Share

Bab 13

Mobil David adalah Mobil Toyota berwarna abu-abu dengan tampilan yang sederhana, seperti perlakuan yang diberikan David padanya, lembut dan damai.

Berbanding terbalik dengan Leo.

Pria berhati dingin itu mengendarai Mobil BMW berwarna hitam, sebuah mobil mewah seharga lebih dari 4 miliar yang sangat menarik perhatian semua orang.

Kenapa memikirkan Leo?

Clara menggigit bibir bawahnya karena frustasi dan melihat ke luar jendela mobil.

Mobil David baru saja meninggalkan gerbang rumah Keluarga Xander ketika Tante Amina baru saja kembali bersama Bibi Diana. Bibi Diana terkejut dan berkata, “Nyonya, apakah itu mobil Tuan David?”

Tante Amina pun mengangguk dan berkata, “Ada apa memangnya?”

Bibi Diana ragu-ragu berkata, “Saya baru saja melihat … Nyonya Clara ada di dalam mobil itu bersama Tuan David.”

Ekspresi Tante Amina menjadi suram dan berkata, “Apakah kamu tidak salah liat?”

Bibi Diana mengangguk dengan sungguh-sungguh dan berkata, “Tidak, Nyonya Clara sedang duduk di kursi penumpang dan Tuan David sedang mengobrol dan tertawa dengannya.”

Tante Amina terdiam dan melihat keluar gerbang dengan ekspresi muram. “Mari kita cari tahu bagaimana mereka berdua bisa bertemu,” ujar Tante Amina.

Perihal Clara dan David, setelah mereka berdua sampai di rumah sakit, mereka langsung bergegas menuju ke bangsal tempat neneknya Clara dirawat.

Clara mendengar suara tertawa neneknya dari depan pintu. Melalui pintu kaca, Clara melihat perawat sedang menceritakan lelucon kepada nenek.

Melihat senyum lembut nenek, hatinya pun terenyuh.

Saat Clara mendorong pintu, nenek pun menoleh dan melihatnya. Mata nenek seakan bersinar dan berteriak seru, “Clara!”

Nenek sangat gembira dan Clara segera berlari untuk membantunya. Clara menggelengkan kepalanya dan memberi isyarat, “Kondisi Nenek baru saja membaik, Nenek tidak bisa begitu saja bangkit, Nenek harus lebih banyak istirahat.”

Nenek mengikuti perkataan cucunya dan berbaring kembali sambil tertawa. “Tubuhku masih kuat dan aku merasa penuh energi,” ujar nenek.

Clara tersenyum lalu mengupas dan memotong apel untuknya, lalu menaruh potongan apel itu ke dalam mangkuk. Dia lalu menambahkan garpu kecil yang dibawanya dan memberikannya kepada nenek.

Nenek semakin tua yang terlihat dari kerutan di sekitar matanya. Melihat Clara begitu bersikap dewasa, air mata nenek mengalir. “Cucuku yang baik, maaf Nenek telah menyusahkanmu,” ungkap nenek.

Clara menggelengkan kepalanya perlahan dan memberi isyarat, “Kita adalah keluarga, tidak boleh berkata seperti itu. Nenek harus menjaga diri Nenek baik-baik agar bisa pulih secepatnya. Nanti, aku akan membawa Nenek berlibur. Bukankah Nenek bilang, Nenek paling suka mengunjungi Grana untuk melihat pegunungan yang tertutup salju?”

Nenek tersenyum dengan berlinang air mata dan berkata, “Baiklah, kalau begitu Nenek harus segera pulih.”

Interaksi hangat yang terjadi membuat David terharu. Meskipun dia tidak pernah memiliki ayah sejak kecil, ibunya telah memberinya banyak kasih sayang dan tidak pernah berbuat kasar padanya.

Hubungan antara Clara dan neneknya masih sangat menyentuh hati David.

David berbicara dengan suara lembut dan menenangkan, “Nona Clara, aku baru saja bertanya kepada perawat. Keadaan nenekmu sekarang baik-baik saja. Aku akan menyiapkan beberapa daftar pemeriksaan yang harus nenekmu jalani dan nanti kamu bisa membawanya menemuiku di kantor.”

Clara tiba-tiba teringat bahwa David masih di situ dan dia merasa tidak enak karena mengabaikannya, dia mengisyaratkan kepada David, “Terima kasih, Dokter David. Aku sangat berterima kasih untuk beberapa hari ini, Anda orang yang sangat baik.”

David tidak bisa memahami bahasa isyaratnya yang rumit, tetapi neneknya Clara menjelaskan ulang kepadanya.

“Ini bukan apa-apa, memang sudah seharusnya begitu,“ David tersenyum. Setelah dia pergi, nenek mengedipkan mata dan menggoda Clara, berkata, “Cucuku sayang, apakah pemuda tampan itu pacarmu? Nenek sudah lama dalam kondisi koma. Kenapa kamu tidak cerita kepada Nenek?”

Clara terkejut dan tidak menyangka neneknya akan salah paham tentang dirinya dan David.

Nenek sudah lama koma dan tidak tahu apa yang sudah terjadi akhir-akhir ini. Clara juga tidak mau menceritakan tentang pernikahannya agar neneknya tetap merasa tenang. Jadi, Clara hanya menggelengkan kepalanya dan berkata dengan bahasa isyarat, “Tidak, Nek. Dia adalah dokter yang membantu kita sebelum-sebelumnya. Dia orang yang sangat baik.”

Meski nenek sedikit kecewa, dia tetap merasa lega. Cucunya sangat luar biasa dan cepat atau lambat, dia yakin, cucunya akan bertemu dengan pasangan yang benar-benar bisa memperlakukannya dengan baik.

Setelah menemani neneknya sepanjang hari, Clara akhirnya meninggalkan bangsal tempat neneknya dirawat dan pergi ke kantor kepala rumah sakit untuk menanyakan berapa banyak uang yang perlu dibayar untuk operasi besar berikutnya.

Tanpa diduga, kepala rumah sakit itu tersenyum dan menjawab, “Nona Clara tidak perlu khawatir. Sudah ada yang membayarkan biaya operasinya. Operasinya akan dijadwalkan hari Senin depan, oleh karena itu Anda tidak perlu membayarnya lagi.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status