“Aku tidak tahu apakah itu pembunuhan atau bukan.” Jason berkata seraya menatap kosong ke arah depannya.Teringat jelas dalam benaknya, sebelum ia sadar berada di masa lalu. Mobil yang ditumpanginya mengalami rem blong dan ia tak mampu mengendalikannya. Kejadian tersebut sama seperti yang ia alami saat ini dan membuatnya lumpuh.De javu, itulah yang dirasakan Jason saat berada di kejadian tersebut. Akan tetapi, ia merasa bodoh sebab kejadian tersebut dialaminya dua kali dan Jason sama sekali tak menyadari keganjalan pada kendaraannya. Seharusnya, jika pernah mengalaminya ia sudah bisa memprediksinya.Waktu, dan tempat ia kecelakaan sama. Itulah yang membuat Jason ragu, sewaktu kecelakaan ia berada di masa depan atau terlempar kembali ke masa sekarang dan membuatnya lumpuh kembali. Jika kejadian itu di masa depan, apakah pelakunya sama? Jason terlalu takut menebaknya. Dirinya mengalami kecelakaan dua kali atau saat itu ia sudah terlempar ke masa lalu? Akan tetapi, saat sadar ia memili
“Jangan sekarang, Tuan!” seru Yuna cepat, melebihi cepatnya detak jantung dirinya.Jason sedikit tersentak dengan reaksi Yuna. Dokter cantik itu segera bangkit dari tubuh Jason. Ia tersenyum canggung dan salah tingkah.“Jangan sekarang? Maksudnya?” Jason balik bertanya dengan tatapan bingung.“B–bukan aku menolak, tetapi aku perlu kesiapan,” jelas Yuna gugup. “T–tuan bisa mengerti, ‘kan?” tanyanya.Kening Jason mengkerut. Kedua tangan dokter cantik itu tampak bergetar, gugup. Bahkan terlihat butiran air sebesar biji jagung melintasi dahi Yuna.“A–aku akan memberitahu Tuan jika sudah siap, tetapi tidak sekarang. Aku harap Tuan Jason mengerti dan tidak marah!” sambung Yuna terbata.Dokter cantik itu lantas bangkit, tanpa melihat bagaimana raut wajah Jason. “Aku permisi dulu dan selamat beristirahat, Tuan!” ucap Yuna cepat.Tubuhnya membungkuk sebentar seraya bergerak mundur. Setelah sedikit jauh dari ranjang Jason, ia bergegas memutar tubuhnya dan berjalan cepat. Ya, dengan cara seperti
“Tuan Jason, tadi malam aku ....” Yuna terhenti. Ia kehilangan keberanian untuk mengungkapkan isi hatinya.Dokter cantik menundukkan kedua bola matanya. Tak ada raut salah tingkah atau menahan malu seperti tadi. Yuna mencoba membangun keberaniannya agar tak selalu dirundung rasa malu dan salah tingkah.Jason menoleh sebentar ke arah pintu kamar hotelnya, pelayan pengantar sarapan mereka sudah tak terlihat sedari tadi. Ia lantas menatap wajah Yuna yang kian merunduk. Tak perlu bertanya, Jason yakin tahu isi pikiran dokter cantik itu. “Dokter Yuna!” panggil Jason pelan dan langsung membuat Yuna menaikkan pandangannya. Lelaki itu berdeham pelan seraya memajukan kursi rodanya lebih dekat ke arah meja yang menjadi pembatas mereka. Wajah Yuna kembali salah tingkah. Jason tersenyum tipis sebelum memulai ucapannya.“Aku tahu apa yang kamu pikirkan saat ini, karena aku juga merasakan hal yang sama,” ucap Jason yakin.Mulut Yuna refleks terbuka dengan kedua bola mata yang sedikit membesar. I
Wajah Yuna dan Jason kini tampak lebih ceria. Dokter cantik itu tak perlu lagi merasa malu atau merasa terbebani. Ya, Yuna tak perlu lagi menentang dan menahan hatinya untuk tak menyukai Jason. Dengan cara ini, ia bisa melihat senyuman Jason yang tulus. Begitu juga dengan Jason, lega sudah mengungkapkan semua isi hatinya. Rasa penyesalannya dulu, kini terobati dengan senyuman Yuna yang tulus.Selesai sarapan dan sesuai jadwal pertemuan dengan para investor, Jason langsung memasuki ruangan rapat guna mempresentasikan perusahaannya. Sementara Yuna menunggu di luar sembari mempelajari metode pengobatan untuk Jason. Ya, Yuna harus fokus dengan tugas utamanya.“Sepertinya ini adalah alamat surelnya dokter Liam Demos, dokter spesialisnya,” gumam Yuna dengan senyuman lebar. “Aku akan mencoba menghubunginya ... siapa tahu dia mau berbagi ilmu denganku,” imbuhnya tetap fokus pada layar ponselnya.Tangannya tampak piawai bermain dengan benda pipih tersebut di ruang tunggu. Yuna segera mengirim
Kemudian ia menoleh pada lelaki yang tadi memfitnah Jason. “Tuan Lee, saya boleh bertanya ... dari mana Anda mendapatkan gosip tentang Tuan Jason? Jika ucapan Anda salah, saya dan Tuan Jason bisa menuntutmu, paham!”Wajah lelaki yang ditunjuk oleh Vicky tampak tegang dan sedikit pucat. Terlihat jakun bergerak, menelan saliva panik. Tuan Lee menoleh pada Michail Wang yang berada tepat di sampingnya.Tatapan Michael Wang menatap lurus dan tepat pada kedua netra Vicky. Sesaat Jason mulai sadar bentuk rahang serta kelopak mata mereka sama. Sedikit tak terlihat jelas sebab Michael Wang memakai kacamata.“Mereka anak dan ayah,” tebak Jason dalam hati.“Bagaimana? Apa kalian masih ragu?” tanya Vicky memutuskan kontak dengan Michail Wang.Lelaki tua yang menjadi pemimpin para investor itu pun tersenyum sinis. “Anda bisa bertanggung jawab dengan ucapanmu?” tanya Michael Wang menyelidik.“Tentu saja! Saya akan bertanggung jawab dengan ucapan saya. Tuan-tuan semuanya tak usah cemas, sebab saya s
“Apa? Jason berhasil mendapatkan hati tuan Wang dan investor lainnya?” Arka memekik keras seraya menatap kesal pada wanita cantik di hadapannya, Tamara.“Kamu bilang bisa menggagalkan rencana Jason, hah? Tapi, apa?” cecar Arka lagi semakin murka. “Jangan-jangan kamu berpihak pada Jason, Tamara?” selidiknya curiga.Sontak saja, Tamara mendesis kesal. Tak terima dengan tuduhan lelaki di hadapannya. Wanita membalas tatapan penuh amarahnya Arka.“Hai, masih untung aku memberitahumu, Brengsek! Jika tidak, kamu akan syok dengan keberhasilan saudara tirimu!” geram Tamara sembari menggertakan giginya. “Aku sudah menghasut para investor itu dengan menjelekkan Jason, itu sudah jelas menunjukkan kalau kita berada di pihak yang sama,” pungkasnya kesal.
“Dokter Yuna!” Yuna refleks menoleh ke arah suara. Ia tampak familiar dengan suara tersebut. Tak lama wajahnya berubah sedikit terkejut.“Tuan Vicky?” tanya Yuna memastikan pemilik suara yang memanggilnya.Akan tetapi, bukan karena artis muda itu yang membuatnya terkejut. Ia melihat Jason keluar dari ruangan dengan artis yang diselamatkannya. Wajahnya diselimuti tanya, tetapi saat melihat wajah gagahnya tuan Wang, Yuna memilih menunduk hormat. Tahu dialah investor untuk perusahaannya Jason.“Ini Dokter Yuna, Papa … dokter pribadinya Tuan Jason yang menyelamatkanku saat di pesawat.” Vicky memberi penjelasan pada tuan Wang.“Tuan Jason pintar mencari dokter yang cantik dan berbakat,” sahut tuan Wang.Dokter cantik itu tampak syok. Tampaknya ia belum mengerti sikap Vicky dan reaksi tuan Wang. Yuna lantas menoleh dan menatap penuh tanya pada Jason, tetapi lelaki tampan itu hanya mengangguk tanpa memberi isyarat jawaban.“Halo, Tuan. Saya dokter Yuna, dokter pribadinya Tuan Jason.” Yuna m
Sontak saja Jason mengerutkan keningnya dan sedikit terkejut. “Jangan sekarang?” Kedua pipi Yuna memerah. Tampaknya ia salah mengartikan reaksi Jason. Lelaki itu terus menatapnya penuh selidik dan menggoda. “Jangan sekarang atau sekarang?” Jason menggoda seraya menaikkan kedua alisnya. “Ish! Tolong jangan aneh-aneh, Tuan! Ini masih siang,” cicit Yuna menahan malu. Dokter cantik itu bahkan menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Jason kembali tertawa. Wajah cantiknya Yuna tampak menggemaskan. Tanpa sadar, Jason melepaskan tangannya dari pinggang Yuna tak bisa menahan dirinya dari tertawa. Tentu saja Yuna tak ingin menyiakan kesempatan tersebut. Segera ia melompat dari pangkuan Jason lalu berlari ke kamarnya. “Oh, kamu mau kita bermain di kamarmu?” seru Jason mengiringi larinya Yuna. Akan tetapi, Jason tak mengejar. Lelaki itu memilih ke kamarnya untuk bertukar pakaian yang lebih santai. Ia juga perlu memberi ruang agar Yuna mengendalikan hatinya. Benar saja, Yuna tengah mengat
Tak ada lagi halangan menuju hari pernikahan Jason dan Yuna. Semuanya terencana dengan baik. Vincent Wang dan ayahnya serta beberapa investor Hongkong bahkan menyempatkan diri untuk menghadiri pernikahan Jason dan Yuna. Persidangan kasus Arka, Elsa, Teguh—mantan suaminya Elsa dan Tamara, sudah mendekati akhir. Akan tetapi, sudah dipastikan mereka mendapatkan hukuman setimpal. Bukan itu saja, beberapa petugas yang dulu terlibat dan terbukti membantu mereka, sudah mendapatkan hukumannya. Damian, pengacaranya Jason dan Adam memastikan semuanya mendapatkan hukuman. Hingga malam di hari pernikahan tiba, Yuna kembali ke kediamannya dan berbincang bersama pamannya. Ia akan semakin merindukan Dimas, padahal selama ini Yuna jarang berada di rumah. Bahkan Yuna tak malu menggelayut manja pada pamannya yang sudah dianggapnya seperti pengganti ayahnya. “Apa kamu tidak malu terus menggelayut seperti anak kecil?” celetuk Dimas seraya melirik wajah Yuna yang bersandar di bahunya, tetapi ia tersenyu
“Ada apa, Adam? Ada masalah?” tanya Jason setelah berada di samping sahabatnya.Adam hanya tersenyum tipis, enggan menjawab. Kemudian ia memutar tubuhnya menatap gedung megah di sana, lalu mengedarkan pandangannya mencari seseorang. “Sudah selesai? Di mana dokter Yuna?” tanyanya seraya menatap pada Jason.“Yuna menunggu di kafe itu.” Jason menunjuk bangunan kafe di samping gedung.“Memangnya ada yang belum selesai dengan persiapan gedungnya?” tanya Adam dengan raut wajah bingung.Jason menghela napas berat. Ia tahu Adam hanya berusaha menghindari pertanyaan darinya. Ya, sahabatnya itu sedikit tertutup untuk masalah pribadi jika dirinya tak mendesak atau mencari tahu sendiri masalah yang sedang dihadapi Adam.“Ya, memang ada yang belum selesai ... kamu, Adam,” sahut Jason seraya berpindah duduk pada bangku di samping taman bunga, tepi mobilnya terparkir.“Aku? Memangnya ada apa denganku?” tunjuk Adam pada dirinya. Ia semakin memasang wajah bingung.Pria tampan itu tak segera menjawab.
Informasi yang diberikan Rina begitu mengejutkan. Racun arsenik itu berasal dari kelompoknya Teguh Gunawan–mantan suaminya Elsa. Bahkan informasi yang diberikan Rina di luar dugaan yang lainnya.Perawat cantik itu bahkan menemukan tempat persembunyian kelompok mafianya Teguh. Tak menyangga wanita yang terlihat lugu, ternyata memiliki kontribusi besar. Yuna bahkan bangga menjadi sahabat baiknya.Jason langsung bertindak cepat. Akan tetapi, ia memastikan pihak kepolisian yang menangani kasus tersebut benar-benar bersih. Tentu saja selama ini dirinya dan Adam dibantu Rocky menyelidiki para polisi yang bekerja untuk Elsa. Serta para mafia polisi yang tunduk pada kelompoknya Teguh sudah pasti tak bisa berkutik.Damian Alexander, pengacaranya Jason dengan senang hati mengurus semua mafia polisi tersebut. Apa lagi semua bukti yang Jason kumpulkan sangatlah kuat. Bukti tambahan ponselnya Vina, serta bukti penyelidikan Brian yang menunjukkan jelas jika kecelakaan Jason disengaja dan pelakunya
“E–elsa? Papa yakin?” tanya Jason terbata dengan tatapan tak percaya.Brian mengangguk lemah dalam posisi tidurnya. Jason terdiam syok, hingga tubuhnya tampak mematung. Bahkan ia tampak seperti orang linglung menatap wajah papanya.Bukan karena Jason tak percaya pelakunya adalah Elsa, tetapi ia mencemaskan keadaan Brian. Justru karena ia memperkirakan pelakunya adalah Elsa ataupun Arka. Jujur saja ia ingin mencecar papanya, tetapi Yuna sudah menarik kedua bahunya menjauh dari tubuh Brian.“Cukup, Jason! Kita masih punya banyak waktu.” Yuna memberi nasehat.Tepat saat Jason mengangguk pasrah, pintu ruangan tersebut ada yang mengetuk. Tak lama langsung terbuka. Dokter Rudi datang dengan Rina, sahabat baiknya Yuna sekaligus satu-satunya perawat yang mengetahui keadaan Brian.“Kita beri ruang agar Dokter Rudi memeriksa keadaan papamu!” ucap Yuna seraya membawa tubuh Jason menjauh dari ranjang brankar Brian.Dokter cantik itu lantas mengangguk pada dokter Rudi, isyarat agar dia segera meme
“Mungkin saya punya informasi yang membantu untuk Tuan Jason.” Rocky berkata setelah memastikan fokus mereka selesai dengan informasi tentang Vina. Sontak saja, Jason, Yuna dan Adam menoleh padanya. Ketiganya menunggu penjelasannya dengan wajah sigap. Rocky mengeluarkan beberapa lembar foto dari saku dalam jasnya, lalu menjajarkan di atas meja yang menjadi pembatas mereka. “Sebenarnya tadi itu aku dan anak buahku sedang meninjau tempat Tuan Jason kecelakaan setelah menemukan beberapa bukti, lalu Tuan memberitahu kalau Adam sedang dalam bahaya di jalur tersebut ... itulah sebabnya kami datang lebih cepat,” jelas Rocky terdengar melegakan. Adam tersenyum lega. Semua ini memang bukan kebetulan, tetapi hal tersebut berkat kesigapan Jason. Rocky lantas melanjutkan penjelasannya. “Saya berhasil menemukan keberadaan keluarga dari supir truk yang menjadi tersangka penabrakan Tuan Jason. Lalu beberapa bukti jika kecelakaan tersebut sudah direkayasa,” jelas Rocky seraya menunjuk beberapa fo
Adam pantas untuk merasa tenang dan tak perlu panik. Bantuan dari Rocky—anak buahnya Jason datang lebih cepat. Tentu saja Adam tahu kehadiran mereka dari cara mereka memberi sinyal. Dua mobil dari belakang langsung menyalip kendaraan yang sedari tadi diduga orang yang hendak mencelakainya serta menggiringnya menuju arah jalan tempat Jason kecelakaan. Sementara dua mobil lainnya mengamankan kendaraan yang mengikuti Adam.Kini dua mobil itu mengawalnya hingga Adam memilih kembali ke rumah sakit. Jason langsung menyambutnya dan memeluk sebentar lalu ia berpindah pada anak buahnya yang berada di belakang Adam. “Terima kasih, kalian memang selalu bisa diandalkan,” ucapnya pada mereka.“Sama-sama, Tuan Jason. Ini adalah tugas kami,” sahut lelaki yang berada di paling kiri. Jumlah mereka enam orang dan semuanya berpakaian formal.“Ah, Tuan. Saya baru saja menerima pesan dari anak buahku yang kutugaskan mencari keberadaan—“ ucap lelaki tadi terhenti. Jason menempelkan jari telunjuknya di dep
“Apa?” Jason terkejut dengan ucapan Adam dari balik telepon. Wajah pria tampan itu langsung berubah pucat dan cemas, serta panik. Ia bahkan refleks berdiri dan mengacak rambut belakangnya, frutasi. Yuna yang berada di sampingnya pun ikut bangkit merasakan kecemasan Jason. “Apa yang terjadi, Jason?” tanya Yuna panik. Jason hanya memberi isyarat untuk tenang dengan mengangkat tangan kanannya. Ia lantas fokus pada ponselnya. “Dengarkan aku, Adam! Tetap tenang dan jangan putuskan sambungan teleponnya! Terus beri laporan padaku kondisi terkinimu, mengerti!” perintahnya. “Baik, Jason. Tolong bantu aku secepatnya,” sahut Adam terdengar panik. “Tentu, aku pasti akan membantumu dan tak akan tinggal diam,” balas Jason cepat. “Aku akan meminta Rocky untuk mengirimkan anak buahnya dan secepatnya menjemputmu,” pungkasnya menenangkan. Terdengar jelas suara Adam mengatur napasnya dari balik telepon. Tentu saja, Jason dapat merasakan bagaimana cemasnya Adam, dirinya sudah pernah mengalami hal te
“Sepertinya habis batre. Aku selalu lupa charger ponsel dan biasanya diisi daya jika sedang dalam perjalanan di mobil,” ucap Adam diakhiri senyuman canggung.“Bisa tolong buka laci dasbor di hadapanmu? Aku menyimpan alat pengisi dayanya di sana.” Adam menunjuk laci di hadapan Tamara.Wajah wanita cantik itu yang semula tegang kini tampak terlihat lega. Ia bahkan segera menuruti permintaan Adam, mengeluarkan alat mengisi daya ponselnya. “Berikan ponselmu padaku! Biarkan aku yang memasangkannya,” ujarnya.Adam mengangguk dan memberikan ponselnya pada Tamara. Wanita itu tampak cekatan dan memang sudah terbiasa melakukannya. Tanpa disadari Adam masih meliriknya curiga.Tentu saja yang dilakukan Adam tadi hanyalah pura-pura. Ia bukanlah pria bodoh seperti yang dikatakan Jason. Adam lebih mengandalkan intuisi dan nalurinya dalam berbisnis.Ya, pria tampan itu memiliki pemikiran yang sama dengan Jason. Tak ada sesuatu hal di dunia ini yang kebetulan, pemikiran mereka. Mungkin karena mereka s
“Aku akan mencoba menghubungi Adam. Saat ini dia sedang bersama dengan Tamara “ Jason berkata dengan tatapan cemas seraya menggulir beberapa kali layar ponselnya.Yuna hanya mengangguk. Wajahnya pun tak kalah cemas dengan lelakinya. Ia lantas menoleh ke arah ujung lorong tempat pria mencurigakan tadi menghilang.Tampaknya mereka lebih waspada atau sadar jika keberadaannya sudah diketahui. Yuna lantas menatap Jason yang tiba-tiba tersentak dengan kedua bola mata melotot. “Ada apa, Jason?” tanya Yuna langsung.“Adam menolak panggilanku,” sahut Jason langsung. “Akan kucoba lagi,” ujarnya seraya mengulang panggilan teleponnya.“Mungkin Adam tak sengaja menggeser ke tolak.” Yuna mencoba menenangkan.Jason mengangguk. Namun, ia kembali tersentak. Ponsel Adam tak bisa dihubungi. Pria tampan itu masih penasaran dan mencobanya sekali lagi.“Adam mematikan ponselnya,” tebak Jason disusul helaan napas berat. “Sepertinya Tamara sedang bersamanya,” tambahnya seraya memijat ujung alisnya.“Bagaiman