“Jangan sekarang, Tuan!” seru Yuna cepat, melebihi cepatnya detak jantung dirinya.Jason sedikit tersentak dengan reaksi Yuna. Dokter cantik itu segera bangkit dari tubuh Jason. Ia tersenyum canggung dan salah tingkah.“Jangan sekarang? Maksudnya?” Jason balik bertanya dengan tatapan bingung.“B–bukan aku menolak, tetapi aku perlu kesiapan,” jelas Yuna gugup. “T–tuan bisa mengerti, ‘kan?” tanyanya.Kening Jason mengkerut. Kedua tangan dokter cantik itu tampak bergetar, gugup. Bahkan terlihat butiran air sebesar biji jagung melintasi dahi Yuna.“A–aku akan memberitahu Tuan jika sudah siap, tetapi tidak sekarang. Aku harap Tuan Jason mengerti dan tidak marah!” sambung Yuna terbata.Dokter cantik itu lantas bangkit, tanpa melihat bagaimana raut wajah Jason. “Aku permisi dulu dan selamat beristirahat, Tuan!” ucap Yuna cepat.Tubuhnya membungkuk sebentar seraya bergerak mundur. Setelah sedikit jauh dari ranjang Jason, ia bergegas memutar tubuhnya dan berjalan cepat. Ya, dengan cara seperti
“Tuan Jason, tadi malam aku ....” Yuna terhenti. Ia kehilangan keberanian untuk mengungkapkan isi hatinya.Dokter cantik menundukkan kedua bola matanya. Tak ada raut salah tingkah atau menahan malu seperti tadi. Yuna mencoba membangun keberaniannya agar tak selalu dirundung rasa malu dan salah tingkah.Jason menoleh sebentar ke arah pintu kamar hotelnya, pelayan pengantar sarapan mereka sudah tak terlihat sedari tadi. Ia lantas menatap wajah Yuna yang kian merunduk. Tak perlu bertanya, Jason yakin tahu isi pikiran dokter cantik itu. “Dokter Yuna!” panggil Jason pelan dan langsung membuat Yuna menaikkan pandangannya. Lelaki itu berdeham pelan seraya memajukan kursi rodanya lebih dekat ke arah meja yang menjadi pembatas mereka. Wajah Yuna kembali salah tingkah. Jason tersenyum tipis sebelum memulai ucapannya.“Aku tahu apa yang kamu pikirkan saat ini, karena aku juga merasakan hal yang sama,” ucap Jason yakin.Mulut Yuna refleks terbuka dengan kedua bola mata yang sedikit membesar. I
Wajah Yuna dan Jason kini tampak lebih ceria. Dokter cantik itu tak perlu lagi merasa malu atau merasa terbebani. Ya, Yuna tak perlu lagi menentang dan menahan hatinya untuk tak menyukai Jason. Dengan cara ini, ia bisa melihat senyuman Jason yang tulus. Begitu juga dengan Jason, lega sudah mengungkapkan semua isi hatinya. Rasa penyesalannya dulu, kini terobati dengan senyuman Yuna yang tulus.Selesai sarapan dan sesuai jadwal pertemuan dengan para investor, Jason langsung memasuki ruangan rapat guna mempresentasikan perusahaannya. Sementara Yuna menunggu di luar sembari mempelajari metode pengobatan untuk Jason. Ya, Yuna harus fokus dengan tugas utamanya.“Sepertinya ini adalah alamat surelnya dokter Liam Demos, dokter spesialisnya,” gumam Yuna dengan senyuman lebar. “Aku akan mencoba menghubunginya ... siapa tahu dia mau berbagi ilmu denganku,” imbuhnya tetap fokus pada layar ponselnya.Tangannya tampak piawai bermain dengan benda pipih tersebut di ruang tunggu. Yuna segera mengirim
Kemudian ia menoleh pada lelaki yang tadi memfitnah Jason. “Tuan Lee, saya boleh bertanya ... dari mana Anda mendapatkan gosip tentang Tuan Jason? Jika ucapan Anda salah, saya dan Tuan Jason bisa menuntutmu, paham!”Wajah lelaki yang ditunjuk oleh Vicky tampak tegang dan sedikit pucat. Terlihat jakun bergerak, menelan saliva panik. Tuan Lee menoleh pada Michail Wang yang berada tepat di sampingnya.Tatapan Michael Wang menatap lurus dan tepat pada kedua netra Vicky. Sesaat Jason mulai sadar bentuk rahang serta kelopak mata mereka sama. Sedikit tak terlihat jelas sebab Michael Wang memakai kacamata.“Mereka anak dan ayah,” tebak Jason dalam hati.“Bagaimana? Apa kalian masih ragu?” tanya Vicky memutuskan kontak dengan Michail Wang.Lelaki tua yang menjadi pemimpin para investor itu pun tersenyum sinis. “Anda bisa bertanggung jawab dengan ucapanmu?” tanya Michael Wang menyelidik.“Tentu saja! Saya akan bertanggung jawab dengan ucapan saya. Tuan-tuan semuanya tak usah cemas, sebab saya s
“Apa? Jason berhasil mendapatkan hati tuan Wang dan investor lainnya?” Arka memekik keras seraya menatap kesal pada wanita cantik di hadapannya, Tamara.“Kamu bilang bisa menggagalkan rencana Jason, hah? Tapi, apa?” cecar Arka lagi semakin murka. “Jangan-jangan kamu berpihak pada Jason, Tamara?” selidiknya curiga.Sontak saja, Tamara mendesis kesal. Tak terima dengan tuduhan lelaki di hadapannya. Wanita membalas tatapan penuh amarahnya Arka.“Hai, masih untung aku memberitahumu, Brengsek! Jika tidak, kamu akan syok dengan keberhasilan saudara tirimu!” geram Tamara sembari menggertakan giginya. “Aku sudah menghasut para investor itu dengan menjelekkan Jason, itu sudah jelas menunjukkan kalau kita berada di pihak yang sama,” pungkasnya kesal.
“Dokter Yuna!” Yuna refleks menoleh ke arah suara. Ia tampak familiar dengan suara tersebut. Tak lama wajahnya berubah sedikit terkejut.“Tuan Vicky?” tanya Yuna memastikan pemilik suara yang memanggilnya.Akan tetapi, bukan karena artis muda itu yang membuatnya terkejut. Ia melihat Jason keluar dari ruangan dengan artis yang diselamatkannya. Wajahnya diselimuti tanya, tetapi saat melihat wajah gagahnya tuan Wang, Yuna memilih menunduk hormat. Tahu dialah investor untuk perusahaannya Jason.“Ini Dokter Yuna, Papa … dokter pribadinya Tuan Jason yang menyelamatkanku saat di pesawat.” Vicky memberi penjelasan pada tuan Wang.“Tuan Jason pintar mencari dokter yang cantik dan berbakat,” sahut tuan Wang.Dokter cantik itu tampak syok. Tampaknya ia belum mengerti sikap Vicky dan reaksi tuan Wang. Yuna lantas menoleh dan menatap penuh tanya pada Jason, tetapi lelaki tampan itu hanya mengangguk tanpa memberi isyarat jawaban.“Halo, Tuan. Saya dokter Yuna, dokter pribadinya Tuan Jason.” Yuna m
Sontak saja Jason mengerutkan keningnya dan sedikit terkejut. “Jangan sekarang?” Kedua pipi Yuna memerah. Tampaknya ia salah mengartikan reaksi Jason. Lelaki itu terus menatapnya penuh selidik dan menggoda. “Jangan sekarang atau sekarang?” Jason menggoda seraya menaikkan kedua alisnya. “Ish! Tolong jangan aneh-aneh, Tuan! Ini masih siang,” cicit Yuna menahan malu. Dokter cantik itu bahkan menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Jason kembali tertawa. Wajah cantiknya Yuna tampak menggemaskan. Tanpa sadar, Jason melepaskan tangannya dari pinggang Yuna tak bisa menahan dirinya dari tertawa. Tentu saja Yuna tak ingin menyiakan kesempatan tersebut. Segera ia melompat dari pangkuan Jason lalu berlari ke kamarnya. “Oh, kamu mau kita bermain di kamarmu?” seru Jason mengiringi larinya Yuna. Akan tetapi, Jason tak mengejar. Lelaki itu memilih ke kamarnya untuk bertukar pakaian yang lebih santai. Ia juga perlu memberi ruang agar Yuna mengendalikan hatinya. Benar saja, Yuna tengah mengat
Yuna tersentak panik. Wajahnya langsung salah tingkah. Secepatnya ia mengalihkan pandangannya dari wajah Jason, terutama bibirnya yang sedang dibayangkannya. Majalah fashion yang berada di meja kecil sudut sofa menarik perhatiannya. Lebih tepatnya alasan agar ia punya alasan menutupi rasa salah tingkahnya. Secepatnya ia menyambar majalah itu dan membukanya selebar mungkin lalu menutupi wajahnya.Jason terkikih. Namun, Yuna tidak peduli. Wajahnya memerah menahan malu dan hatinya menggerutu, merutuki kebodohannya.“Duduklah di sofa sebelahku! Kamu boleh memandangi wajah tampanku tanpa harus malu!” seru Jason dengan percaya diri.Yuna menggerutu dalam hati. “Sejak kapan Tuan Jason jadi sok keren! Biasanya sikapnya acuh.” Tentu saja, ia hanya berani mengungkapkannya dalam hati. Wajahnya masih memerah menahan malu. Perlahan ia menurunkan majalah tersebut, ia dapat merasakan Jason masih memandanginya.Lelaki tampan ini melirik sofa tunggal di sampingnya, isyarat agar Yuna segera berpindah