Untuk kenyamanan berbicara, ada guru bahasa isyarat yang dibawa oleh Leo ke kantor untuk membantu Clara.Clara menggertakkan gigi dan menatap tajam guru olahraga itu. “Orang yang ada di dalam video itu bukan saya, coba jelaskan,” ungkap Clara.“Kenapa bukan kamu?” ujar guru olahraga bersikeras. “Kamulah yang merayuku duluan saat itu.”“Kamu berbicara bohong,” ungkap Clara.Clara, dengan cepat, memberi isyarat, “Kenapa aku harus merayumu?”Leo mendengarkan kata-kata penerjemah itu dan dia terlihat sedang memikirkan sesuatu.Meskipun Clara bisu, dia adalah putri tertua Keluarga Tan. Sungguh sulit dipercaya kalau dia merayu seorang guru olahraga yang jelek.Guru olahraga, dengan percaya diri, berkata, “Kamu mengincar nilai tinggi dalam mata pelajaran olahraga. Sekolah tempat kamu mendaftar membutuhkan nilai bagus di semua mata pelajaran, tetapi nilai mata pelajaran olahragamu terlalu rendah. Kamu gagal merayuku dan mengancamku dengan video itu. Aku tidak punya pilihan, selain mengubah nil
Clara digendong ke dalam mobil oleh Leo, seolah-olah seperti di dalam mimpi, dan rasa sakit di lututnya tidak lagi terasa. Untuk pertama kalinya, dia merasa pria ini tidak sedingin dan sekejam yang terlihat dari luar.Duduk di dalam mobil, Clara memandangnya dan bertanya, “Kenapa kamu menolongku?”Pertanyaan yang dia tanya di kantor kepala sekolah tadi belum dijawab oleh Leo.Terlalu terlibat dalam menyelesaikan masalah ini dengan menggunakan triknya sendiri adalah hal yang sebenarnya tidak mau Leo lakukan. Leo mengerutkan kening melihat gestur Clara. Meskipun dia tidak bisa mengerti bahasa isyarat, dia bisa mengetahui maksud Clara dari tatapan terima kasihnya.“Kamu tidak perlu berterima kasih kepadaku, aku di sini bukan karenamu,” ujar Leo.Nada bicara Leo sedingin ekspresi wajahnya. “Aku mengetahui bahwa masalah ini berkaitan dengan Keluarga Xander. Kalau kamu menikah ke dalam Keluarga Xander, kamu jadi bagian anggota Keluarga Xander. Lebih baik untuk fokus saja dengan tanggung jaw
Di dapur, Clara sedang memegang sepiring siomai.Gita tiba-tiba mendatanginya.“Kakak, sini aku bantu,” ujar Gita.Punggung Clara menjadi kaku dan dia, secara spontan, mundur selangkah, menjauh dari Gita.Gita memiringkan kepalanya dan menatapnya, berkata, “Kenapa tingkahmu begitu? Apa kamu takut akan kumakan?”Dengan bahasa isyarat, Clara menjawab, “Jangan berpura-pura baik padaku, apa kamu yang membuat berita tentangku kemarin?”Meskipun Clara memiliki temperamen yang baik, dia selalu menilai segala sesuatu dengan cermat.“Apa hubungan kejadian yang kamu lakukan sendiri itu denganku?” Gita sambil melipat lengannya dan mencibirnya dengan dingin.Clara menatapnya dan menjelaskan kepadanya dengan tenang.“Menikah dengan anggota Keluarga Xander adalah akal-akalanmu dengan ayah,” ungkap Clara.“Ya, benar, tapi saat itu, aku tidak tahu orang seperti apa Leo itu. Sekarang aku sadar, sepertinya apa yang ayahku lakukan dulu itu salah total. Sebagai seorang anak, aku harusnya membantunya mempe
Andre tidak bisa mengontrol Gita. Semuanya ada di tangan Gita. Gita tidak bisa hanya duduk manis dan menunggu akhir yang buruk. Jika masalah lain terjadi, Leo pasti akan lepas dari tangannya.Gita, dengan marah, mengulurkan tangan untuk mengambil ponsel itu dan berkata, “Berikan ponselmu.”Clara ceroboh, rekaman ini tidak boleh diambil Gita.Clara buru-buru menghindar. Saat menghindari Gita, piring berisikan siomai di belakangnya terjatuh.Dengan suara keras, piring itu jatuh ke lantai dan pecah.“Ada apa? Gita,” tanya Tante Amina yang suaranya terdengar dari ruang tamu.Karena hal itu, Gita menjadi cemas. Memanfaatkan kelengahan Clara, dia mengambil ponsel itu dan melemparkannya ke dalam kolam. Air yang mengalir deras seketika menenggelamkan ponsel itu.Di tengah kejadian itu, Gita langsung memeluk Clara dan keduanya jatuh ke lantai.“Ah!”Jeritan bergema di dapur.“Apa yang terjadi?” Suara dingin seorang laki-laki datang dari pintu dapur.Entah sejak kapan Leo pulang dan kebetulan me
“Bersihkan sebelah sini dan tuangkan secangkir teh yang baru,” ujar Tante Amina.Setelah Tante Amina pergi, Clara mengambil ponselnya dari kolam.Kalau sudah terendam begitu, pasti sudah tidak bisa hidup lagi.Dia tidak menyangka, Gita berani bertindak semena-mena di rumah Keluarga Xander.Memikirkan bagaimana Gita bersikap genit terhadap Leo tadi, Clara tiba-tiba merasa sedikit patah hati. Ini bukan karena sikap Leo, tetapi karena dia telah bertahan begitu lama dan menyaksikan Gita datang dengan santainya.Tidak peduli apa pun yang Gita inginkan, selama dia bisa merayu orang-orang di sekitarnya, dia bisa mendapatkan segalanya.Dan dengan Clara …Sudahlah, setiap orang punya takdirnya masing-masing.Clara menaruh ponselnya dan tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia mengumpulkan pecahan piring ke tempat sampah. Kemudian, dia kembali menyiapkan siomai yang baru, membuat teh, dan membawanya ke ruang tamu.Saat itu, pembantunya telah selesai merawat luka di tangan Gita.Nyatanya, lukanya
“Aku tidak melakukan apa-apa,” ungkap Clara.“Tidak melakukan apa-apa? Bagaimana tangan Gita bisa terluka? Apa yang mau kamu perdebatkan?” Leo menatap tajam Clara. “Apakah Andre memintamu datang kepadaku lagi untuk mencari sesuatu?” tanya Leo.“Tidak,” jawab Clara.Clara menggelengkan kepalanya dan menulis, “Gita …”Clara pun tiba-tiba berhenti menulis, sejenak ragu, apakah ingin melanjutkan tulisannya atau tidak.“Lanjutkan menulis,” ujar Leo sambil tiba-tiba mendekat. Suara dinginnya sangat mengintimidasi.Clara hanya bisa menggertakkan giginya dan menulis, “Gita memintaku menceraikanmu. Dia mau menikah dan masuk ke keluargamu.”Hal itu adalah fakta. Meskipun Clara tidak ingin mengatakan hal itu, seluruh Keluarga Xander bisa melihat niatan Gita.“Kamu tidak sudi?” tanya Leo.Suara Leo bergema di telinganya.Clara terkejut dan tidak tahu harus menjawab apa.Ini bukan soal Clara sudi atau tidak sudi. Clara menikah, hal itu bahkan bukan keinginannya sendiri.“Apa? Kenapa cepat sekali ay
Setelah kembali dari rumah Keluarga Xander, Gita merasa sanggat bangga dan puas.Begitu Gita memasuki rumah, Andre menghentikannya dan bertanya, “Gita, ke mana saja kamu?”Gita tidak melihat ayahnya yang sedang duduk di sofa. Dia terkejut dan berkata, “Aku … aku pergi ke Keluarga Xander. Bukankah kamu memintaku untuk mendekati Leo?”“Omong kosong!” Andre membanting meja dan berdiri. “Apakah aku membiarkanmu mendekati Keluarga Xander untuk bertindak gegabah? Apa maksudnya berita itu?” tanya Andre.Gita, dengan gugup, menjawab, “Berita apa? Aku … aku tidak tahu.”“Masih pura-pura tidak tahu.” Wajah Andre memerah karena amarahnya. “Kamu adalah putriku dan aku tidak akan pernah membiarkanmu menikah dengan orang seperti Leo. Kamu belum pernah melihat kelakuannya dan kamu tidak tahu hati manusia itu berbahaya,” ungkap Andre.Setelah bermasalah dengan Leo beberapa kali, Andre sudah lama tahu sekejam apa Leo. Kalau bukan karena itu, Andre tidak akan mengambil risiko mengusik Leo dan malah meni
“Gita, kamu seharusnya memanggilnya kakak ipar,” ujar Andre sambil melirik putrinya untuk memperingatkannya.“Ayah mertua,” ujar Leo dengan sedikit tersenyum. “Ini ada beberapa hadiah kecil. Aku juga sudah menyiapkan hadiah spesial untukmu dan Gita.”Mendengar kata-katanya, mata Gita langsung berbinar dan berkata, “Benarkah? Apa aku juga dapat hadiah?”Leo menatap Gita.Clara segera memberikan tas yang dipegangnya kepada Gita.Sebelum turun dari mobil, Leo baru saja memberi tas itu tanpa Clara tahu apa isinya.Di depan semua orang, Gita membuka tas itu dan langsung berseru, “Aku sudah lama menyukai kalung ini. Bagaimana kamu tahu tentang ini, Kak Leo!”Kalung baru bermerek Luxury dengan tampilan berlian yang berkilau di bawah sinar matahari, yang menunjukkan nilainya yang tinggi.Clara pun tercengang.Kemurahan hati Leo adalah hal yang wajar, tetapi sangat sulit untuk tidak terlalu memikirkan tentang Leo yang memberikan kalung bernilai tinggi kepada adik iparnya, yang baru-baru saja di