Jason dan kursi rodanya ikut terlempar setelah menabrak tubuh manajer Wu. Lelaki itu terlalu bernafsu, terbakar amarah pada manajer tak tahu diri itu hingga lupa menekan rem. Tubuh Jason tersungkur terpisah dengan kursi rodanya yang melesat tak jauh.Suara gedugrag kursi rodan dan tubuhnya langsung membuat Yuna yang tersadar. Dokter cantik itu langsung terbangun dan panik menyadari Jason terjatuh di tanah yang sama. “Jason!” teriaknya keras seraya berlari menghampiri lelakinya.“Apa yang terjadi di sini?” Suara Vicky terdengar dari teras.Yuna tak menjawab. Dokter cantik itu fokus pada Jason yang tampak kesakitan. Kaki lelaki itu baru saja bisa merasakan semua rasa hangat dan dingin, kini harus terluka terbentur tanah saat mendarat tadi.“Yuna, lututku terasa linu,” ucap Jason saat Yuna membangunkan tubuhnya.“Lutut? Kamu bisa merasakan lututmu?” Yuna bertanya dengan tatapan terkejut.Rasa panik dan cemas langsung berubah terkejut. Dengan keadaan Jason yang lumpuh, seharusnya semua ar
Yuna terkejut. Jason menghempaskan tangannya kasar. Binar bahagianya langsung menghilang.“J–jason, ada apa?” tanya Yuna cemas, bahkan suaranya sedikit terbata. “Kamu nggak percaya kalau bisa segera berjalan?” tanyanya lagi. Jason menatapnya kesal.“Itu tidak penting untukku!” jawab Jason tegas.Kemudian lelaki itu menoleh pada dokter Aaron. Wajah dokter bermata sipit itu menatap heran dan bingung dengan reaksi Jason. Lelaki tampan yang masih terbaring itu membaca name tag pada jas putihnya agar tak salah menyebut mamanya.“Dokter Aaron, bisa tolong bawa wanita ini keluar! Wajah jeleknya mengganggu pandanganku! Dia lebih butuh perawatan daripada aku,” titah Jason lugas.Dokter Aaron sedikit tersentak. Ia bisa menangkap tujuan Jason yang mengkhawatirkan Yuna. Sementara dokter cantik itu terlihat salah tingkah. Ia terlalu gembira dengan perubahan lelaki tercintanya.“A–aku tidak apa-apa, Jason. Ini tidak sakit, kok!” seru Yuna seraya meraba wajahnya.Tentu saja Jason berdesis kesal. “Ka
“Ada apa ini? Kenapa kamu tiba-tiba menjadi ekspresif?” tanya Jason tiba-tiba curiga.“Memangnya nggak boleh kalau aku mengekspresikan perasaanku?” sahut Yuna langsung dengan tatapan sedikit merajuk, reaksi Jason tak sesuai dugaannya.Lelaki itu tertawa kecil. Kemudian ia mengecup kening Yuna lembut sebelum memeluknya lagi. Jason mendekap hangat tubuh wanitanya hingga ia hatinya benar-benar tenang.“Maafkan aku, Yuna,” ucap Jason lirih, tanpa sadar air matanya menetes.Sontak saja Yuna melepaskan pelukannya. Posisinya yang dipeluk Jason dalam keadaan miring di atas ranjang, hanya perlu menaikkan wajahnya untuk melihat wajah lelakinya. Ia tertegun melihat air mata lelaki itu. “Kenapa minta maaf?” tanya Yuna pilu seraya menghapus air mata lelaki itu.“Aku pernah melihatmu ditampar oleh Ryan, tetapi aku terlalu pengecut tak berani menyelamatkanmu. Saat itu aku pikir kalian hanyalah pertengkaran kekasih dan tak ingin terlibat dalam masalah kalian ... aku juga takut akan memperburuk keada
“Kenapa tak mengabariku kalau tuan Jason memperpanjang perjalanan bisnisnya? Dan kenapa kamu tidak menolaknya, hah? Apa kamu melupakanku yang terus menunggumu?” cecar Ryan pada Yuna dari balik panggilan telepon. Suaranya terdengar meninggi.Dokter cantik itu menghela napas kesal. Sementara Jason tengah menikmati sarapannya seraya memperhatikan dirinya yang menjawab telepon di atas sofa dekat jendela. Yuna memberi isyarat agar lelaki tampan itu menahan dirinya untuk tak bersuara dan Jason hanya tersenyum menggoda.Mereka seolah tengah berselingkuh dari Ryan. Entah benar atau tidak, keduanya tak peduli. Ryan yang lebih dahulu menyakiti Yuna dan ia hanya membalas perbuatan bajingan itu.“Ayolah, Ryan! Kamu bukan anak kecil, aku ini dokter pribadi tuan Jason. Jadi, sudah pasti aku tak akan bisa menolak dan tak ada kewajibanku untuk melaporkan semua kegiatan tuan Jason padamu, benar ‘kan?” sahut Yuna pura-pura menjelaskan dengan hati-hati.“Apa? Tak ada kewajiban katamu?” balas Ryan langsu
“Ada apa, Ryan?”Lelaki dengan rambut coklat itu tersentak. Pikirannya yang tengah berkecamuk setelah selesai berbincang dengan Yuna di telepon tadi segera menoleh. Vina, suara yang menanyainya tadi menatapnya heran.“Kenapa wajahmu tiba-tiba tegang gitu?” tanya Vina lagi, dengan tatapan semakin heran.“Yuna ….” Ryan menjawab dengan tatapan ragu dan masih terkejut.“Yuna? Kenapa dengan dia?” tanya Vina menatap penuh selidik pada Ryan.Tak lama, tatapannya berubah curiga Ryan pada wanita di hadapannya. “Apa kamu pernah bercerita kalau kita sering bertemu pada Yuna?” tanyanya.Vina memasang raut wajah bingung. Ia belum bisa mencerna arah pertanyaan Ryan. Kemudian ia tersenyum mencoba memberikan ketenangan pada lelaki tersebut.“Yuna kenapa, Ryan? Kenapa kamu tiba-tiba terlihat seperti orang yang ketakutan?” Vina bertanya dengan nada hati-hati.“Jawab saja pertanyaanku tadi!” bentak Ryan mengejutkan Vina. Wanita itu tersentak. Ryan terlihat menakutkan, padahal ia hanya berusaha menghibu
“Masih sakit?” tanya Jason menyentuh ujung bibir Yuna yang terluka.“Sedikit,” jawab Yuna tanpa melepaskan tangannya yang masih mengalung di leher Jason.Lelaki itu tersenyum. Jarak wajah mereka hanya terpaut beberapa senti saja. Lelaki mendekatkan bibirnya mengecup lukanya lembut. Yuna tersenyum, tetapi ia memberikan tatapan tak puas.“Ini!” tunjuk Yuna dengan nada manja pada pelipis matanya. Terdapat lebam juga di sana.Jason tersenyum sebentar, lalu mengecup lebam yang ditunjuk wanitanya. Yuna tak lagi malu menunjukkan wajah merayu dan menggoda. Lelaki di hadapannya seolah semakin tertantang.“Sepertinya kamu sedang senang? Tak takut ketahuan oleh pacarmu?” sindir Jason membalas tatapan menggodanya Yuna. Ia bahkan memeluk pinggang ramping dokter pribadinya.“Biarkan saja dia tahu, saat ini aku hanya menginginkanmu,” sahut Yuna berbisik semakin berani.Tatapan Jason berubah curiga. Yuna semakin menantangnya. Tentu saja ia menerimanya. Tangannya menarik kasar rambut wanita itu, hingg
Yuna dan Jason saling bertukar pandang. Tak perlu bertanya ataupun bersuara, tatapan keduanya mengandung arti sepemikiran. Dokter cantik itu lantas mengambil alih tab di tangan Jason lalu memberikan senyuman santun pada ketiga tamu pasiennya.“Produknya sangat bagus dan penggunaannya sangat mudah,” ucap Yuna mengawali penjelasannya, sedikit berbasa basi saja. Kemudian ia memberikan tab tersebut pada dokter Damian. “Dengan sangat menyesal, aku tak bisa mengizinkan Tuan Jason menjalani perawatan lain. Alasannya karena aku dan dokter Aaron ... yang dikirimkan Tuan Wang tadi malam sudah membuat janji untuk menjalani terapi pada Tuan Jason hari ini hingga satu minggu ke depan,” jelasnya dengan nada hati-hati agar tak menyinggung perasaan mereka.“Tapi, alat ini bisa digunakan di sela terapi, Dokter Yuna. Jadi, Anda bisa menggunakannya setelah selesai terapi ... anggap saja sebagai penunjang. Jika kita sakit, lalu minum vitamin dan makan makanan yang bergizi agar cepat sembuh ... semacam i
“Tuan Wang harus disadarkan agar dia tak salah melangkah,” ucap Jason berat.Biasanya lelaki itu tak peduli dengan orang lain. Entah kenapa tiba-tiba hatinya tergerak untuk membantu tuan Wang? Ia lantas menghela napas panjang nan berat, mencoba menyingkirkan perasaan tersebut.“Sepertinya memang begitu. Tapi, untuk saat ini lebih baik fokus pada kesehatanmu, Jason! Kamu harus bisa membuktikan bisa berjalan agar mereka tak mencibirmu karena menolak tawaran.” Suara Yuna terdengar lugas dan lantang.Tatapannya mengisyaratkan penuh penekanan dan kesungguhan. Jason bahkan melihat garis sakit hati pada wajah wanitanya. Lelaki tampan itu lantas mengangguk. Yuna benar, fokusnya saat ini adalah kesembuhannya.“Tentu saja, aku pasti bisa berjalan lagi. Seperti katamu, mereka tak berhak menjadikanku kelinci percobaan untuk produk mereka,” tegas Jason yakin.“Apa maksudnya, Tuan Jason?” sela dokter Aaron bertanya.Keduanya lupa, jika dokter Aaron berada di antara mereka. Yuna pun memberi penjelas
Tak ada lagi halangan menuju hari pernikahan Jason dan Yuna. Semuanya terencana dengan baik. Vincent Wang dan ayahnya serta beberapa investor Hongkong bahkan menyempatkan diri untuk menghadiri pernikahan Jason dan Yuna. Persidangan kasus Arka, Elsa, Teguh—mantan suaminya Elsa dan Tamara, sudah mendekati akhir. Akan tetapi, sudah dipastikan mereka mendapatkan hukuman setimpal. Bukan itu saja, beberapa petugas yang dulu terlibat dan terbukti membantu mereka, sudah mendapatkan hukumannya. Damian, pengacaranya Jason dan Adam memastikan semuanya mendapatkan hukuman. Hingga malam di hari pernikahan tiba, Yuna kembali ke kediamannya dan berbincang bersama pamannya. Ia akan semakin merindukan Dimas, padahal selama ini Yuna jarang berada di rumah. Bahkan Yuna tak malu menggelayut manja pada pamannya yang sudah dianggapnya seperti pengganti ayahnya. “Apa kamu tidak malu terus menggelayut seperti anak kecil?” celetuk Dimas seraya melirik wajah Yuna yang bersandar di bahunya, tetapi ia tersenyu
“Ada apa, Adam? Ada masalah?” tanya Jason setelah berada di samping sahabatnya.Adam hanya tersenyum tipis, enggan menjawab. Kemudian ia memutar tubuhnya menatap gedung megah di sana, lalu mengedarkan pandangannya mencari seseorang. “Sudah selesai? Di mana dokter Yuna?” tanyanya seraya menatap pada Jason.“Yuna menunggu di kafe itu.” Jason menunjuk bangunan kafe di samping gedung.“Memangnya ada yang belum selesai dengan persiapan gedungnya?” tanya Adam dengan raut wajah bingung.Jason menghela napas berat. Ia tahu Adam hanya berusaha menghindari pertanyaan darinya. Ya, sahabatnya itu sedikit tertutup untuk masalah pribadi jika dirinya tak mendesak atau mencari tahu sendiri masalah yang sedang dihadapi Adam.“Ya, memang ada yang belum selesai ... kamu, Adam,” sahut Jason seraya berpindah duduk pada bangku di samping taman bunga, tepi mobilnya terparkir.“Aku? Memangnya ada apa denganku?” tunjuk Adam pada dirinya. Ia semakin memasang wajah bingung.Pria tampan itu tak segera menjawab.
Informasi yang diberikan Rina begitu mengejutkan. Racun arsenik itu berasal dari kelompoknya Teguh Gunawan–mantan suaminya Elsa. Bahkan informasi yang diberikan Rina di luar dugaan yang lainnya.Perawat cantik itu bahkan menemukan tempat persembunyian kelompok mafianya Teguh. Tak menyangga wanita yang terlihat lugu, ternyata memiliki kontribusi besar. Yuna bahkan bangga menjadi sahabat baiknya.Jason langsung bertindak cepat. Akan tetapi, ia memastikan pihak kepolisian yang menangani kasus tersebut benar-benar bersih. Tentu saja selama ini dirinya dan Adam dibantu Rocky menyelidiki para polisi yang bekerja untuk Elsa. Serta para mafia polisi yang tunduk pada kelompoknya Teguh sudah pasti tak bisa berkutik.Damian Alexander, pengacaranya Jason dengan senang hati mengurus semua mafia polisi tersebut. Apa lagi semua bukti yang Jason kumpulkan sangatlah kuat. Bukti tambahan ponselnya Vina, serta bukti penyelidikan Brian yang menunjukkan jelas jika kecelakaan Jason disengaja dan pelakunya
“E–elsa? Papa yakin?” tanya Jason terbata dengan tatapan tak percaya.Brian mengangguk lemah dalam posisi tidurnya. Jason terdiam syok, hingga tubuhnya tampak mematung. Bahkan ia tampak seperti orang linglung menatap wajah papanya.Bukan karena Jason tak percaya pelakunya adalah Elsa, tetapi ia mencemaskan keadaan Brian. Justru karena ia memperkirakan pelakunya adalah Elsa ataupun Arka. Jujur saja ia ingin mencecar papanya, tetapi Yuna sudah menarik kedua bahunya menjauh dari tubuh Brian.“Cukup, Jason! Kita masih punya banyak waktu.” Yuna memberi nasehat.Tepat saat Jason mengangguk pasrah, pintu ruangan tersebut ada yang mengetuk. Tak lama langsung terbuka. Dokter Rudi datang dengan Rina, sahabat baiknya Yuna sekaligus satu-satunya perawat yang mengetahui keadaan Brian.“Kita beri ruang agar Dokter Rudi memeriksa keadaan papamu!” ucap Yuna seraya membawa tubuh Jason menjauh dari ranjang brankar Brian.Dokter cantik itu lantas mengangguk pada dokter Rudi, isyarat agar dia segera meme
“Mungkin saya punya informasi yang membantu untuk Tuan Jason.” Rocky berkata setelah memastikan fokus mereka selesai dengan informasi tentang Vina. Sontak saja, Jason, Yuna dan Adam menoleh padanya. Ketiganya menunggu penjelasannya dengan wajah sigap. Rocky mengeluarkan beberapa lembar foto dari saku dalam jasnya, lalu menjajarkan di atas meja yang menjadi pembatas mereka. “Sebenarnya tadi itu aku dan anak buahku sedang meninjau tempat Tuan Jason kecelakaan setelah menemukan beberapa bukti, lalu Tuan memberitahu kalau Adam sedang dalam bahaya di jalur tersebut ... itulah sebabnya kami datang lebih cepat,” jelas Rocky terdengar melegakan. Adam tersenyum lega. Semua ini memang bukan kebetulan, tetapi hal tersebut berkat kesigapan Jason. Rocky lantas melanjutkan penjelasannya. “Saya berhasil menemukan keberadaan keluarga dari supir truk yang menjadi tersangka penabrakan Tuan Jason. Lalu beberapa bukti jika kecelakaan tersebut sudah direkayasa,” jelas Rocky seraya menunjuk beberapa fo
Adam pantas untuk merasa tenang dan tak perlu panik. Bantuan dari Rocky—anak buahnya Jason datang lebih cepat. Tentu saja Adam tahu kehadiran mereka dari cara mereka memberi sinyal. Dua mobil dari belakang langsung menyalip kendaraan yang sedari tadi diduga orang yang hendak mencelakainya serta menggiringnya menuju arah jalan tempat Jason kecelakaan. Sementara dua mobil lainnya mengamankan kendaraan yang mengikuti Adam.Kini dua mobil itu mengawalnya hingga Adam memilih kembali ke rumah sakit. Jason langsung menyambutnya dan memeluk sebentar lalu ia berpindah pada anak buahnya yang berada di belakang Adam. “Terima kasih, kalian memang selalu bisa diandalkan,” ucapnya pada mereka.“Sama-sama, Tuan Jason. Ini adalah tugas kami,” sahut lelaki yang berada di paling kiri. Jumlah mereka enam orang dan semuanya berpakaian formal.“Ah, Tuan. Saya baru saja menerima pesan dari anak buahku yang kutugaskan mencari keberadaan—“ ucap lelaki tadi terhenti. Jason menempelkan jari telunjuknya di dep
“Apa?” Jason terkejut dengan ucapan Adam dari balik telepon. Wajah pria tampan itu langsung berubah pucat dan cemas, serta panik. Ia bahkan refleks berdiri dan mengacak rambut belakangnya, frutasi. Yuna yang berada di sampingnya pun ikut bangkit merasakan kecemasan Jason. “Apa yang terjadi, Jason?” tanya Yuna panik. Jason hanya memberi isyarat untuk tenang dengan mengangkat tangan kanannya. Ia lantas fokus pada ponselnya. “Dengarkan aku, Adam! Tetap tenang dan jangan putuskan sambungan teleponnya! Terus beri laporan padaku kondisi terkinimu, mengerti!” perintahnya. “Baik, Jason. Tolong bantu aku secepatnya,” sahut Adam terdengar panik. “Tentu, aku pasti akan membantumu dan tak akan tinggal diam,” balas Jason cepat. “Aku akan meminta Rocky untuk mengirimkan anak buahnya dan secepatnya menjemputmu,” pungkasnya menenangkan. Terdengar jelas suara Adam mengatur napasnya dari balik telepon. Tentu saja, Jason dapat merasakan bagaimana cemasnya Adam, dirinya sudah pernah mengalami hal te
“Sepertinya habis batre. Aku selalu lupa charger ponsel dan biasanya diisi daya jika sedang dalam perjalanan di mobil,” ucap Adam diakhiri senyuman canggung.“Bisa tolong buka laci dasbor di hadapanmu? Aku menyimpan alat pengisi dayanya di sana.” Adam menunjuk laci di hadapan Tamara.Wajah wanita cantik itu yang semula tegang kini tampak terlihat lega. Ia bahkan segera menuruti permintaan Adam, mengeluarkan alat mengisi daya ponselnya. “Berikan ponselmu padaku! Biarkan aku yang memasangkannya,” ujarnya.Adam mengangguk dan memberikan ponselnya pada Tamara. Wanita itu tampak cekatan dan memang sudah terbiasa melakukannya. Tanpa disadari Adam masih meliriknya curiga.Tentu saja yang dilakukan Adam tadi hanyalah pura-pura. Ia bukanlah pria bodoh seperti yang dikatakan Jason. Adam lebih mengandalkan intuisi dan nalurinya dalam berbisnis.Ya, pria tampan itu memiliki pemikiran yang sama dengan Jason. Tak ada sesuatu hal di dunia ini yang kebetulan, pemikiran mereka. Mungkin karena mereka s
“Aku akan mencoba menghubungi Adam. Saat ini dia sedang bersama dengan Tamara “ Jason berkata dengan tatapan cemas seraya menggulir beberapa kali layar ponselnya.Yuna hanya mengangguk. Wajahnya pun tak kalah cemas dengan lelakinya. Ia lantas menoleh ke arah ujung lorong tempat pria mencurigakan tadi menghilang.Tampaknya mereka lebih waspada atau sadar jika keberadaannya sudah diketahui. Yuna lantas menatap Jason yang tiba-tiba tersentak dengan kedua bola mata melotot. “Ada apa, Jason?” tanya Yuna langsung.“Adam menolak panggilanku,” sahut Jason langsung. “Akan kucoba lagi,” ujarnya seraya mengulang panggilan teleponnya.“Mungkin Adam tak sengaja menggeser ke tolak.” Yuna mencoba menenangkan.Jason mengangguk. Namun, ia kembali tersentak. Ponsel Adam tak bisa dihubungi. Pria tampan itu masih penasaran dan mencobanya sekali lagi.“Adam mematikan ponselnya,” tebak Jason disusul helaan napas berat. “Sepertinya Tamara sedang bersamanya,” tambahnya seraya memijat ujung alisnya.“Bagaiman