Beranda / Romansa / Istri Cantik Pilihan Anakku / Bab 1. Pertemuan pertama

Share

Istri Cantik Pilihan Anakku
Istri Cantik Pilihan Anakku
Penulis: Faiz bellzz

Bab 1. Pertemuan pertama

“Papa, aku ingin bertemu mama,” rengekan seorang anak kecil membuat para penumpang yang lain merasa terganggu.

Tentu saja pria yang dipanggil papa oleh anak perempuan berusia lima tahun merasa tidak enak. Sehingga hanya bisa tersenyum kaku kepada penumpang yang duduk di seberangnya. 

“Papa,” rengek Gempi sambil menggoyang-goyangkan tangan Erlan. Hingga membuat pria itu jengah. 

“Gempi, bisakah kau diam?” sentak Erlan yang emosinya sudah berada di ubun-ubun. 

Bagaimana tidak, pria itu baru saja menghadiri pertemuan di luar kota yang mendadak. Terlebih setelah ini ia pun harus menghadiri rapat yang tidak bisa diwakilkan oleh asistennya.

Iya, pria dengan nama lengkap Erlan Dallin Horison itu adalah seorang presdir dari perusahaan yang bergerak di bidang akomodasi. Sehingga memiliki jadwal yang padat lantaran memiliki banyak cabang di penjuru kota. 

Lalu kini Gempi malah merengek yang membuat Erlan hilang kendali. Sehingga gadis manis itu terdiam beberapa saat. Hingga akhirnya menangis sejadi-jadinya. 

“Huaa … Papa, jahat!” pekik Gempi membuat penumpang yang lain langsung menatap Erlan dengan berbagai tatapan.

Tidak hanya penumpang, bahkan dua pramugari pun menatap Erlan. Sehingga Erlan yang sadar dengan kesalahnnya pun hanya mampu memijat pangkal hidungnya hingga merah.

“Gempi, maafkan papa. Suttt … jangan menangis lagi.” 

Tidak mengindahkan, Gempi terus saja menangis. Hingga salah satu pramugari menghampiri. “Hei gadis manis, apa yang membuatmu menangis?” 

Sontak Gempi menoleh ke arah wanita cantik yang memiliki tinggi semampai. Wanita bernama Alyn itu mengusap pipi Gempi yang basah. “Mama!” 

Alyn langsung melebarkan matanya begitu Gempi memanggilnya dengan sebutan ‘Mama’ terlebih ketika Gempi dengan tiba-tiba memeluk perutnya. Tidak hanya Alyn, nyatanya pria yang ada di samping Gempi pun melakukan hal yang sama. Pria itu lekas menarik anaknya agar pelukan Gempi terlepas. 

“Dia bukan mama, Gempi.” 

Gempi menggeleng lalu kembali menangis. “Mama, papa jahat!”

Gadis manis itu mendongak lalu menatap Alyn dengan mengiba. Sehingga Alyn yang pada dasarnya menyukai anak kecil pun merasa tidak tega. Terlebih ketika melihat wajah Gempi yang sembab.

Karenanya Alyn memberanikan diri menggendong Gempi. “Sutt … jangan menangis lagi. Kau akan kelelahan,” ucapnya.

Tidak menyahut, Gempi malah mengeratkan pelukannya pada leher Alyn yang terekspos. Wajahnya bahkan ia sembunyikan di sana. Hingga tanpa terasa Gempi berhenti menangis dan malah terlelap. 

“Biarkan saya yang menggendongnya,” cetus Erlan seraya merebut Gempi dari gendongan Alyn.

Jelas Alyn terkejut dengan sikap ketus Erlan, tetapi ia lebih mengkhawatirkan Gempi yang kembali menangis. Sehingga ia memberanikan diri untuk berkata, “Tuan, maafkan saya. Tapi izinkan saya membuat gadis manis ini kembali tidur. Em … penumpang yang lain sedikit terganggu dengan rengekannya.”  

Tidak bisa mengelak karena yang diucapkan Alyn seratus persen benar. Sehingga pria itu kembali membiarkan Alyn menggendong Gempi. Hingga gadis kecil itu benar-benar tidur lelap.

Karenanya dengan perlahan Alyn membaringkan Gempi di kursi yang sudah disetting sedikit ke belakang. “Jika terusik, Anda bisa menepuk-nepuk pantatnya.” 

“Hemm.” Erlan bahkan tidak mengucapkan terima kasih kepada Alyn yang sudah menenangkan Gempi.

Pria itu memilih memejamkan matanya karena memang ia pun begitu lelah, sedangkan satu tangannya menggenggam tangan Gempi. Sehingga Alyn yang melihatnya memilih segera ke bagian awak kabin.

“Alyn, kau benar-benar lancang tadi!” cetus Cleo ketika Alyn masuk. 

Dengan wajahnya yang  polos Alyn menatap temannya dengan bingung. “Apa maksudmu?” 

“Apa kau tidak tahu siapa pria tadi?” Cleo menatap Alyn dengan mulut menganga ketika wanita itu menggeleng. “Apa kau tidak memiliki televisi di rumah? Pria itu merupakan pemilik perusahaan besar. Dia bahkan sering muncul di televisi.”  

Merasa tidak tertarik dengan itu semua, Alyn mengedikan bahunya. “Aku tidak peduli dengan itu. Lebih baik aku beristirahat sejenak,” ujarnya lantas duduk di kursi.  

Sementara Cleo hanya bisa menggeleng. Setelahnya ia ikut duduk di sana.  

Tidak lama Alyn bangkit lalu mulai memberikan pengumuman kepada penumpang jika pesawat sebentar lagi akan mendarat. Begitu pesawat mendarat dengan selamat, para penumpang mulai keluar dengan mengantre. Termasuk Erlan yang kini menggendong Gempi. 

Pria itu membawa langkahnya dengan gontai. Hingga ketika ia keluar dari bandara, Gempi bangun yang langsung menanyakan keberadaan Alyn. “Papa, mama mana?”  

Erlan mengembuskan napasnya dengan kasar. Kemudian menurunkan Gempi dari pangkuannya. Setelah itu ia berjongkok untuk menyamakan tinggi badannya dengan sang anak.

“Gempi, mama sudah tidak ada. Ada baiknya kau jangan menanyakan mama lagi,” ujar Erlan yang membuat Gempi kembali menangis.

“Mama ada. Mama ada,” rengek Gempi membuat Erlan mengusap wajahnya dengan kasar.

Dalam hati pria itu merutuki dirinya yang malah membawa Gempi dalam perjalanan bisnisnya. Sehingga kini Erlan menjadi kerepotan. Terlebih ketika dengan tiba-tiba Gempi berlari.

“Mama!” seru Gempi ketika melihat Alyn yang sedang berjalan bersama Cleo sambil menarik kopernya.

Sontak Alyn yang merasa familiar dengan suara Gempi pun menoleh. Hingga akhirnya ia melihat gadis manis itu berlari ke arahnya. “Alyn, lihatlah. Anak itu memanggilmu dengan sebutan mama!”  

“Ya, dan entah kenapa aku merasa kasian dengannya.” Alyn lekas menghampiri Gempi yang langsung memeluk kakinya. 

“Mama!”   

“Hei gadis manis. Apa yang terjadi?” Alyn berjongkok kemudian menatap Gempi dengan lembut.  

“Ekhem!”  

Deheman dari suara berat milik Erlan membuat Alyn mendongak. Wanita itu segera berdiri ketika Erlan menarik tangan Gempi agar menjauh darinya. “Mama, aku ingin bersama mama!” 

“Dia bukan mama,” ujar Erlan sambil melirik Alyn dengan sinis. 

Tidak ada yang bisa ia lakukan, Alyn memilih menunduk saja. Terlebih ketika Cleo berbisik, “ Alyn, jangan mencari masalah. Ayo lebih baik kita pergi.” 

“Tapi—” 

“Sudah. Dia tidak ada hubungannya denganmu,” sela Cleo sambil menarik Alyn.  

Sehingga Alyn pun pergi begitu saja, meninggalkan Erlan yang ripuh menenangkan Gempi. Sesekali Alyn menoleh ke arah Gempi yang masih menangis. “Cleo, aku merasa kasihan dengannya.”

“Dia bahkan tidak memiliki hubungan apapun denganmu,” keluh Cleo membuat Alyn diam.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status