Untungnya Sika dan Toni sudah datang ketika Alea beranjak ke dapur untuk membuatkan suaminya teh jahe. Melihat sang nyonya sudah ada di rumah, keduanya begitu bahagia. “Bu Alea di rumah, Mbak Sika!” Toni yang melihat Alea pertama kali terlihat terkejut senang. Bagaimana tidak senang, dengan ketidak adaan Alea posisi Toni jadi sangat meresahkan. Karena sering menganggurnya daripada bekerjanya, dia takut akan dirumahkan saja. “Bu Alea?” sapa Sika yang juga terlihat senang. Sika ikut sedih mengetahui sang nyonya tidak pulang setelah dari rumah orang tuanya. Meski kedua pembantu itu tidak tahu permasalahan rumah tangga majikan mereka, tapi dengan mendengar Alea Justru memilih tinggal di rumah temannya, sudah menjadi indikasi bahwa rumah tangga sang majikan sedang dalam masalah. “Mbak Sika, bisa minta tolong buatin bubur?” Alea tidak sempat membalas teguran mereka karena cemas dengan kondisi sang suami. Dia berkata sambil tergesa membuat teh jahe. “Oh, ibu mau makan bubur?” Sika bert
Ardhan tentu sangat tidak menyetujui apa yang dikatakan Alea. Dia bahkan tidak ingin sekedar memberinya anggukan untuk mengiyakan permintaannya. Alea sedang diuji dengan krisis kepercayaan terhadap dirinya. Tapi Ardhan bukan pria yang pantang menyerah. Dia akan terus mempertahankan rumah tangganya karena yakin dia begitu mencintai Alea dan anak di dalam kandungannya. Ardhan bahkan tidak sebegininya saat menjalin kasih dengan Naysila.“Tolong jangan egois, Kak. Ini untuk kebahagiaan kita semua. Aku ini pencemburu dan tidak suka melihat suamiku bersama wanita lain. Kalau kita berpisah, aku tidak lagi punya hak untuk cemburu. Tidak akan sesakit seperti saat mendengar Kakak tidur bersama Naysila. Padahal aku tahu kalau itu di luar kesadaran Kakak.”Alea mengatakan semua hal yang membebani hatinya pada Ardhan. Dia tidak mau menyimpan semuanya sendiri karena harus menjaga mentalnya selama kehamilan.Setelah mengetahui bahwa ayahnya jauh lebih sedih d
Panggilan dari Valen membuatnya tergugah dari lamunannya. Alea segera mengangkatnya. Namun bukan Valen yang berbicara, melainkan Devano.“Alea? Bukankah kita sudah bikin planning untuk liburan?” ujar Devano begitu panggilan diterima Alea.“Oh, Valen semalam bilang dia sedang repot. Libur berturur-turut ini justru membuat tokonya menjadi lebih ramai dari biasa sedang pegawainya ada yang minta libur.” Alea pikir Valen sudah mengkonfirmasi pada Devano terkait rencana mereka libur bersama.“Kalau Valen tidak bisa, kita bisa kok liburan bareng!”Alea tercekat dan heran Devano bisa berpikir mereka akan berlibur tanpa Valen. Tentu saja dia akan menolak kalau hanya libur berdua. Itu sangat tidak dibenarkan.“Engg, maksudku bukan hanya kita berdua. Ada kok yang lain!” Devano langsung mengoreksi ucapannya karena takut Alea jadi salah paham.“Maaf Devan, aku tidak bisa!” tolak Alea pada Devano. Kali ini dia merasa Devano sedikit memaksanya. Dia justru merasa kurang nyaman dan heran mengapa dia s
Jika Naysila terang-terangan ingin mengancam Ardhan dengan menyebarkan video asusila mereka ke publiK, itu artinya Naysila memang punya niat buruk pada suaminya. Lalu memanfaatkan keadaan untuk mengambil keuntungan dari kejadian tersebut.Sebentar---Video?!Bukankah mereka sedang dijebak?Bagaimana Naysila masih punya pemikiran merekam apa yang terjadi?Beberapa saat kemudian Alea akhirnya memahami, wanita itu pasti berniat buruk pada rumah tangganya.Alea tidak seharusnya membiarkannya merasa menang dengan menunjukan rumah tangga mereka benar-benar kacau karena ulahnya. Naysila pasti besar kepala apalagi kalau mengetahui dia dan Ardhan hampir bercerai karena hal ini.Tidak bisa! Alea tidak akan membiarkan wanita itu seenak jidatnya menghancurkan rumah tangga orang.Dengan berpura-pura baru membuka pintu kamar saat Ardhan selesai menelpon, Alea menghampiri dan memeriksa keadan suaminya itu.“Kakak sudah tidak sakit lagi?&
Ardhan menepati janji dan pagi-pagi sudah bersiap mengantar Alea periksa kehamilan. Dia tidak sabar untuk melihat perkembangan bayinya. Jika saat ini sudah mulai menginjak 5 bulan kehamilan Alea. Artinya 4 bulan lagi dia akan dipanggil seorang ayah.Ardhan sama sekali tidak pernah berandai atau membayangkan menjadi seorang ayah secepat ini. Apalagi teringat pernikahannya dengan Alea di luar prediksinya. Nyatanya, saat ini hatinya berbunga-bunga dan tak sabar menunggu dengan harap cemas kedatangan sang buah hati.“Makan yang banyak, lihat kamu sudah hamil 5 bulan tapi masih kurus begini?”Ardhan mengambilkan makanan untuk Alea. Makanan yang diambilkan Ardhan hampir memenuhi piring. Alea yang melihatnya sudah kenyang saja. Mana bisa dia menghabiskan makanan sebanyak itu?“Bobotku sudah bertambah 5 kilogram sejak hamil. Itu normal lho. Mana bisa Kakak bilang aku masih kurus?”Alea tidak terima jika dibilang kurus. Sebelum hamil
Ardhan begitu resah setelah mendengar ucapan Alea bahwa Naysila datang untuk memeriksakan kandungannya. Dia benar-benar tidak akan berdaya ketika Naysila ternyata mengandung anaknya.Keluarga besarnya adalah keluarga yang paham agama dan sangat menjunjung kemanusiaan. Jika mereka mengetahui hal ini, kemungkinan besarnya adalah mereka pasti akan tetap mendesak Ardhan bertanggung jawab terlepas bahwa itu hanyalah sebuah kesalahan. Karena anak di dalam kandungan Naysila adalah darah dagingnya.Ardhan takut itu akan membuat Alea menjadi korban sekali lagi. Dia sudah cukup merasa bersalah atas apa yang selama ini dilakukannya pada gadis baik hati itu. Kepalanya jadi pening memikirkan bagaimana jika Naysila benar sedang mengandung?Dia tidak bisa tidur lalu duduk menatap istrinya yang sudah terlelap. Dia merasa harus menghubungi Pram untuk membantunya.Setelah merapikan selimut dan mencium kening Alea, dia bangkit menghubungi Pram. Ardhan tida
Alea mengumpulkan beberapa bahan untuk mengeksekusi resep yang sudah dia dapatkan dari beberapa sumber. Dia sudah beberapa pertemuan tidak mengikuti kelas memasak hingga tertinggal banyak materi. Hari ini, tiba-tiba Chef Randi memberikan tantangan untuk membuat aneka tumpeng dari aneka masakan nasi. Baginya yang memang sehari-hari memasak nasi, tidak masalah juga walau tidak mendapat banyak teori.“Apa sudah tidak masalah dengan kandunganmu?” tanya Dhea di bangku sebelah saat Alea mencuci beras di kitchen sink.“Oh, tidak!” Alea tahu pasti Devano memintakan ijin dengan alasan kehamilan Alea. Semua tahu Alea sedang hamil.“Tidak apa, materinya juga di share di grup. Kamu bisa mempelajarinya. Ibu hamil memang dikit-dikit sakit!” tukas Dhea lagi memberi semangat Alea.Alea hanya tersenyum dan berterima kasih karena Dhea sudah perhatian. Dia harus kembali ke mejanya dan memasak sedikit cepat. Sore ini dia sudah janji dengan
Alea terdiam dan merasa bahwa sepertinya dia tidak mengenal pria yang sedang berbiacara dengannya ini.Devano tidak seperti ini. Entah apa yang membuatnya berubah. Tidak mungkin hanya karena ambisi mencintainya dia sampai sebegininya. Dirinya masih ada di sini, bisa bicara dengan baik bersamanya, juga masih menjalin hubungan baik. Tidak terpikir kalau pria ini begitu rakus ingin memilikinya juga.“Devan, maafkan aku. Aku hanya tidak ingin hubungan baik kita berakhir hanya karena dugaan kau menghancurkan keluargaku!”Alea sebenarnya sudah merasa salah sikap. Seharusnya dia tidak secepat ini menuduh Devano yang merusak rumah tangganya. Kalau sudah begini, dia tidak akan mendapatkan apapaun kecuali reaksi buruk dari Devano.Alea memang tidak berbakat dalam hal misi seperti ini. Bodoh sekali dirinya karena justru membuat Devano semakin ingin menghancurkan rumah tangganya. “Kau memikirkan rumah tanggamu yang hancur?” Devano menatap Alea dengan berkaca-kaca. Antara kesal dan lelah menghara