Dengan satu tangan Alyn mendorong dada Erlan. Sehingga Erlan lekas bangkit, memberikan ruang bagi Alyn untuk mengatur napasnya yang tiba-tiba saja tersengal.
Bagaimana tidak ketika jarak di antara mereka begitu dekat. Terlebih Alyn yang tidak pernah mengalami hal seintim itu.
Iya, katakanlah wanita tersebut terlalu kolot di zaman yang bebas ini. Namun, begitulah adanya Alyn yang sampai sekarang masih bisa mempertahankan kehormatannya di tengah gempuran godaan. Entah dari teman ataupun pria yang hanya ia kenal sekilas.
“Tuan—”
“Jangan menyalahkanku. Kau sendiri yang menarik tanganku tadi. Padahal niatku hanya ingin mengambil Gempi,” sela Erlan sebelum Alyn menyelesaikan ucapannya.
Sontak Alyn langsung bungkam. Terlebih ketika ia mengingat kembali jika memang penyebab dari kejadian barusan adalah dirinya.
Segera Alyn menyingkirkan tangan Gempi dengan sangat pelan. Setelahnya ia bangkit lalu turun dari ranjang.
“Maaf,” ucap Alyn sambil memberikan ruang bagi Erlan untuk menggendong Gempi.
Erlan mendengus saja sambil menatap Alyn dengan jengah. Pria itu lekas menggendong Gempi dengan perlahan lalu pergi begitu saja dari kamar Alyn.
Sehingga wanita itu kembali menjatuhkan tubuhnya di ranjang. “Oh, astaga. Ini benar-benar membuatku gila,” keluhnya sambil memegang dadanya.
Sementara pria disebut Alyn yang membuatnya gila baru saja berpamitan kepada Erin untuk pulang.
“Kau berhati-hatilah.”
“Iya, Bibi. Terima kasih atas makan malamnya,” ucap Erlan setelah merebahkan Gempi di kursi penumpang.“Sama-sama.”
“Maaf karena sudah merepotkan.”
“Bibi bahkan tidak merasa direpotkan. Kau jangan sungkan, Erlan.”
Erlan tersenyum saja kemudian ia kembali berpamitan dan masuk ke mobil. Pria itu lantas mengendarai mobilnya.
***
“Alyn.”
“Alyn!”
Beberapa kali mengetuk pintu dan tidak mendapatkan sahutan dari anaknya membuat Erin membuka pintu kamar Alyn. Wanita itu lantas melebarkan mata sambil menggeleng beberapa kali.
“Oh, astaga. Lihatlah gadis ini,” keluh Erin ketika melihat Alyn yang masih tidur, padahal hari sudah siang.
Sebenarnya tidak ada masalah jika bangun siang bagi Erin, tetapi situasinya berbeda karena Alyn harus berkerja!
“Alyn, bangunlah. Kau bilang hari ini ada shif pagi. Kenapa masih tidur begitu?” keluh Erin sambil menggoyangkan tubuh anaknya.
Sontak Alyn langsung bangun dan melihat jam waker yang sudah menunjukan jam setengah tujuh pagi. Terang saja Alyn terkejut lalu segera ke kamar mandi.
“Ibu, aku kesiangan!” pekik Wanita itu.Dengan mandi ala kadarnya, Alyn bisa dengan cepat menyelesaikannya. Wanita itu bahkan kerepotan ketika bersiap untuk berangkat kerja.
“Ibu, aku berangkat dulu!” ujar Alyn dengan hanya memakai seragam tanpa merias diri.
“Kau tidak ingin sarapan?”
“Tidak. Aku sudah terlambat!”
Wanita itu benar-benar pergi dari rumahnya dengan berlari menuju halte bus. “Aku harap masih ada bus yang tersisa,” gumannya.
Begitu tiba, bus terakhir baru saja melaju meninggalkan halte. Tentu saja hal itu membuat Alyn kelimpungan.
“Hei, tunggu!” Alyn berusaha mengejar, tetapi bus terlalu sulit untuk dikejar.
Alhasil Alyn ketinggalan yang membuatnya mencak-mencak. “Sial. Ini semua gara-gara pria itu!”
Ya, Alyn kesulitan tidur akibat terlalu memikirkan kejadian tadi malam. Ketika tanpa sengaja Erlan menindihnya.
Tiiin!
Tiba-tiba sebuah mobil berhenti tepat di depannya, ketika Alyn sibuk memesan taksi. Sontak Alyn menoleh ketika seseorang memanggilnya. “Mama!”
“Gempi,” ucap Alyn dengan mata melebar karena tidak menyangka akan bertemu di sini.
“Gempi memaksaku berhenti karena tadi kau terlihat mengejar mobil.” Sebelum mendapatkan pertanyaan, Erlan sudah lebih dulu memberi alasan yang membuat Alyn meringis kecil.
Alyn cukup malu, tetapi itulah kenyataannya. “Aku sedikit terlambat, jadi buru-buru.”
Setelah mengatakan itu, Alyn mengalihkan perhatiannya kepada Gempi. “Gempi, mama harus bekerja dulu—”“Naiklah!” cetus Erlan membuat Alyn mengerjap beberapa kali.
Wanita itu lantas menatap Erlan dengan bingung. Hingga ia kembali mendapatkan teguran. “Apa kau akan diam saja? Ayo naik! Bus terakhir sudah pergi, dan akan ada lagi sekitar satu jam mendatang.”
Yang dikatakan Erlan benar. Lagipula ini keadaannya memang mepet, sehingga dengan perasaan tidak enak Alyn masuk mobil. “Terima kasih,” ucapnya.
“Hemm.”
“Yeaay, kita satu mobil!” Berbeda dengan Erlan yang bersikap ketus, Gempi malah bersorak.
Gadis manis itu benar-benar senang, dan tidak menyesal ketika tadi memaksa papanya untuk memanggil Alyn yang mengejar bus. Iya, semua karena Gempi. Andai bukan … sudah pasti Erlan tidak akan peduli seperti ini.
Alyn tersenyum saja lalu mengeluarkan peralatan make upnya. Setelah itu dengan lihai Alyn merias dirinya sambil sesekali melihat ke arah kaca spion yang ada di atas. Jelas itu membuat Erlan risih.
“Mama, kau cantik. Aku jadi ingin berdandan seperti itu!” pekik Gempi sambil menatap Alyn yang kini tengah menggulung rambutnya.
“Nanti setelah besar kau bisa melakukannya, Gempi sayang.” Alyn tersenyum kepada Gempi.
Sementara Erlan malah mendengus mendengar percakapan Alyn dan anaknya itu. Setelahnya Erlan menghentikan mobil begitu tiba di sekolah Gempi yang kebetulan memiliki arah yang sama dengan perusahaannya.
Pria itu turun lalu mengajak Gempi turun. Namun, diluar dugaan … Gempi ingin turun bersama dengan Alyn yang sejujurnya sedang diburu waktu.
“Gempi—”
“Mama, ayo!” Gadis manis itu merengek yang membuat Alyn kasian.
Sehingga dengan perasaan enggan Alyn ikut mengantarkan Gempi. “Ayo, kita masuk!”
“Yeaay!” Gempi bersorak lalu keluar dari mobil.
Mereka bertiga berjalan dengan Gempi yang di tengah. Sehingga seperti Gempi yang memiliki orang tua lengkap.
“Gempi!” panggil salah satu teman Gempi.
“Nara!” Gempi balas menyapa.
Nara melambaikan tangannya lalu menyapa Erlan yang sudah ia kenal sebagai papa Gempi. “Paman ….”
Ucapan Nara terhenti ketika melihat Alyn yang ada di samping Gempi. Sehingga dengan refleks gadis kecil itu menatap temannya. “Gempi, siapa dia?”
“Dia mamaku!” jawab Gempi dengan riang juga keras.
Sontak jawaban Gempi membuat orang-orang di sekitar menoleh ke arah sumber suara kemudian berbisik-bisik ketika mengetahui jika Erlan membawa seorang wanita. Terlebih Gempi menyebutnya sebagai mama!
Sementara Alyn memilih menunduk ketika tiba-tiba saja menjadi pusat perhatian. “Tuan, kenapa mereka menatapku seperti itu?”
“Tuan, aku benar-benar tidak nyaman dengan yang tadi.” Alyn mengeluh setelah kembali ke mobil.Tentu saja Erlan merasa jengah. “Bukan hanya kau, tapi aku juga! Jadi jangan merasa menjadi wanita yang paling malang. Lagipula … anggap saja kejadian tadi sebagai tanda terima kasihmu karena aku sudah menolongmu.” Alyn langsung bungkam. Ucapan pria itu benar, tetapi bukankah ia juga pernah menolong Erlan ketika dalam kesulitan? Dan Alyn bahkan tidak mengungkit itu! Betah dalam diam, akhirnya mereka tiba di bandara. Sehingga Alyn lekas turun. “Tuan, terima kasih atas pertolongannya.” “Hemm.” Setelahnya Alyn benar-benar pergi dari sana karena sudah terlambat. Wanita itu bahkan terlihat buru-buru ketika akan menyeberang. Membuat Erlan yang melihatnya berdecap pelan. “Ceroboh. Bisa-bisanya Gempi menyukai wanita seperti itu,” keluhnya. Pria itu kembali teringat dengan Gempi yang menangis ketika mereka baru tiba di rumah. Hal itu jelas membuat Erlan jengah. Hanya saja … tidak ada yang bisa
“Sebaiknya setelah ini kau tidak membuat janji apapun kepada Gempi.” Erlan mewanti-wanti ketika mereka tiba di rumah Erlan.“Baik,” ucap Alyn yang sejujurnya tidak ingin berurusan lagi dengan Erlan. Hanya saja … wanita itu merasa kasihan dengan Gempi. Hanya itu, tidak lebih!“Kalau begitu turulah, anakku sudah menunggu.” Erlan keluar dari mobil lebih dulu lalu disusul Alyn.“Mama!” Dari dalam rumah ada Gempi yang berseru sambil berlari ke arah Alyn.Sontak Alyn menoleh lalu tersenyum hangat melihat Gempi yang menyambutnya dengan riang. “Mama, Gempi rindu!”“Mama juga. Padahal tadi pagi kita bertemu,” ujar Alyn sambil menggendong Gempi. Melihat kedekatan Alyn dan Gempi tentu membuat Gian semakin yakin untuk menjodohkan Alyn dan Erlan. Rasanya tidak ada yang mustahil jika ia berusaha lebih keras. “Alyn, kita masuk. Di luar dingin,” ajak Gian yang diangguki oleh Alyn.Mereka masuk bersamaan dengan Erlan yang mengikuti dari belakang. Setelahnya pria itu memilih meninggalkan ketiga wa
Seolah ingin membuktikan kepada Alyn, Erlan benar-benar tidak menemui wanita itu dalam beberapa hari ini. Meski Gempi terus merengek.“Erlan, apa sebaiknya kau temui Alyn. Bicaralah dengan baik-baik dan minta maaf atas kejadian malam itu.” Gian memberi saran yang tak tanggapi oleh Erlan. Pria itu hanya mendesah lalu melanjutkan sarapan dengan Gempi yang hanya memainkan roti bakarnya. “Gempi, rotinya dimakan,” tegurnya. “Tidak, aku tidak ingin makan, Papa.” Dengan lemah gadis manis itu menggeleng, yang membuat Erlan kembali memijat pangkal hidungnya yang berdenyut. “Jika kau tidak makan, kau akan sakit.” “Gempi tidak peduli. Gempi ingin mama. Papa, menikahlah dengan mama.” Seolah paham, Gempi terus merengek–meminta Erlan untuk menikahi Alyn. Jelas pria itu tambah pening. Sehingga memilih ke kantor tanpa mengantarkan Gempi sekolah. “Erlan, kau tidak akan mengantarkan Gempi?” “Tidak. Gadis itu membuatku pusing!” cetus Erlan menyahuti pertanyaan Gian tanpa menoleh sama sekali.P
“Tuan Erlan, apa yang membuatku datang menemuiku?” Alyn menatap pria yang berdiri di hadapannya dengan heran. Tadi, ketika ia baru saja keluar dari bandara, tiba-tiba ponselnya berdering. Ketika ia lihat siapa yang menghubunginya, ternyata Erlan yang mengajaknya bertemu! Sehingga kini mereka tengah berhadapan. “Kau masuklah dulu, aku akan menjelaskannya nanti.” Erlan membuka pintu–mempersilakan Alyn untuk masuk ke mobilnya karena merasa tidak nyaman menjadi pusat perhatian orang lain.Mendesah pelan, Alyn malah diam saja menatap Erlan dengan malas. Sehingga Erlan yang menyadari itu pun berkata, “Gempi pingsan dan dilarikan ke rumah sakit.” Tentu saja Alyn terkejut. Wanita ia melebarkan matanya begitu mendengar kabar tentang gadis manis yang terlanjur ia sayangi itu. “Bagaimana bisa?” “Aku jelaskan di mobil.” Kali ini tanpa pikir panjang Alyn langsung masuk begitu saja. Membuat Erlan langsung menyusul masuk dari pintu sebaliknya.Pria itu lantas mengendarai mobil sambil menjela
Dengan sabar Erlan menunggu Alyn yang masih diam memikirkan keputusan yang akan wanita itu ambil. Tentu ini hanya demi Gempi–buah hatinya bersama Gimma–mendiang istrinya.“Bagaimana? Aku tidak bisa terus menunggu.” Pada akhirnya kesabaran Erlan berakhir juga.Sehingga Alyn dengan perasaan tidak menentu bertanya, “Benarkah Tuan akan membebaskan aku melakukan apapun?” “Yeah, aku tidak ingin mengekangmu. Lagipula ini semua demi Gempi,” jawab Erlan dengan enteng. “Kita bisa hidup layaknya teman,” sambung Erlan. Alyn mangut-mangut. “Sekalipun aku berdekatan dengan pria lain. Apa Tuan tidak akan keberatan?” “Tentu saja! Sudah kukatakan ini demi Gempi.” “Baiklah, kalau begitu aku setuju!” Yeah, memang ini keputusan Alyn pada akhirnya. Bukan karena ingin sebuah kebebasan saja, tetapi wanita itu juga sudah menyayangi Gempi. Terdengar konyol, tetapi itulah Alyn. Jelas Erlan lega mendengarnya. “Jadi, kapan kita menikah? Aku tidak ingin menunda terlalu lama!” Sontak Alyn kembali dibuat
“Wooaah, Mama, kau cantik sekali.” Gempi menatap Alyn yang sudah selesai dirias dengan tatapan kagum. Gadis manis itu bahkan tidak berkedip sama sekali membuat Gian dan Erin yang menemani terkekeh. “Gempi, sekarang kau benar-benar memiliki ibu!” “Yeeaay, Papa dan Mama menikah!” Meski tidak tahu arti sesungguhnya dari pernikahan itu apa, tetapi gadis manis itu tetap senang karena yang dipikirkannya hanyalah tinggal bersama dengan Alyn. Iya, pada akhirnya pernikahan dilangsungkan dengan tertutup, tetapi mewah. Hanya dari kolega kedua belah pihak dan keluarga inti saja.Jelas kabar menikahnya Alyn bersama dengan Erlan cukup menggemparkan. Terlebih Cleo yang heboh begitu mendengar langsung dari Alyn. “Jadi ini yang membuatmu terus bersama dengan Tuan Erlan, Alyn?” tanya Cleo saat itu. “Apa maksudmu?” Alyn tidak paham yang langsung membuat Cleo mendengus. “Beberapa kali aku melihatmu dijemput oleh Tuan Erlan. Oh, Alyn, ini benar-benar di luar dugaan. Bagaimana bisa jika kau yang wak
Alyn yang baru saja tiba di kamar mandi mengatur napasnya yang buru-buru. Wanita itu lantas menatap pantulan dirinya di cermin. Ia memejamkan matanya sejenak lalu menggeleng dengan pelan untuk mengenyahkan bayang kejadian barusan.“Bodoh,” keluh Alyn merutuki dirinya. Wanita itu lantas membersihkan diri, sedangkan Erlan yang menunggu di sofa malah ketiduran setelah tadi mencoba menenangkan diri.Ceklek!Alyn yang sudah selesai membersihkan diri pun membuka pintu dengan perlahan. Wanita itu menyembulkan kepalanya dari balik pintu untuk melihat keadaan kamar. Jujur, wanita itu merasa malu atas insiden yang terjadi tadi. Sehingga ketika selesai mandi, ia lebih dulu memastikan semuanya aman. Hingga dapat ia lihat jika Erlan tidur di sofa dengan posisi duduk bersandar pada sandaran. Tentu hal itu membuat Alyn lega. Karenanya ia melenggang keluar lalu mengambil pakaian ganti yang ada di koper. Setelahnya ia kembali ke kamar mandi untuk berganti pakaian. Begitu selesai, Alyn kembali ke k
“Oh, kenapa kalian pulang dengan cepat? Padahal kalian bisa menikmati masa cuti berduaan di hotel!” Gian menggoda Erlan dan Alyn yang baru saja tiba di rumah.Wanita paruh baya itu padahal sengaja mengajak Gempi untuk pulang lebih dulu agar gadis manis itu tidak mengganggu pasangan pengantin baru yang tentunya membutuhkan waktu berduaan. Namun, apa yang ia lihat sekarang membuat Gian tidak percaya jika Erlan dan Alyn malah menyusul!“Ibu, kau tahu jika aku sibuk. Jadi ada baiknya jika aku tinggal saja di rumah untuk memeriksa pekerjaan.” Setelah mengatakan itu, Erlan pergi begitu saja. Meninggalkan Alyn dan Gian yang masih berada di ruang tengah.“Oh, Alyn. Maafkan Erlan, pria dingin itu pasti sudah membuatmu terluka.” Gian menatap Alyn dengan iba. Wanita paruh baya itu juga merasa bersalah karena sikap anaknya yang masih cuek, padahal Erlan sudah menikahi Alyn.Dengan senyum yang canggung, Alyn membalas ucapan Gian. “Bibi—” “Ibu, panggil aku ibu mulai sekarang.” Alyn meringis kecil