“Kita harus bersiap agar tak terlambat ke pestanya tuan Wang! Kamu adalah tamu spesialnya.” Yuna mengingatkan seraya menatap penuh perintah.Jason memasang wajah meringis. Persis seperti anak kecil yang susah dipaksa untuk mandi pagi dan berangkat sekolah, pikir Yuna. Lelaki itu benar-benar terlihat berbeda dan sangat menggemaskan, hingga Yuna memilih mengecup bibirnya sebentar untuk membujuknya.“Kita masih punya banyak waktu, okeh!” ucap Yuna membujuk.Jason pun tersenyum lalu mengangguk setuju. Yuna lantas bergegas turun dari pangkuannya. Keduanya langsung memasuki kamar masing-masing bersiap bertukar pakaian untuk menghadiri pestanya tuan Wang.Tak membutuhkan waktu lama untuk keduanya bertukar pakaian. Yuna semakin cantik dan anggun dengan gaun merah satin yang dipesan Jason, sesuai keinginan dokter cantik itu dari majalah. Sementara Jason tak kalah menawan dengan tuxedo hitam dan dasi kupu-kupu merah.Tak perlu memuji dengan kalimat, tetapi tatapan saling mengagumi dengan senyum
Tuan Wang hanya menepuk pundak Jason lembut. “Saya harap Anda bisa menyelesaikannya dengan baik dan jangan gegabah!” sarannya.“Maafkan saya, jika sebelumnya meragukan Anda, Tuan Jason,” sambung tuan Wang membungkukkan sedikit tubuhnya pada Jason, isyarat penyesalannya.“Tidak apa-apa, Tuan Wang. Saya bisa mengerti dan terima kasih atas kejujurannya ... saya benar-benar menghargainya,” balas Jason langsung. Ia pun mengangguk menunjukkan kesungguhannya.Garis penyesalan dan sungkannya tuan Wang berkurang, bergantikan rasa kagum pada Jason. Ia tersenyum tulus dan santun pada lelaki di hadapannya yang tampak menawan. Terlihat ada garis kekesalan pada wajah Jason saat ia harus berkata jujur, pastilah sangat menyakitkan jika orang yang dipercayanya berkhianat.“Saya sudah mempelajari tentang Tuan Jason dan ... tentang kecelakaan yang dialami Tuan hingga membuat Anda seperti ini. Saya turut prihatin,” ucap tuan Wang menunjukkan ketulusannya. “Dan saya juga mencari tahu tentang dokter Yuna.
“Manajer Wu?”Yuna terkejut setelah membuka pintu yang langsung tertuju pada halaman belakang rumahnya tuan Wang. Wu Chan–orang yang dulu menjadi manajernya Vicky sewaktu di pesawat. Lelaki itu terlentang di atas rumput sedikit jauh dari teras, tempat Yuna berdiri.Dokter cantik itu kembali tersentak saat kakinya melangkah, menginjak pecahan beling di lantai teras. Tampaknya di sanalah pecahan beling yang didengarnya tadi. Yuni tetap menghampiri lelaki itu, memastikan dia dalam keadaan baik. Mungkin saja manajer Wu frustasi karena Vicky memecatnya, pikir Yuna. Baru saja ia mendekat, bau alkohol langsung menyeruak dari bau napas lelaki itu. Namun, tetap saja memilih memeriksanya. Jiwa penolongnya sebagai dokter tergerak.“Manajer Wu, Anda tidak apa-apa?” tanya Yuna seraya mendekatkan tubuhnya, memeriksa tubuh terkapar lelaki itu.Dokter cantik itu menekuk lututnya untuk bertumpu di atas rumput. Ia tak peduli gaun cantiknya kotor. Tangannya mencoba mengguncang tubuhnya, seraya memeriks
Jason dan kursi rodanya ikut terlempar setelah menabrak tubuh manajer Wu. Lelaki itu terlalu bernafsu, terbakar amarah pada manajer tak tahu diri itu hingga lupa menekan rem. Tubuh Jason tersungkur terpisah dengan kursi rodanya yang melesat tak jauh.Suara gedugrag kursi rodan dan tubuhnya langsung membuat Yuna yang tersadar. Dokter cantik itu langsung terbangun dan panik menyadari Jason terjatuh di tanah yang sama. “Jason!” teriaknya keras seraya berlari menghampiri lelakinya.“Apa yang terjadi di sini?” Suara Vicky terdengar dari teras.Yuna tak menjawab. Dokter cantik itu fokus pada Jason yang tampak kesakitan. Kaki lelaki itu baru saja bisa merasakan semua rasa hangat dan dingin, kini harus terluka terbentur tanah saat mendarat tadi.“Yuna, lututku terasa linu,” ucap Jason saat Yuna membangunkan tubuhnya.“Lutut? Kamu bisa merasakan lututmu?” Yuna bertanya dengan tatapan terkejut.Rasa panik dan cemas langsung berubah terkejut. Dengan keadaan Jason yang lumpuh, seharusnya semua ar
Yuna terkejut. Jason menghempaskan tangannya kasar. Binar bahagianya langsung menghilang.“J–jason, ada apa?” tanya Yuna cemas, bahkan suaranya sedikit terbata. “Kamu nggak percaya kalau bisa segera berjalan?” tanyanya lagi. Jason menatapnya kesal.“Itu tidak penting untukku!” jawab Jason tegas.Kemudian lelaki itu menoleh pada dokter Aaron. Wajah dokter bermata sipit itu menatap heran dan bingung dengan reaksi Jason. Lelaki tampan yang masih terbaring itu membaca name tag pada jas putihnya agar tak salah menyebut mamanya.“Dokter Aaron, bisa tolong bawa wanita ini keluar! Wajah jeleknya mengganggu pandanganku! Dia lebih butuh perawatan daripada aku,” titah Jason lugas.Dokter Aaron sedikit tersentak. Ia bisa menangkap tujuan Jason yang mengkhawatirkan Yuna. Sementara dokter cantik itu terlihat salah tingkah. Ia terlalu gembira dengan perubahan lelaki tercintanya.“A–aku tidak apa-apa, Jason. Ini tidak sakit, kok!” seru Yuna seraya meraba wajahnya.Tentu saja Jason berdesis kesal. “Ka
“Ada apa ini? Kenapa kamu tiba-tiba menjadi ekspresif?” tanya Jason tiba-tiba curiga.“Memangnya nggak boleh kalau aku mengekspresikan perasaanku?” sahut Yuna langsung dengan tatapan sedikit merajuk, reaksi Jason tak sesuai dugaannya.Lelaki itu tertawa kecil. Kemudian ia mengecup kening Yuna lembut sebelum memeluknya lagi. Jason mendekap hangat tubuh wanitanya hingga ia hatinya benar-benar tenang.“Maafkan aku, Yuna,” ucap Jason lirih, tanpa sadar air matanya menetes.Sontak saja Yuna melepaskan pelukannya. Posisinya yang dipeluk Jason dalam keadaan miring di atas ranjang, hanya perlu menaikkan wajahnya untuk melihat wajah lelakinya. Ia tertegun melihat air mata lelaki itu. “Kenapa minta maaf?” tanya Yuna pilu seraya menghapus air mata lelaki itu.“Aku pernah melihatmu ditampar oleh Ryan, tetapi aku terlalu pengecut tak berani menyelamatkanmu. Saat itu aku pikir kalian hanyalah pertengkaran kekasih dan tak ingin terlibat dalam masalah kalian ... aku juga takut akan memperburuk keada
“Kenapa tak mengabariku kalau tuan Jason memperpanjang perjalanan bisnisnya? Dan kenapa kamu tidak menolaknya, hah? Apa kamu melupakanku yang terus menunggumu?” cecar Ryan pada Yuna dari balik panggilan telepon. Suaranya terdengar meninggi.Dokter cantik itu menghela napas kesal. Sementara Jason tengah menikmati sarapannya seraya memperhatikan dirinya yang menjawab telepon di atas sofa dekat jendela. Yuna memberi isyarat agar lelaki tampan itu menahan dirinya untuk tak bersuara dan Jason hanya tersenyum menggoda.Mereka seolah tengah berselingkuh dari Ryan. Entah benar atau tidak, keduanya tak peduli. Ryan yang lebih dahulu menyakiti Yuna dan ia hanya membalas perbuatan bajingan itu.“Ayolah, Ryan! Kamu bukan anak kecil, aku ini dokter pribadi tuan Jason. Jadi, sudah pasti aku tak akan bisa menolak dan tak ada kewajibanku untuk melaporkan semua kegiatan tuan Jason padamu, benar ‘kan?” sahut Yuna pura-pura menjelaskan dengan hati-hati.“Apa? Tak ada kewajiban katamu?” balas Ryan langsu
“Ada apa, Ryan?”Lelaki dengan rambut coklat itu tersentak. Pikirannya yang tengah berkecamuk setelah selesai berbincang dengan Yuna di telepon tadi segera menoleh. Vina, suara yang menanyainya tadi menatapnya heran.“Kenapa wajahmu tiba-tiba tegang gitu?” tanya Vina lagi, dengan tatapan semakin heran.“Yuna ….” Ryan menjawab dengan tatapan ragu dan masih terkejut.“Yuna? Kenapa dengan dia?” tanya Vina menatap penuh selidik pada Ryan.Tak lama, tatapannya berubah curiga Ryan pada wanita di hadapannya. “Apa kamu pernah bercerita kalau kita sering bertemu pada Yuna?” tanyanya.Vina memasang raut wajah bingung. Ia belum bisa mencerna arah pertanyaan Ryan. Kemudian ia tersenyum mencoba memberikan ketenangan pada lelaki tersebut.“Yuna kenapa, Ryan? Kenapa kamu tiba-tiba terlihat seperti orang yang ketakutan?” Vina bertanya dengan nada hati-hati.“Jawab saja pertanyaanku tadi!” bentak Ryan mengejutkan Vina. Wanita itu tersentak. Ryan terlihat menakutkan, padahal ia hanya berusaha menghibu