Share

Istri Figuran Tuan Muda
Istri Figuran Tuan Muda
Penulis: Cheesecake

Pernikahan Terburuk

"Kalian semua harus bertanggung jawab atas apa yang terjadi hari ini!" Suara seorang wanita paruh baya terdengar lugas dengan wajah merah padam yang terlihat jelas pada kulit putihnya.

"M-maafkan anak kami, s-saya mohon maaf, Nyonya!" jawab Jimmy gugup.

"Kau pikir dengan meminta maaf semua ini akan selesai? Keluarga kalian benar-benar mencoreng nama baik keluarga Dinata! Lihat saja apa yang akan saya lakukan pada bisnis kalian!" ucap Catherine murka.

Jimmy dan Rieta terlihat pucat pasi menghadapi kemarahan pasangan Catherine dan Chandra Dinata. Perbuatan putri sulungnya yang kabur bersama pria lain saat hari pernikahannya membuat posisi keduanya berada diujung tanduk.

"Kami akan menarik seluruh saham yang kami tanam, saya sudah tidak peduli jika kalian akan jatuh miskin saat ini juga!" ancam Catherine kembali.

"J-jangan, Nyonya. Saya akan melakukan apapun untuk menebus kesalahan putri saya. Saya mohon!" pinta Jimmy berlutut.

"Saya bersedia menggantikan posisi Kak Chintya untuk menikah." Jelita yang sedari tadi duduk terdiam sambil memegang secarik kertas surat itu pun mulai membuka suara. Kedua mata orang tuanya seketika berbinar, berbeda dengan Catherine yang terlihat tak senang.

Catherine berjalan mendekati Jelita lalu mencengkram kedua pipi gadis itu dengan tangan kanannya."Kamu?"

"Ya, Saya! Bukankah Anda butuh menyelamatkan nama baik keluarga Anda?" Jelita berucap dengan ekspresi wajah datar, kedua matanya masih terlihat memerah dengan perasaan sesak di dalam hati.

"Hah, apa kamu sadar kamu siapa? Kamu hanya anak pungut dari panti asuhan! Beraninya mengajukan pernikahan dengan keluarga Dinata!" pekik Catherine sinis.

Jelita menghela napasnya dan kembali menatap lekat sepasang lensa mata biru wanita berdarah Inggris itu. Jelita menjawab dengan lugas, "Saya adalah seorang dokter muda, prestasi akademik saya pun bagus. Saya tidak akan pernah mencoreng nama baik keluarga Anda hanya karena latar belakang saya."

"Beraninya!" geram Catherine sambil mengangkat tangan kanannya untuk bersiap menampar Jelita. Namun tiba-tiba Chandra menepuk pundak sang istri dan berkata, "Benar apa katanya, kita sudah tak punya waktu. Lagipula dia tidak seburuk itu, bahkan bisa lebih baik daripada Mark harus menikahi wanita yang telah mengandung anak dari pria lain."

"Terserah!" ucap Catherine terpaksa.

Catherine berjalan keluar ruangan dan memanggil seseorang dari ambang pintu. "Hey kau! Rias dia dengan baik, jangan sampai wajah lusuhnya itu terlihat," pekiknya lalu segera meninggalkan ruangan ganti pengantin dan disusul oleh suaminya.

Jelita hanya terduduk diam, sorot matanya kosong kedepan. Pundaknya ditepuk oleh Jimmy dan Rieta, pasangan yang mengadopsinya sejak Jelita berusia 14 tahun.

"Bagus, Nak! Berkatmu perusahaan kita tidak jadi terancam gulung tikar," ucap Jimmy senang.

"Betul! Biarkan saja Adimas bersama Chintya, toh kamu sudah mendapatkan seorang pria idaman. Sekarang kamu akan menjadi menantu keluarga Dinata!" seru Rieta.

Jelita hanya diam sambil meremas surat yang masih ia genggam. Hatinya terasa sakit, tetapi hutang budi membuat dirinya terkekang dan tak mampu menunjukkan emosinya.

***

"Sudah siap?" tanya penghulu saat melihat Chandra mulai memasuki ruangan dilaksanakannya akad nikah.

"Ya!" Chandra menjawab lugas dan tak lama terlihat sosok pengantin wanita yang didampingi oleh kedua orang tuanya. Seluruh perhatian tamu tertuju pada wajah cantik pengantin wanita, begitu pula dengan Mark yang langsung menoleh ke arah orang tuanya.

Chandra meletakkan jari telunjuknya tepat di depan bibir, dan Mark pun kembali menghadap penghulu dengan raut wajahnya yang tenang.

Akad nikah pun berjalan dengan lancar, begitu pula dengan resepsi yang diadakan setelahnya. Seolah tak terjadi peristiwa apapun, semua tampak sempurna bak pernikahan impian walaupun bagi Jelita hanya sebuah kamuflase semata.

Brak!

"Apa yang terjadi sebenarnya?"

Pintu dibuka dengan kasar, mengangetkan keluarga kedua mempelai yang tengah beristirahat setelah pesta usai. Jelita bangkit dari tempatnya duduk dan memberikan selembar kertas yang telah terlihat kusut.

Mark Dinata, pria yang kini mengemban jabatan sebagai CEO Dinata Group sekaligus pewaris perusahaan retail dan provider itu menatap Jelita dengan dingin. 

"Bacalah," ucap Jelita tenang.

Mark segera meraih surat tersebut lalu membacanya, semakin lama ia baca maka rahangnya kian mengeras. "Siapa pria itu?"

Hening, tidak ada yang menjawab. Kedua orang tua Chintya terdiam dan terus menunduk.

"Kenapa diam?" Mark menatap Jelita dengan tajam, sebelum bertanya lagi, "Siapa dia?"

Jelita menghela napasnya dan berkata, "Dia, tunanganku."

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nathan Ryuu
nah nah kaann. hm, dasar mokondo.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status