ke supermarket.Setelah dipikir-pikir, selama ini kehidupan Aileen hanya berputar di itu-itu saja. Tanpa sadar, perempuan itu mulai merasa bosan dengan kegiatannya sendiri."Bikinin kopi dong!" pinta Arsen sambil merangkul leher sang istri dari belakang.Aileen yang sore ini tengah duduk di ruang tengah sambil menonton TV hanya mengangguk dan tersenyum manis sebagai jawaban. Begitu berjalan ke dapur, Arsen malah mengikutinya.Padahal pria sipit itu bisa mengganti baju atau membersihkan diri terlebih dahulu. "Kapan kamu pulang?" tanya Aileen begitu sampai dapur sambil mengeluarkan toples gula juga kopi bubuk di dalam lemari.Arsen memang pecinta kopi hitam asli yang diracik. Jadilah Aileen selalu

  • Istri Kecil untuk Bos Duda   Ayo Kita Liburan

    Begitu terbangun, Arsen mendapati sapu tangan kecil bertengger di kening. Tapi, kepalanya yang terasa nyeri dan berputar-putar membuat pria itu diam di tempat.Tidak berniat bertanya siapa yang melakukan ini untuknya. Mungkin saja Bi Rindi. Karena sebelumnya, memang hanya perempuan itu yang ada di rumah.Meraih ponsel di sisi kasur dan melihat jam, mata pria sipit itu mendadak melotot (meski terlihat sama saja karena matanya yang kecil). Ini sudah jam 12 malam! Bagaimana bisa Arsen malah tidur selama itu?Kriettt ....Pintu kamar yang terbuka membuat Arsen menoleh. Begitu menemukan Aileen berdiri di sana, pria sipit itu mengerjap terkejut."Loh ... kamu kapan pulang?" tanya Arsen heran yang hanya dibalas Aileen dengan senyum tipis."Udah dari jam 8 tadi. Cuma Mas Arsen aja yang tidur kelamaan," jawab Aileen sambil duduk di ranjang samping suaminya.Arsen mendongak menatap perbedaan sikap sang istri. Sejak kapan Aileen mau mengajaknya berbicara begini?"Kamu ... udah enggak marah?" tan

  • Istri Kecil untuk Bos Duda   Arsen Sakit

    Karena terlalu banyak begadang ketika malam, dan bekerja dari pagi hingga sore bahkan kadang maghrib, Arsen mulai kelelahan. Terbukti dari tubuhnya yang terasa meriang sejak semalam.Tapi, pagi ini pria itu tetap memaksakan diri untuk berangkat kerja. Lagipula, dia malas berdiam diri di rumah sakit. Aileen masih belum juga mau mengajaknya berbicara. Di dalam hati, Arsen sebenarnya sudah berteriak frustasi. Kalau tahu kemarahan Aileen bisa selama dan sesusah ini mereda, mungkin Arsen akan selalu berhati-hati dengan tindakan juga perkataannya.Tapi, semuanya sudah terlanjur. Dan Arsen belum juga menemukan cara meredakan amarah perempuan itu hingga detik ini. Menyebalkan sekali."Pak Sakya kenapa masuk kerja? Kelihatan lagi kurang enak badan," tanya seorang perempuan dengan tubuh tinggi semampai juga sepasang lesung pipit itu.Arsen menoleh sejenak kemudian hanya membalas dengan deheman. Moodnya sedang luar biasa berantakan, jangan tanyakan tubuhnya yang sekarang mulai terasa menggigil

  • Istri Kecil untuk Bos Duda   Hanya Terlalu Cemburu

    “Makanan kayak gini ... dia suka nggak, ya?” tanya Arsen pada dirinya sendiri begitu melihat beberapa jenis makanan yang ia beli di supermarket tadi.Niatnya, Arsen ingin menyenangkan hati Aileen agar perempuan itu tidak lagi marah padanya. Tapi, begitu sampai di supermarket, Arsen malah kebingungan akan membeli apa. Karena baru ia sadari kalau dirinya bahkan tidak tahu makanan kesukaan istrinya apa saja.Padahal ... mereka sudah menikah sekian bulan, kan? sebelumnya, perempuan itu juga sudah tinggal di rumahnya menjadi asisten rumah tangga. Kenapa Arsen baru menyadari bahwa selama ini hanya Aileen yang memperhatikan setiap kebutuhan dan keinginan Arsen juga Ayres?“Bodo amat deh. Yang penting saya udah beli banyak. Terserah dia mau yang mana,” gumam Arsen sambil membuka pintu ruang rawat Kanaya. Dia juga membelikan beberapa makanan kesukaan Kanaya. Seperti bakso dan es krim strawberry. Jadi dia akan mengantarkan ini ke Kanaya terlebih dahulu.“Lah ... dia kemana?” tanya Arsen pada d

  • Istri Kecil untuk Bos Duda   Orang yang Pantas Dicintai

    "Pakaian Bunda udah dibawa?" tanya Aileen sambil menggelar tikar tipis di lantai dekat ranjang Namira.Arsen menoleh linglung. "Hah? Eh ... iya. Udah udah." Pria sipit itu menjawab cepat.Aileen mengangguk. Tanpa menatap wajah suaminya lagi. Perempuan itu kembali meraih bantal di atas sofa panjang yang diduduki Arsen.Dua bantal ia letakkan di bawah. Sedang satu bantal lainnya ia biarkan di atas sofa. Hari ini, mereka akan menginap di sini. Menunggu Namira bangun sekaligus menjaganya.Tidak banyak percakapan antara Aileen dan Arsen selepas Namira dilarikan ke rumah sakit. Arsen lebih banyak panik dan bingung. Aileen melakukan apa saja yang bisa ia lakukan tanpa banyak bicara.Orang-orang yang melihatnya mungkin mengira mereka baik-baik saja. Tapi, siapa yang tahu di dalam benak Aileen masih ada banyak amarah yang ingin ia keluarkan sekarang juga."Kamu lapar? Mau saya beliin makan malam ke kantin rumah sakit?" tanya juga tawar Arsen yang tidak ditanggapi Aileen sama sekali.Beberapa s

  • Istri Kecil untuk Bos Duda   Mantan Istri Arsen

    "Karena kamu udah bahagia sama Kanaya, ceraiin aku aja!"Teriakan bernada amarah yang Aileen layangkan mendadak membuat Arsen terpaku di tempat. Tidak menyangka Aileen akan berani mengatakan itu padanya."Kamu serius bilang gitu sama saya?" tanya Arsen begitu beberapa lama hanya diam.Aileen tidak menjawab lagi. Perempuan itu memilih mengusap air matanya dan bangkit dari ranjang.Perempuan pendek itu kemudian berlari keluar kamar dan masuk ke kamar mereka. Arsen mengekori dalam diam. Berharap semuanya berakhir baik-baik saja.Tapi, melihat sang istri yang mulai mengeluarkan tas kemudian mengemasi barang-barangnya, Arsen mendengkus frustasi. Arsen pikir Aileen sudah menyerah dan memilih berbaikan."Kamu bakal nyesel kalau udah keluar dari sini, Aileen! Karena kamu enggak bakal bisa balik lagi," ancam Arsen sambil menahan tangan Aileen yang memindahkan baju-bajunya.Seketika, Aileen terdiam. Arsen pikir perempuan itu akan berhenti. Tapi, perempuan itu hanya melempar tas di depannya ke s

  • Istri Kecil untuk Bos Duda   Ceraikan Aku Saja

    "Papa kamu kira-kira pergi kemana ya, Res?" tanya Aileen sore ini pada putranya.Ayres yang tengah bermain mobil-mobilan di samping bawah ranjang sang Mama hanya mengangkat bahu. Pertanda tidak tahu. Aileen cemberut.Padahal tadi Arsen hanya bilang akan pergi sebentar; ada urusan. Tapi pria itu bahkan tidak memberitahukan Aileen urusannya apa, dimana dan dengan siapa."Kayaknya Papa ketemu Mama, Ma." Ayres menjawab sekali lagi sambil membongkar bagian baterai di mobil-mobilannya. Padahal, benda berukuran sedang itu baru dibelikan Arsen kemarin."Mama siapa maksud kamu?" tanya Aileen merasa janggal dengan jawaban Ayres."Ya Mama Aya. Tiap hari minggu Papa pasti ngajak aku buat ketemu dia. Kata Papa, dia Mama kandung aku." Ayres menjawab polos tanpa mengalihkan pandangan dari mainannya.Berbanding terbalik dengan reaksi Aileen yang mendadak termenung di tempatnya. Perempuan itu memandang Ayres sekali lagi."Jadi selama ini ... tiap hari minggu kamu sama Papa kamu ketemu dia?" tanya Aile

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status