Sontak saja Jason mengerutkan keningnya dan sedikit terkejut. “Jangan sekarang?” Kedua pipi Yuna memerah. Tampaknya ia salah mengartikan reaksi Jason. Lelaki itu terus menatapnya penuh selidik dan menggoda. “Jangan sekarang atau sekarang?” Jason menggoda seraya menaikkan kedua alisnya. “Ish! Tolong jangan aneh-aneh, Tuan! Ini masih siang,” cicit Yuna menahan malu. Dokter cantik itu bahkan menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Jason kembali tertawa. Wajah cantiknya Yuna tampak menggemaskan. Tanpa sadar, Jason melepaskan tangannya dari pinggang Yuna tak bisa menahan dirinya dari tertawa. Tentu saja Yuna tak ingin menyiakan kesempatan tersebut. Segera ia melompat dari pangkuan Jason lalu berlari ke kamarnya. “Oh, kamu mau kita bermain di kamarmu?” seru Jason mengiringi larinya Yuna. Akan tetapi, Jason tak mengejar. Lelaki itu memilih ke kamarnya untuk bertukar pakaian yang lebih santai. Ia juga perlu memberi ruang agar Yuna mengendalikan hatinya. Benar saja, Yuna tengah mengat
Yuna tersentak panik. Wajahnya langsung salah tingkah. Secepatnya ia mengalihkan pandangannya dari wajah Jason, terutama bibirnya yang sedang dibayangkannya. Majalah fashion yang berada di meja kecil sudut sofa menarik perhatiannya. Lebih tepatnya alasan agar ia punya alasan menutupi rasa salah tingkahnya. Secepatnya ia menyambar majalah itu dan membukanya selebar mungkin lalu menutupi wajahnya.Jason terkikih. Namun, Yuna tidak peduli. Wajahnya memerah menahan malu dan hatinya menggerutu, merutuki kebodohannya.“Duduklah di sofa sebelahku! Kamu boleh memandangi wajah tampanku tanpa harus malu!” seru Jason dengan percaya diri.Yuna menggerutu dalam hati. “Sejak kapan Tuan Jason jadi sok keren! Biasanya sikapnya acuh.” Tentu saja, ia hanya berani mengungkapkannya dalam hati. Wajahnya masih memerah menahan malu. Perlahan ia menurunkan majalah tersebut, ia dapat merasakan Jason masih memandanginya.Lelaki tampan ini melirik sofa tunggal di sampingnya, isyarat agar Yuna segera berpindah
Suara desahan Vina memenuhi kamar apartemennya diikuti desahan nikmat dari Ryan. Keduanya mendapatkan pelepasan di waktu yang sama. Tubuh wanita itu terasa remuk, tetapi tetap saja masih bisa menikmati permainan Ryan.Puas dengan permainan lelaki itu, ia lantas membaringkan tubuhnya dan menutupi tubuh polosnya di samping Ryan. Begitupun dengan lelaki itu, ikut membaringkan tubuhnya di atas ranjang yang sama. Deru napas kelelahan yang nikmat masih terasa.“Tuan Jason berhasil mendapatkan investor di Hongkong,” ucap Ryan setelah merasa napasnya sudah teratur.“Benarkah?” Vina tersentak, hingga ia mengangkat kepalanya, memastikan ekspresi lelaki di sampingnya.“Pantas saja tadi siang tuan Arka terlihat murka dan permainannya brutal. Pasti dia kesal karena berita itu,” batin Vina menahan kesal.Hari ini ia harus menjadi tempat pelampiasan dua lelaki dengan alasan yang sama. Ingin menolak, tetapi tak akan bisa. Vina menikmatinya, tetapi kesal setelahnya.“Menyebalkan!” keluh Vina kesal. Ta
“Kita harus bersiap agar tak terlambat ke pestanya tuan Wang! Kamu adalah tamu spesialnya.” Yuna mengingatkan seraya menatap penuh perintah.Jason memasang wajah meringis. Persis seperti anak kecil yang susah dipaksa untuk mandi pagi dan berangkat sekolah, pikir Yuna. Lelaki itu benar-benar terlihat berbeda dan sangat menggemaskan, hingga Yuna memilih mengecup bibirnya sebentar untuk membujuknya.“Kita masih punya banyak waktu, okeh!” ucap Yuna membujuk.Jason pun tersenyum lalu mengangguk setuju. Yuna lantas bergegas turun dari pangkuannya. Keduanya langsung memasuki kamar masing-masing bersiap bertukar pakaian untuk menghadiri pestanya tuan Wang.Tak membutuhkan waktu lama untuk keduanya bertukar pakaian. Yuna semakin cantik dan anggun dengan gaun merah satin yang dipesan Jason, sesuai keinginan dokter cantik itu dari majalah. Sementara Jason tak kalah menawan dengan tuxedo hitam dan dasi kupu-kupu merah.Tak perlu memuji dengan kalimat, tetapi tatapan saling mengagumi dengan senyum
Tuan Wang hanya menepuk pundak Jason lembut. “Saya harap Anda bisa menyelesaikannya dengan baik dan jangan gegabah!” sarannya.“Maafkan saya, jika sebelumnya meragukan Anda, Tuan Jason,” sambung tuan Wang membungkukkan sedikit tubuhnya pada Jason, isyarat penyesalannya.“Tidak apa-apa, Tuan Wang. Saya bisa mengerti dan terima kasih atas kejujurannya ... saya benar-benar menghargainya,” balas Jason langsung. Ia pun mengangguk menunjukkan kesungguhannya.Garis penyesalan dan sungkannya tuan Wang berkurang, bergantikan rasa kagum pada Jason. Ia tersenyum tulus dan santun pada lelaki di hadapannya yang tampak menawan. Terlihat ada garis kekesalan pada wajah Jason saat ia harus berkata jujur, pastilah sangat menyakitkan jika orang yang dipercayanya berkhianat.“Saya sudah mempelajari tentang Tuan Jason dan ... tentang kecelakaan yang dialami Tuan hingga membuat Anda seperti ini. Saya turut prihatin,” ucap tuan Wang menunjukkan ketulusannya. “Dan saya juga mencari tahu tentang dokter Yuna.
“Manajer Wu?”Yuna terkejut setelah membuka pintu yang langsung tertuju pada halaman belakang rumahnya tuan Wang. Wu Chan–orang yang dulu menjadi manajernya Vicky sewaktu di pesawat. Lelaki itu terlentang di atas rumput sedikit jauh dari teras, tempat Yuna berdiri.Dokter cantik itu kembali tersentak saat kakinya melangkah, menginjak pecahan beling di lantai teras. Tampaknya di sanalah pecahan beling yang didengarnya tadi. Yuni tetap menghampiri lelaki itu, memastikan dia dalam keadaan baik. Mungkin saja manajer Wu frustasi karena Vicky memecatnya, pikir Yuna. Baru saja ia mendekat, bau alkohol langsung menyeruak dari bau napas lelaki itu. Namun, tetap saja memilih memeriksanya. Jiwa penolongnya sebagai dokter tergerak.“Manajer Wu, Anda tidak apa-apa?” tanya Yuna seraya mendekatkan tubuhnya, memeriksa tubuh terkapar lelaki itu.Dokter cantik itu menekuk lututnya untuk bertumpu di atas rumput. Ia tak peduli gaun cantiknya kotor. Tangannya mencoba mengguncang tubuhnya, seraya memeriks
Jason dan kursi rodanya ikut terlempar setelah menabrak tubuh manajer Wu. Lelaki itu terlalu bernafsu, terbakar amarah pada manajer tak tahu diri itu hingga lupa menekan rem. Tubuh Jason tersungkur terpisah dengan kursi rodanya yang melesat tak jauh.Suara gedugrag kursi rodan dan tubuhnya langsung membuat Yuna yang tersadar. Dokter cantik itu langsung terbangun dan panik menyadari Jason terjatuh di tanah yang sama. “Jason!” teriaknya keras seraya berlari menghampiri lelakinya.“Apa yang terjadi di sini?” Suara Vicky terdengar dari teras.Yuna tak menjawab. Dokter cantik itu fokus pada Jason yang tampak kesakitan. Kaki lelaki itu baru saja bisa merasakan semua rasa hangat dan dingin, kini harus terluka terbentur tanah saat mendarat tadi.“Yuna, lututku terasa linu,” ucap Jason saat Yuna membangunkan tubuhnya.“Lutut? Kamu bisa merasakan lututmu?” Yuna bertanya dengan tatapan terkejut.Rasa panik dan cemas langsung berubah terkejut. Dengan keadaan Jason yang lumpuh, seharusnya semua ar
Yuna terkejut. Jason menghempaskan tangannya kasar. Binar bahagianya langsung menghilang.“J–jason, ada apa?” tanya Yuna cemas, bahkan suaranya sedikit terbata. “Kamu nggak percaya kalau bisa segera berjalan?” tanyanya lagi. Jason menatapnya kesal.“Itu tidak penting untukku!” jawab Jason tegas.Kemudian lelaki itu menoleh pada dokter Aaron. Wajah dokter bermata sipit itu menatap heran dan bingung dengan reaksi Jason. Lelaki tampan yang masih terbaring itu membaca name tag pada jas putihnya agar tak salah menyebut mamanya.“Dokter Aaron, bisa tolong bawa wanita ini keluar! Wajah jeleknya mengganggu pandanganku! Dia lebih butuh perawatan daripada aku,” titah Jason lugas.Dokter Aaron sedikit tersentak. Ia bisa menangkap tujuan Jason yang mengkhawatirkan Yuna. Sementara dokter cantik itu terlihat salah tingkah. Ia terlalu gembira dengan perubahan lelaki tercintanya.“A–aku tidak apa-apa, Jason. Ini tidak sakit, kok!” seru Yuna seraya meraba wajahnya.Tentu saja Jason berdesis kesal. “Ka
Tak ada lagi halangan menuju hari pernikahan Jason dan Yuna. Semuanya terencana dengan baik. Vincent Wang dan ayahnya serta beberapa investor Hongkong bahkan menyempatkan diri untuk menghadiri pernikahan Jason dan Yuna. Persidangan kasus Arka, Elsa, Teguh—mantan suaminya Elsa dan Tamara, sudah mendekati akhir. Akan tetapi, sudah dipastikan mereka mendapatkan hukuman setimpal. Bukan itu saja, beberapa petugas yang dulu terlibat dan terbukti membantu mereka, sudah mendapatkan hukumannya. Damian, pengacaranya Jason dan Adam memastikan semuanya mendapatkan hukuman. Hingga malam di hari pernikahan tiba, Yuna kembali ke kediamannya dan berbincang bersama pamannya. Ia akan semakin merindukan Dimas, padahal selama ini Yuna jarang berada di rumah. Bahkan Yuna tak malu menggelayut manja pada pamannya yang sudah dianggapnya seperti pengganti ayahnya. “Apa kamu tidak malu terus menggelayut seperti anak kecil?” celetuk Dimas seraya melirik wajah Yuna yang bersandar di bahunya, tetapi ia tersenyu
“Ada apa, Adam? Ada masalah?” tanya Jason setelah berada di samping sahabatnya.Adam hanya tersenyum tipis, enggan menjawab. Kemudian ia memutar tubuhnya menatap gedung megah di sana, lalu mengedarkan pandangannya mencari seseorang. “Sudah selesai? Di mana dokter Yuna?” tanyanya seraya menatap pada Jason.“Yuna menunggu di kafe itu.” Jason menunjuk bangunan kafe di samping gedung.“Memangnya ada yang belum selesai dengan persiapan gedungnya?” tanya Adam dengan raut wajah bingung.Jason menghela napas berat. Ia tahu Adam hanya berusaha menghindari pertanyaan darinya. Ya, sahabatnya itu sedikit tertutup untuk masalah pribadi jika dirinya tak mendesak atau mencari tahu sendiri masalah yang sedang dihadapi Adam.“Ya, memang ada yang belum selesai ... kamu, Adam,” sahut Jason seraya berpindah duduk pada bangku di samping taman bunga, tepi mobilnya terparkir.“Aku? Memangnya ada apa denganku?” tunjuk Adam pada dirinya. Ia semakin memasang wajah bingung.Pria tampan itu tak segera menjawab.
Informasi yang diberikan Rina begitu mengejutkan. Racun arsenik itu berasal dari kelompoknya Teguh Gunawan–mantan suaminya Elsa. Bahkan informasi yang diberikan Rina di luar dugaan yang lainnya.Perawat cantik itu bahkan menemukan tempat persembunyian kelompok mafianya Teguh. Tak menyangga wanita yang terlihat lugu, ternyata memiliki kontribusi besar. Yuna bahkan bangga menjadi sahabat baiknya.Jason langsung bertindak cepat. Akan tetapi, ia memastikan pihak kepolisian yang menangani kasus tersebut benar-benar bersih. Tentu saja selama ini dirinya dan Adam dibantu Rocky menyelidiki para polisi yang bekerja untuk Elsa. Serta para mafia polisi yang tunduk pada kelompoknya Teguh sudah pasti tak bisa berkutik.Damian Alexander, pengacaranya Jason dengan senang hati mengurus semua mafia polisi tersebut. Apa lagi semua bukti yang Jason kumpulkan sangatlah kuat. Bukti tambahan ponselnya Vina, serta bukti penyelidikan Brian yang menunjukkan jelas jika kecelakaan Jason disengaja dan pelakunya
“E–elsa? Papa yakin?” tanya Jason terbata dengan tatapan tak percaya.Brian mengangguk lemah dalam posisi tidurnya. Jason terdiam syok, hingga tubuhnya tampak mematung. Bahkan ia tampak seperti orang linglung menatap wajah papanya.Bukan karena Jason tak percaya pelakunya adalah Elsa, tetapi ia mencemaskan keadaan Brian. Justru karena ia memperkirakan pelakunya adalah Elsa ataupun Arka. Jujur saja ia ingin mencecar papanya, tetapi Yuna sudah menarik kedua bahunya menjauh dari tubuh Brian.“Cukup, Jason! Kita masih punya banyak waktu.” Yuna memberi nasehat.Tepat saat Jason mengangguk pasrah, pintu ruangan tersebut ada yang mengetuk. Tak lama langsung terbuka. Dokter Rudi datang dengan Rina, sahabat baiknya Yuna sekaligus satu-satunya perawat yang mengetahui keadaan Brian.“Kita beri ruang agar Dokter Rudi memeriksa keadaan papamu!” ucap Yuna seraya membawa tubuh Jason menjauh dari ranjang brankar Brian.Dokter cantik itu lantas mengangguk pada dokter Rudi, isyarat agar dia segera meme
“Mungkin saya punya informasi yang membantu untuk Tuan Jason.” Rocky berkata setelah memastikan fokus mereka selesai dengan informasi tentang Vina. Sontak saja, Jason, Yuna dan Adam menoleh padanya. Ketiganya menunggu penjelasannya dengan wajah sigap. Rocky mengeluarkan beberapa lembar foto dari saku dalam jasnya, lalu menjajarkan di atas meja yang menjadi pembatas mereka. “Sebenarnya tadi itu aku dan anak buahku sedang meninjau tempat Tuan Jason kecelakaan setelah menemukan beberapa bukti, lalu Tuan memberitahu kalau Adam sedang dalam bahaya di jalur tersebut ... itulah sebabnya kami datang lebih cepat,” jelas Rocky terdengar melegakan. Adam tersenyum lega. Semua ini memang bukan kebetulan, tetapi hal tersebut berkat kesigapan Jason. Rocky lantas melanjutkan penjelasannya. “Saya berhasil menemukan keberadaan keluarga dari supir truk yang menjadi tersangka penabrakan Tuan Jason. Lalu beberapa bukti jika kecelakaan tersebut sudah direkayasa,” jelas Rocky seraya menunjuk beberapa fo
Adam pantas untuk merasa tenang dan tak perlu panik. Bantuan dari Rocky—anak buahnya Jason datang lebih cepat. Tentu saja Adam tahu kehadiran mereka dari cara mereka memberi sinyal. Dua mobil dari belakang langsung menyalip kendaraan yang sedari tadi diduga orang yang hendak mencelakainya serta menggiringnya menuju arah jalan tempat Jason kecelakaan. Sementara dua mobil lainnya mengamankan kendaraan yang mengikuti Adam.Kini dua mobil itu mengawalnya hingga Adam memilih kembali ke rumah sakit. Jason langsung menyambutnya dan memeluk sebentar lalu ia berpindah pada anak buahnya yang berada di belakang Adam. “Terima kasih, kalian memang selalu bisa diandalkan,” ucapnya pada mereka.“Sama-sama, Tuan Jason. Ini adalah tugas kami,” sahut lelaki yang berada di paling kiri. Jumlah mereka enam orang dan semuanya berpakaian formal.“Ah, Tuan. Saya baru saja menerima pesan dari anak buahku yang kutugaskan mencari keberadaan—“ ucap lelaki tadi terhenti. Jason menempelkan jari telunjuknya di dep
“Apa?” Jason terkejut dengan ucapan Adam dari balik telepon. Wajah pria tampan itu langsung berubah pucat dan cemas, serta panik. Ia bahkan refleks berdiri dan mengacak rambut belakangnya, frutasi. Yuna yang berada di sampingnya pun ikut bangkit merasakan kecemasan Jason. “Apa yang terjadi, Jason?” tanya Yuna panik. Jason hanya memberi isyarat untuk tenang dengan mengangkat tangan kanannya. Ia lantas fokus pada ponselnya. “Dengarkan aku, Adam! Tetap tenang dan jangan putuskan sambungan teleponnya! Terus beri laporan padaku kondisi terkinimu, mengerti!” perintahnya. “Baik, Jason. Tolong bantu aku secepatnya,” sahut Adam terdengar panik. “Tentu, aku pasti akan membantumu dan tak akan tinggal diam,” balas Jason cepat. “Aku akan meminta Rocky untuk mengirimkan anak buahnya dan secepatnya menjemputmu,” pungkasnya menenangkan. Terdengar jelas suara Adam mengatur napasnya dari balik telepon. Tentu saja, Jason dapat merasakan bagaimana cemasnya Adam, dirinya sudah pernah mengalami hal te
“Sepertinya habis batre. Aku selalu lupa charger ponsel dan biasanya diisi daya jika sedang dalam perjalanan di mobil,” ucap Adam diakhiri senyuman canggung.“Bisa tolong buka laci dasbor di hadapanmu? Aku menyimpan alat pengisi dayanya di sana.” Adam menunjuk laci di hadapan Tamara.Wajah wanita cantik itu yang semula tegang kini tampak terlihat lega. Ia bahkan segera menuruti permintaan Adam, mengeluarkan alat mengisi daya ponselnya. “Berikan ponselmu padaku! Biarkan aku yang memasangkannya,” ujarnya.Adam mengangguk dan memberikan ponselnya pada Tamara. Wanita itu tampak cekatan dan memang sudah terbiasa melakukannya. Tanpa disadari Adam masih meliriknya curiga.Tentu saja yang dilakukan Adam tadi hanyalah pura-pura. Ia bukanlah pria bodoh seperti yang dikatakan Jason. Adam lebih mengandalkan intuisi dan nalurinya dalam berbisnis.Ya, pria tampan itu memiliki pemikiran yang sama dengan Jason. Tak ada sesuatu hal di dunia ini yang kebetulan, pemikiran mereka. Mungkin karena mereka s
“Aku akan mencoba menghubungi Adam. Saat ini dia sedang bersama dengan Tamara “ Jason berkata dengan tatapan cemas seraya menggulir beberapa kali layar ponselnya.Yuna hanya mengangguk. Wajahnya pun tak kalah cemas dengan lelakinya. Ia lantas menoleh ke arah ujung lorong tempat pria mencurigakan tadi menghilang.Tampaknya mereka lebih waspada atau sadar jika keberadaannya sudah diketahui. Yuna lantas menatap Jason yang tiba-tiba tersentak dengan kedua bola mata melotot. “Ada apa, Jason?” tanya Yuna langsung.“Adam menolak panggilanku,” sahut Jason langsung. “Akan kucoba lagi,” ujarnya seraya mengulang panggilan teleponnya.“Mungkin Adam tak sengaja menggeser ke tolak.” Yuna mencoba menenangkan.Jason mengangguk. Namun, ia kembali tersentak. Ponsel Adam tak bisa dihubungi. Pria tampan itu masih penasaran dan mencobanya sekali lagi.“Adam mematikan ponselnya,” tebak Jason disusul helaan napas berat. “Sepertinya Tamara sedang bersamanya,” tambahnya seraya memijat ujung alisnya.“Bagaiman