“Masih sakit?” tanya Jason menyentuh ujung bibir Yuna yang terluka.“Sedikit,” jawab Yuna tanpa melepaskan tangannya yang masih mengalung di leher Jason.Lelaki itu tersenyum. Jarak wajah mereka hanya terpaut beberapa senti saja. Lelaki mendekatkan bibirnya mengecup lukanya lembut. Yuna tersenyum, tetapi ia memberikan tatapan tak puas.“Ini!” tunjuk Yuna dengan nada manja pada pelipis matanya. Terdapat lebam juga di sana.Jason tersenyum sebentar, lalu mengecup lebam yang ditunjuk wanitanya. Yuna tak lagi malu menunjukkan wajah merayu dan menggoda. Lelaki di hadapannya seolah semakin tertantang.“Sepertinya kamu sedang senang? Tak takut ketahuan oleh pacarmu?” sindir Jason membalas tatapan menggodanya Yuna. Ia bahkan memeluk pinggang ramping dokter pribadinya.“Biarkan saja dia tahu, saat ini aku hanya menginginkanmu,” sahut Yuna berbisik semakin berani.Tatapan Jason berubah curiga. Yuna semakin menantangnya. Tentu saja ia menerimanya. Tangannya menarik kasar rambut wanita itu, hingg
Yuna dan Jason saling bertukar pandang. Tak perlu bertanya ataupun bersuara, tatapan keduanya mengandung arti sepemikiran. Dokter cantik itu lantas mengambil alih tab di tangan Jason lalu memberikan senyuman santun pada ketiga tamu pasiennya.“Produknya sangat bagus dan penggunaannya sangat mudah,” ucap Yuna mengawali penjelasannya, sedikit berbasa basi saja. Kemudian ia memberikan tab tersebut pada dokter Damian. “Dengan sangat menyesal, aku tak bisa mengizinkan Tuan Jason menjalani perawatan lain. Alasannya karena aku dan dokter Aaron ... yang dikirimkan Tuan Wang tadi malam sudah membuat janji untuk menjalani terapi pada Tuan Jason hari ini hingga satu minggu ke depan,” jelasnya dengan nada hati-hati agar tak menyinggung perasaan mereka.“Tapi, alat ini bisa digunakan di sela terapi, Dokter Yuna. Jadi, Anda bisa menggunakannya setelah selesai terapi ... anggap saja sebagai penunjang. Jika kita sakit, lalu minum vitamin dan makan makanan yang bergizi agar cepat sembuh ... semacam i
“Tuan Wang harus disadarkan agar dia tak salah melangkah,” ucap Jason berat.Biasanya lelaki itu tak peduli dengan orang lain. Entah kenapa tiba-tiba hatinya tergerak untuk membantu tuan Wang? Ia lantas menghela napas panjang nan berat, mencoba menyingkirkan perasaan tersebut.“Sepertinya memang begitu. Tapi, untuk saat ini lebih baik fokus pada kesehatanmu, Jason! Kamu harus bisa membuktikan bisa berjalan agar mereka tak mencibirmu karena menolak tawaran.” Suara Yuna terdengar lugas dan lantang.Tatapannya mengisyaratkan penuh penekanan dan kesungguhan. Jason bahkan melihat garis sakit hati pada wajah wanitanya. Lelaki tampan itu lantas mengangguk. Yuna benar, fokusnya saat ini adalah kesembuhannya.“Tentu saja, aku pasti bisa berjalan lagi. Seperti katamu, mereka tak berhak menjadikanku kelinci percobaan untuk produk mereka,” tegas Jason yakin.“Apa maksudnya, Tuan Jason?” sela dokter Aaron bertanya.Keduanya lupa, jika dokter Aaron berada di antara mereka. Yuna pun memberi penjelas
Jason menekan sebuah link berita yang dikirimkan oleh Brian pada pesan yang baru saja diterimanya. Lelaki itu juga menunjukkan isi berita yang baru saja terbuka pada Yuna. Dengan begitu, ia tak perlu memberikan penjelasan pada dokter pribadinya.Sebuah berita seputar perusahaannya. Tentu saja bukan berita baik, melainkan berita buruk. Serentak wajah keduanya terlihat memerah penuh kekesalan dan amarah.“Siapa yang berani melakukan ini semua?” kesal Yuna seraya mengepalkan kedua tangannya.Bagaimana tak kesal, dirinya diberitakan merayu Jason. Kehidupan pribadinya, hingga lisensi kedokterannya dipertanyakan. Ia kira gosip yang didengarnya dari karyawan kantornya Jason tak akan menyebar, tetapi kali ini sudah terlalu berlebihan.Dalam berita tersebut bahkan terlihat beberapa foto dirinya tengah memeluk Jason atau menyentuh tubuh lelaki tersebut. Walaupun wajah dirinya dan Jason disamarkan, tetapi tetap saja mereka menggunakan inisial yang mengarah langsung pada dirinya. Tubuh Yuna teras
“Tuan Jason, kita perlu bicara mengenai perusahaanmu.” “Tentu, Tuan Wang. Silahkan!” ucap Jason mempertahankan sikap santunnya. Tuan Wang dan putranya tampak saling bertukar pandang. Keduanya seolah saling bertanya untuk siapa yang lebih dahulu bersuara. Hingga akhirnya Vicky memilih melangkah sedikit maju dengan wajah terlihat dipenuhi rasa sesal. “Sebelumnya aku minta maaf, Tuan Jason. Entah dari mana aku menceritakannya,” ucap pria tampan itu bingung. “Biarkan papa saja yang berbicara!” Tuan Wang berkata seraya menepuk pundaknya. Putranya mengangguk dan mundur. Jason hanya diam mempersiapkan semua kemungkinan terburuknya. Ia bahkan tak berani menembak raut kebingungan Vicky dan tuan Wang saat ini. Hanya menunggu lelaki tua yang masih tampak gagah itu bersuara. “Mm ... begini, Tuan Jason. Aku menyesal atas semua kejadian yang melibatkan Anda dan ....” Tuan Wang tiba-tiba meragu saat menatap wajah tenangnya Jason. “Tidak apa-apa, Tuan Wang! Jangan ragu dan katakan saja tujuan
Tak menunggu lama, Jason dan Yuna langsung menaiki pesawat yang membawanya pulang ke Indonesia tanpa memberi kabar pada Brian—ayahnya. Bahkan Jason pun tak memberi kabar pada Adam. Hanya Dimas—pamannya Yuna yang diberi kabar dan dimintai tolong untuk menjemput mereka ke bandara.Semuanya atas rencana Jason. Tentu saja Dimas tak keberatan, apalagi dia tahu berita tentang perusahaan lelaki itu. Selama dalam perjalanan dari bandara barulah Jason menyalakan ponselnya mencari tahu perkembangan tentang perusahaannya.“Ada apa, Jason?” tanya Yuna menyadari lelaki itu tersentak saat menatap layar ponselnya.“Tidak apa-apa. Hanya sesuai dugaanku saja ... Adam mengabariku kalau para anggota dewan akan mengadakan rapat darurat yang dipimpin oleh papaku,” jawab Jason dengan raut wajah menahan
Suara ricuh dari mulut-mulut mereka yang mengatasnamakan anggota dewan komite perusahaan langsung terhenti saat pintu terbuka lebar. Jason dan Yuna masuk dengan penuh percaya diri. Dalam hati, Jason bersorak puas melihat wajah tegang dan terkejut mereka semua. Serentak mereka bagaikan patung menatap lamat tak percaya pada dirinya. Bahkan Brian yang memimpin hampir mengeluarkan kedua bola matanya. Bibir ayahnya bergetar, melafalkan namanya gagap. “J—jason?” “Iya, Tuan Brian. Saya Jason, CEO ABR Company Group,” jawab Jason penuh percaya diri. Kemudian CEO tampan itu memutar kursi rodanya menghadap meja persegi panjang, tempat para anggota dewan berada saling berhadapan. Lelaki tampan itu menunduk memberi hormat dan langsung menyadarkan tubuh mereka yang sedari tadi mematung. Serentak mereka kembali duduk dengan tenang tanpa diberi aba-aba. Hening sesaat, tak ada suara dari mereka. Bak seorang maling yang tertangkap basah, semuanya me
Yuna tersentak. Ia ingin protes, tetapi Jason menatapnya dengan sungguh-sungguh. Jantungnya berdegup kencang, perasaannya sungguh tak karuan.“Jason, apa yang kamu ucapkan? Kamu mempertaruhkan masa depanmu hanya untuk menutupi skandal perusahaanmu!” seru Brian memutuskan tatapan Yunda dan Jason.“Saya setuju dengan pendapat Tuan Brian. Anda tak perlu menikahi dokter pribadimu, Tuan Jason,” seru salah satu dari mereka.Jason tersenyum sinis. Lelaki tampan itu menatap ayahnya dan lelaki yang mendukung ucapan Brian tadi. Kemudian ia menoleh pada Yuna yang kini tertunduk, menyembunyikan perasaan hatinya. Tentunya Jason bisa menebak isi pikiran wanitanya itu.“Dokter Yuna sudah merubah masa depan saya menjadi lebih baik. Dia adalah orang yang paling berjasa dalam hidup saya,” ucap Jason lantang. “Saya rasa tak ada yang salah dengan rencana ini. Skandal saya dan Dokter Yuna bisa berakhir ... lalu pengobatan saya, tak akan ada kendala. Bukan begitu?” paparnya.Lelaki itu menunjukkan wajah su
Tak ada lagi halangan menuju hari pernikahan Jason dan Yuna. Semuanya terencana dengan baik. Vincent Wang dan ayahnya serta beberapa investor Hongkong bahkan menyempatkan diri untuk menghadiri pernikahan Jason dan Yuna. Persidangan kasus Arka, Elsa, Teguh—mantan suaminya Elsa dan Tamara, sudah mendekati akhir. Akan tetapi, sudah dipastikan mereka mendapatkan hukuman setimpal. Bukan itu saja, beberapa petugas yang dulu terlibat dan terbukti membantu mereka, sudah mendapatkan hukumannya. Damian, pengacaranya Jason dan Adam memastikan semuanya mendapatkan hukuman. Hingga malam di hari pernikahan tiba, Yuna kembali ke kediamannya dan berbincang bersama pamannya. Ia akan semakin merindukan Dimas, padahal selama ini Yuna jarang berada di rumah. Bahkan Yuna tak malu menggelayut manja pada pamannya yang sudah dianggapnya seperti pengganti ayahnya. “Apa kamu tidak malu terus menggelayut seperti anak kecil?” celetuk Dimas seraya melirik wajah Yuna yang bersandar di bahunya, tetapi ia tersenyu
“Ada apa, Adam? Ada masalah?” tanya Jason setelah berada di samping sahabatnya.Adam hanya tersenyum tipis, enggan menjawab. Kemudian ia memutar tubuhnya menatap gedung megah di sana, lalu mengedarkan pandangannya mencari seseorang. “Sudah selesai? Di mana dokter Yuna?” tanyanya seraya menatap pada Jason.“Yuna menunggu di kafe itu.” Jason menunjuk bangunan kafe di samping gedung.“Memangnya ada yang belum selesai dengan persiapan gedungnya?” tanya Adam dengan raut wajah bingung.Jason menghela napas berat. Ia tahu Adam hanya berusaha menghindari pertanyaan darinya. Ya, sahabatnya itu sedikit tertutup untuk masalah pribadi jika dirinya tak mendesak atau mencari tahu sendiri masalah yang sedang dihadapi Adam.“Ya, memang ada yang belum selesai ... kamu, Adam,” sahut Jason seraya berpindah duduk pada bangku di samping taman bunga, tepi mobilnya terparkir.“Aku? Memangnya ada apa denganku?” tunjuk Adam pada dirinya. Ia semakin memasang wajah bingung.Pria tampan itu tak segera menjawab.
Informasi yang diberikan Rina begitu mengejutkan. Racun arsenik itu berasal dari kelompoknya Teguh Gunawan–mantan suaminya Elsa. Bahkan informasi yang diberikan Rina di luar dugaan yang lainnya.Perawat cantik itu bahkan menemukan tempat persembunyian kelompok mafianya Teguh. Tak menyangga wanita yang terlihat lugu, ternyata memiliki kontribusi besar. Yuna bahkan bangga menjadi sahabat baiknya.Jason langsung bertindak cepat. Akan tetapi, ia memastikan pihak kepolisian yang menangani kasus tersebut benar-benar bersih. Tentu saja selama ini dirinya dan Adam dibantu Rocky menyelidiki para polisi yang bekerja untuk Elsa. Serta para mafia polisi yang tunduk pada kelompoknya Teguh sudah pasti tak bisa berkutik.Damian Alexander, pengacaranya Jason dengan senang hati mengurus semua mafia polisi tersebut. Apa lagi semua bukti yang Jason kumpulkan sangatlah kuat. Bukti tambahan ponselnya Vina, serta bukti penyelidikan Brian yang menunjukkan jelas jika kecelakaan Jason disengaja dan pelakunya
“E–elsa? Papa yakin?” tanya Jason terbata dengan tatapan tak percaya.Brian mengangguk lemah dalam posisi tidurnya. Jason terdiam syok, hingga tubuhnya tampak mematung. Bahkan ia tampak seperti orang linglung menatap wajah papanya.Bukan karena Jason tak percaya pelakunya adalah Elsa, tetapi ia mencemaskan keadaan Brian. Justru karena ia memperkirakan pelakunya adalah Elsa ataupun Arka. Jujur saja ia ingin mencecar papanya, tetapi Yuna sudah menarik kedua bahunya menjauh dari tubuh Brian.“Cukup, Jason! Kita masih punya banyak waktu.” Yuna memberi nasehat.Tepat saat Jason mengangguk pasrah, pintu ruangan tersebut ada yang mengetuk. Tak lama langsung terbuka. Dokter Rudi datang dengan Rina, sahabat baiknya Yuna sekaligus satu-satunya perawat yang mengetahui keadaan Brian.“Kita beri ruang agar Dokter Rudi memeriksa keadaan papamu!” ucap Yuna seraya membawa tubuh Jason menjauh dari ranjang brankar Brian.Dokter cantik itu lantas mengangguk pada dokter Rudi, isyarat agar dia segera meme
“Mungkin saya punya informasi yang membantu untuk Tuan Jason.” Rocky berkata setelah memastikan fokus mereka selesai dengan informasi tentang Vina. Sontak saja, Jason, Yuna dan Adam menoleh padanya. Ketiganya menunggu penjelasannya dengan wajah sigap. Rocky mengeluarkan beberapa lembar foto dari saku dalam jasnya, lalu menjajarkan di atas meja yang menjadi pembatas mereka. “Sebenarnya tadi itu aku dan anak buahku sedang meninjau tempat Tuan Jason kecelakaan setelah menemukan beberapa bukti, lalu Tuan memberitahu kalau Adam sedang dalam bahaya di jalur tersebut ... itulah sebabnya kami datang lebih cepat,” jelas Rocky terdengar melegakan. Adam tersenyum lega. Semua ini memang bukan kebetulan, tetapi hal tersebut berkat kesigapan Jason. Rocky lantas melanjutkan penjelasannya. “Saya berhasil menemukan keberadaan keluarga dari supir truk yang menjadi tersangka penabrakan Tuan Jason. Lalu beberapa bukti jika kecelakaan tersebut sudah direkayasa,” jelas Rocky seraya menunjuk beberapa fo
Adam pantas untuk merasa tenang dan tak perlu panik. Bantuan dari Rocky—anak buahnya Jason datang lebih cepat. Tentu saja Adam tahu kehadiran mereka dari cara mereka memberi sinyal. Dua mobil dari belakang langsung menyalip kendaraan yang sedari tadi diduga orang yang hendak mencelakainya serta menggiringnya menuju arah jalan tempat Jason kecelakaan. Sementara dua mobil lainnya mengamankan kendaraan yang mengikuti Adam.Kini dua mobil itu mengawalnya hingga Adam memilih kembali ke rumah sakit. Jason langsung menyambutnya dan memeluk sebentar lalu ia berpindah pada anak buahnya yang berada di belakang Adam. “Terima kasih, kalian memang selalu bisa diandalkan,” ucapnya pada mereka.“Sama-sama, Tuan Jason. Ini adalah tugas kami,” sahut lelaki yang berada di paling kiri. Jumlah mereka enam orang dan semuanya berpakaian formal.“Ah, Tuan. Saya baru saja menerima pesan dari anak buahku yang kutugaskan mencari keberadaan—“ ucap lelaki tadi terhenti. Jason menempelkan jari telunjuknya di dep
“Apa?” Jason terkejut dengan ucapan Adam dari balik telepon. Wajah pria tampan itu langsung berubah pucat dan cemas, serta panik. Ia bahkan refleks berdiri dan mengacak rambut belakangnya, frutasi. Yuna yang berada di sampingnya pun ikut bangkit merasakan kecemasan Jason. “Apa yang terjadi, Jason?” tanya Yuna panik. Jason hanya memberi isyarat untuk tenang dengan mengangkat tangan kanannya. Ia lantas fokus pada ponselnya. “Dengarkan aku, Adam! Tetap tenang dan jangan putuskan sambungan teleponnya! Terus beri laporan padaku kondisi terkinimu, mengerti!” perintahnya. “Baik, Jason. Tolong bantu aku secepatnya,” sahut Adam terdengar panik. “Tentu, aku pasti akan membantumu dan tak akan tinggal diam,” balas Jason cepat. “Aku akan meminta Rocky untuk mengirimkan anak buahnya dan secepatnya menjemputmu,” pungkasnya menenangkan. Terdengar jelas suara Adam mengatur napasnya dari balik telepon. Tentu saja, Jason dapat merasakan bagaimana cemasnya Adam, dirinya sudah pernah mengalami hal te
“Sepertinya habis batre. Aku selalu lupa charger ponsel dan biasanya diisi daya jika sedang dalam perjalanan di mobil,” ucap Adam diakhiri senyuman canggung.“Bisa tolong buka laci dasbor di hadapanmu? Aku menyimpan alat pengisi dayanya di sana.” Adam menunjuk laci di hadapan Tamara.Wajah wanita cantik itu yang semula tegang kini tampak terlihat lega. Ia bahkan segera menuruti permintaan Adam, mengeluarkan alat mengisi daya ponselnya. “Berikan ponselmu padaku! Biarkan aku yang memasangkannya,” ujarnya.Adam mengangguk dan memberikan ponselnya pada Tamara. Wanita itu tampak cekatan dan memang sudah terbiasa melakukannya. Tanpa disadari Adam masih meliriknya curiga.Tentu saja yang dilakukan Adam tadi hanyalah pura-pura. Ia bukanlah pria bodoh seperti yang dikatakan Jason. Adam lebih mengandalkan intuisi dan nalurinya dalam berbisnis.Ya, pria tampan itu memiliki pemikiran yang sama dengan Jason. Tak ada sesuatu hal di dunia ini yang kebetulan, pemikiran mereka. Mungkin karena mereka s
“Aku akan mencoba menghubungi Adam. Saat ini dia sedang bersama dengan Tamara “ Jason berkata dengan tatapan cemas seraya menggulir beberapa kali layar ponselnya.Yuna hanya mengangguk. Wajahnya pun tak kalah cemas dengan lelakinya. Ia lantas menoleh ke arah ujung lorong tempat pria mencurigakan tadi menghilang.Tampaknya mereka lebih waspada atau sadar jika keberadaannya sudah diketahui. Yuna lantas menatap Jason yang tiba-tiba tersentak dengan kedua bola mata melotot. “Ada apa, Jason?” tanya Yuna langsung.“Adam menolak panggilanku,” sahut Jason langsung. “Akan kucoba lagi,” ujarnya seraya mengulang panggilan teleponnya.“Mungkin Adam tak sengaja menggeser ke tolak.” Yuna mencoba menenangkan.Jason mengangguk. Namun, ia kembali tersentak. Ponsel Adam tak bisa dihubungi. Pria tampan itu masih penasaran dan mencobanya sekali lagi.“Adam mematikan ponselnya,” tebak Jason disusul helaan napas berat. “Sepertinya Tamara sedang bersamanya,” tambahnya seraya memijat ujung alisnya.“Bagaiman