“Tante Amina, jangan salahkan kakakku. Itu semua sudah berlalu. Saat itu, kakakku masih muda dan belum berpikir dewasa dan dia hanya hilang arah …,” ujar Gita.Gita berpura-pura memohon untuk Clara, tetapi kenyataannya, dia sama saja seperti menambahkan bahan bakar ke dalam api.Benar saja, hal itu langsung menyulut kemarahan Tante Amina.Tante Amina meraih tangan Gita dan menyelanya.“Gita, apakah kamu masih membela dia? Dia merancang untuk mencuri pernikahanmu dan mengabaikan kesopanan, kebenaran, integritas, dan rasa malu. Wanita licik seperti itu hanya mencoreng reputasi keluarga ini!” tegas Tante Amina.Tante Amina menjadi semakin bersemangat berbicara sambil menunjuk ke arah Clara dan berkata, “Keluar dari sini sekarang! Kamu …”Tante Amina mau melanjutkan kata-katanya.Namun, saat itu, Leo menghentikan kata-katanya dengan perlakuannya.Leo menurunkan pandangannya, meraih pergelangan tangan Clara, dan dengan dingin berkata, “Kamu ikut denganku.”Dia tidak memberi kesempatan pada
Clara terkejut dan meraih seprai.Dia menggelengkan kepalanya dan memberi isyarat, “Tidak.”Dia bukan anjingnya Andre. Dia sebenarnya membenci keluarganya dan harus menikah dengan Keluarga Xander demi neneknya.“Apa? Kamu mau aku mempercayaimu hanya karena kamu menggelengkan kepala?” Suara Leo mulai pelan, telapak tangannya yang kasar diangkat, seolah dia bisa mencekik Clara kapan saja. Dia sangat marah. Sejak si Bisu ini datang ke rumah, Keluarga Xander tidak pernah terasa damai dan sekarang hal buruk terjadi. Dia hanya seseorang yang bisu, tetapi orang-orang begitu merendahkannya.Wajah Clara memerah sambil dia menahan kekuatan Leo.Dia tidak ingin mati. Neneknya masih membutuhkannya, maka dari itu dia tidak boleh mati.“Tampaknya tanpa hukuman, kamu tidak akan mengakuinya!” ujar Leo.Melihatnya berjuang keras, Leo mengernyit, dan tiba-tiba mengangkatnya.Clara sangat ketakutan hingga dia menjerit. Meskipun dia tidak bisa berbicara, rasa takutnya menimbulkan suara gemeresik di tengg
Untuk kenyamanan berbicara, ada guru bahasa isyarat yang dibawa oleh Leo ke kantor untuk membantu Clara.Clara menggertakkan gigi dan menatap tajam guru olahraga itu. “Orang yang ada di dalam video itu bukan saya, coba jelaskan,” ungkap Clara.“Kenapa bukan kamu?” ujar guru olahraga bersikeras. “Kamulah yang merayuku duluan saat itu.”“Kamu berbicara bohong,” ungkap Clara.Clara, dengan cepat, memberi isyarat, “Kenapa aku harus merayumu?”Leo mendengarkan kata-kata penerjemah itu dan dia terlihat sedang memikirkan sesuatu.Meskipun Clara bisu, dia adalah putri tertua Keluarga Tan. Sungguh sulit dipercaya kalau dia merayu seorang guru olahraga yang jelek.Guru olahraga, dengan percaya diri, berkata, “Kamu mengincar nilai tinggi dalam mata pelajaran olahraga. Sekolah tempat kamu mendaftar membutuhkan nilai bagus di semua mata pelajaran, tetapi nilai mata pelajaran olahragamu terlalu rendah. Kamu gagal merayuku dan mengancamku dengan video itu. Aku tidak punya pilihan, selain mengubah nil
Clara digendong ke dalam mobil oleh Leo, seolah-olah seperti di dalam mimpi, dan rasa sakit di lututnya tidak lagi terasa. Untuk pertama kalinya, dia merasa pria ini tidak sedingin dan sekejam yang terlihat dari luar.Duduk di dalam mobil, Clara memandangnya dan bertanya, “Kenapa kamu menolongku?”Pertanyaan yang dia tanya di kantor kepala sekolah tadi belum dijawab oleh Leo.Terlalu terlibat dalam menyelesaikan masalah ini dengan menggunakan triknya sendiri adalah hal yang sebenarnya tidak mau Leo lakukan. Leo mengerutkan kening melihat gestur Clara. Meskipun dia tidak bisa mengerti bahasa isyarat, dia bisa mengetahui maksud Clara dari tatapan terima kasihnya.“Kamu tidak perlu berterima kasih kepadaku, aku di sini bukan karenamu,” ujar Leo.Nada bicara Leo sedingin ekspresi wajahnya. “Aku mengetahui bahwa masalah ini berkaitan dengan Keluarga Xander. Kalau kamu menikah ke dalam Keluarga Xander, kamu jadi bagian anggota Keluarga Xander. Lebih baik untuk fokus saja dengan tanggung jaw
Di dapur, Clara sedang memegang sepiring siomai.Gita tiba-tiba mendatanginya.“Kakak, sini aku bantu,” ujar Gita.Punggung Clara menjadi kaku dan dia, secara spontan, mundur selangkah, menjauh dari Gita.Gita memiringkan kepalanya dan menatapnya, berkata, “Kenapa tingkahmu begitu? Apa kamu takut akan kumakan?”Dengan bahasa isyarat, Clara menjawab, “Jangan berpura-pura baik padaku, apa kamu yang membuat berita tentangku kemarin?”Meskipun Clara memiliki temperamen yang baik, dia selalu menilai segala sesuatu dengan cermat.“Apa hubungan kejadian yang kamu lakukan sendiri itu denganku?” Gita sambil melipat lengannya dan mencibirnya dengan dingin.Clara menatapnya dan menjelaskan kepadanya dengan tenang.“Menikah dengan anggota Keluarga Xander adalah akal-akalanmu dengan ayah,” ungkap Clara.“Ya, benar, tapi saat itu, aku tidak tahu orang seperti apa Leo itu. Sekarang aku sadar, sepertinya apa yang ayahku lakukan dulu itu salah total. Sebagai seorang anak, aku harusnya membantunya mempe
Andre tidak bisa mengontrol Gita. Semuanya ada di tangan Gita. Gita tidak bisa hanya duduk manis dan menunggu akhir yang buruk. Jika masalah lain terjadi, Leo pasti akan lepas dari tangannya.Gita, dengan marah, mengulurkan tangan untuk mengambil ponsel itu dan berkata, “Berikan ponselmu.”Clara ceroboh, rekaman ini tidak boleh diambil Gita.Clara buru-buru menghindar. Saat menghindari Gita, piring berisikan siomai di belakangnya terjatuh.Dengan suara keras, piring itu jatuh ke lantai dan pecah.“Ada apa? Gita,” tanya Tante Amina yang suaranya terdengar dari ruang tamu.Karena hal itu, Gita menjadi cemas. Memanfaatkan kelengahan Clara, dia mengambil ponsel itu dan melemparkannya ke dalam kolam. Air yang mengalir deras seketika menenggelamkan ponsel itu.Di tengah kejadian itu, Gita langsung memeluk Clara dan keduanya jatuh ke lantai.“Ah!”Jeritan bergema di dapur.“Apa yang terjadi?” Suara dingin seorang laki-laki datang dari pintu dapur.Entah sejak kapan Leo pulang dan kebetulan me
“Bersihkan sebelah sini dan tuangkan secangkir teh yang baru,” ujar Tante Amina.Setelah Tante Amina pergi, Clara mengambil ponselnya dari kolam.Kalau sudah terendam begitu, pasti sudah tidak bisa hidup lagi.Dia tidak menyangka, Gita berani bertindak semena-mena di rumah Keluarga Xander.Memikirkan bagaimana Gita bersikap genit terhadap Leo tadi, Clara tiba-tiba merasa sedikit patah hati. Ini bukan karena sikap Leo, tetapi karena dia telah bertahan begitu lama dan menyaksikan Gita datang dengan santainya.Tidak peduli apa pun yang Gita inginkan, selama dia bisa merayu orang-orang di sekitarnya, dia bisa mendapatkan segalanya.Dan dengan Clara …Sudahlah, setiap orang punya takdirnya masing-masing.Clara menaruh ponselnya dan tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia mengumpulkan pecahan piring ke tempat sampah. Kemudian, dia kembali menyiapkan siomai yang baru, membuat teh, dan membawanya ke ruang tamu.Saat itu, pembantunya telah selesai merawat luka di tangan Gita.Nyatanya, lukanya
“Aku tidak melakukan apa-apa,” ungkap Clara.“Tidak melakukan apa-apa? Bagaimana tangan Gita bisa terluka? Apa yang mau kamu perdebatkan?” Leo menatap tajam Clara. “Apakah Andre memintamu datang kepadaku lagi untuk mencari sesuatu?” tanya Leo.“Tidak,” jawab Clara.Clara menggelengkan kepalanya dan menulis, “Gita …”Clara pun tiba-tiba berhenti menulis, sejenak ragu, apakah ingin melanjutkan tulisannya atau tidak.“Lanjutkan menulis,” ujar Leo sambil tiba-tiba mendekat. Suara dinginnya sangat mengintimidasi.Clara hanya bisa menggertakkan giginya dan menulis, “Gita memintaku menceraikanmu. Dia mau menikah dan masuk ke keluargamu.”Hal itu adalah fakta. Meskipun Clara tidak ingin mengatakan hal itu, seluruh Keluarga Xander bisa melihat niatan Gita.“Kamu tidak sudi?” tanya Leo.Suara Leo bergema di telinganya.Clara terkejut dan tidak tahu harus menjawab apa.Ini bukan soal Clara sudi atau tidak sudi. Clara menikah, hal itu bahkan bukan keinginannya sendiri.“Apa? Kenapa cepat sekali ay