Seolah ingin membuktikan kepada Alyn, Erlan benar-benar tidak menemui wanita itu dalam beberapa hari ini. Meski Gempi terus merengek.“Erlan, apa sebaiknya kau temui Alyn. Bicaralah dengan baik-baik dan minta maaf atas kejadian malam itu.” Gian memberi saran yang tak tanggapi oleh Erlan. Pria itu hanya mendesah lalu melanjutkan sarapan dengan Gempi yang hanya memainkan roti bakarnya. “Gempi, rotinya dimakan,” tegurnya. “Tidak, aku tidak ingin makan, Papa.” Dengan lemah gadis manis itu menggeleng, yang membuat Erlan kembali memijat pangkal hidungnya yang berdenyut. “Jika kau tidak makan, kau akan sakit.” “Gempi tidak peduli. Gempi ingin mama. Papa, menikahlah dengan mama.” Seolah paham, Gempi terus merengek–meminta Erlan untuk menikahi Alyn. Jelas pria itu tambah pening. Sehingga memilih ke kantor tanpa mengantarkan Gempi sekolah. “Erlan, kau tidak akan mengantarkan Gempi?” “Tidak. Gadis itu membuatku pusing!” cetus Erlan menyahuti pertanyaan Gian tanpa menoleh sama sekali.P
“Tuan Erlan, apa yang membuatku datang menemuiku?” Alyn menatap pria yang berdiri di hadapannya dengan heran. Tadi, ketika ia baru saja keluar dari bandara, tiba-tiba ponselnya berdering. Ketika ia lihat siapa yang menghubunginya, ternyata Erlan yang mengajaknya bertemu! Sehingga kini mereka tengah berhadapan. “Kau masuklah dulu, aku akan menjelaskannya nanti.” Erlan membuka pintu–mempersilakan Alyn untuk masuk ke mobilnya karena merasa tidak nyaman menjadi pusat perhatian orang lain.Mendesah pelan, Alyn malah diam saja menatap Erlan dengan malas. Sehingga Erlan yang menyadari itu pun berkata, “Gempi pingsan dan dilarikan ke rumah sakit.” Tentu saja Alyn terkejut. Wanita ia melebarkan matanya begitu mendengar kabar tentang gadis manis yang terlanjur ia sayangi itu. “Bagaimana bisa?” “Aku jelaskan di mobil.” Kali ini tanpa pikir panjang Alyn langsung masuk begitu saja. Membuat Erlan langsung menyusul masuk dari pintu sebaliknya.Pria itu lantas mengendarai mobil sambil menjela
Dengan sabar Erlan menunggu Alyn yang masih diam memikirkan keputusan yang akan wanita itu ambil. Tentu ini hanya demi Gempi–buah hatinya bersama Gimma–mendiang istrinya.“Bagaimana? Aku tidak bisa terus menunggu.” Pada akhirnya kesabaran Erlan berakhir juga.Sehingga Alyn dengan perasaan tidak menentu bertanya, “Benarkah Tuan akan membebaskan aku melakukan apapun?” “Yeah, aku tidak ingin mengekangmu. Lagipula ini semua demi Gempi,” jawab Erlan dengan enteng. “Kita bisa hidup layaknya teman,” sambung Erlan. Alyn mangut-mangut. “Sekalipun aku berdekatan dengan pria lain. Apa Tuan tidak akan keberatan?” “Tentu saja! Sudah kukatakan ini demi Gempi.” “Baiklah, kalau begitu aku setuju!” Yeah, memang ini keputusan Alyn pada akhirnya. Bukan karena ingin sebuah kebebasan saja, tetapi wanita itu juga sudah menyayangi Gempi. Terdengar konyol, tetapi itulah Alyn. Jelas Erlan lega mendengarnya. “Jadi, kapan kita menikah? Aku tidak ingin menunda terlalu lama!” Sontak Alyn kembali dibuat
“Wooaah, Mama, kau cantik sekali.” Gempi menatap Alyn yang sudah selesai dirias dengan tatapan kagum. Gadis manis itu bahkan tidak berkedip sama sekali membuat Gian dan Erin yang menemani terkekeh. “Gempi, sekarang kau benar-benar memiliki ibu!” “Yeeaay, Papa dan Mama menikah!” Meski tidak tahu arti sesungguhnya dari pernikahan itu apa, tetapi gadis manis itu tetap senang karena yang dipikirkannya hanyalah tinggal bersama dengan Alyn. Iya, pada akhirnya pernikahan dilangsungkan dengan tertutup, tetapi mewah. Hanya dari kolega kedua belah pihak dan keluarga inti saja.Jelas kabar menikahnya Alyn bersama dengan Erlan cukup menggemparkan. Terlebih Cleo yang heboh begitu mendengar langsung dari Alyn. “Jadi ini yang membuatmu terus bersama dengan Tuan Erlan, Alyn?” tanya Cleo saat itu. “Apa maksudmu?” Alyn tidak paham yang langsung membuat Cleo mendengus. “Beberapa kali aku melihatmu dijemput oleh Tuan Erlan. Oh, Alyn, ini benar-benar di luar dugaan. Bagaimana bisa jika kau yang wak
Alyn yang baru saja tiba di kamar mandi mengatur napasnya yang buru-buru. Wanita itu lantas menatap pantulan dirinya di cermin. Ia memejamkan matanya sejenak lalu menggeleng dengan pelan untuk mengenyahkan bayang kejadian barusan.“Bodoh,” keluh Alyn merutuki dirinya. Wanita itu lantas membersihkan diri, sedangkan Erlan yang menunggu di sofa malah ketiduran setelah tadi mencoba menenangkan diri.Ceklek!Alyn yang sudah selesai membersihkan diri pun membuka pintu dengan perlahan. Wanita itu menyembulkan kepalanya dari balik pintu untuk melihat keadaan kamar. Jujur, wanita itu merasa malu atas insiden yang terjadi tadi. Sehingga ketika selesai mandi, ia lebih dulu memastikan semuanya aman. Hingga dapat ia lihat jika Erlan tidur di sofa dengan posisi duduk bersandar pada sandaran. Tentu hal itu membuat Alyn lega. Karenanya ia melenggang keluar lalu mengambil pakaian ganti yang ada di koper. Setelahnya ia kembali ke kamar mandi untuk berganti pakaian. Begitu selesai, Alyn kembali ke k
“Oh, kenapa kalian pulang dengan cepat? Padahal kalian bisa menikmati masa cuti berduaan di hotel!” Gian menggoda Erlan dan Alyn yang baru saja tiba di rumah.Wanita paruh baya itu padahal sengaja mengajak Gempi untuk pulang lebih dulu agar gadis manis itu tidak mengganggu pasangan pengantin baru yang tentunya membutuhkan waktu berduaan. Namun, apa yang ia lihat sekarang membuat Gian tidak percaya jika Erlan dan Alyn malah menyusul!“Ibu, kau tahu jika aku sibuk. Jadi ada baiknya jika aku tinggal saja di rumah untuk memeriksa pekerjaan.” Setelah mengatakan itu, Erlan pergi begitu saja. Meninggalkan Alyn dan Gian yang masih berada di ruang tengah.“Oh, Alyn. Maafkan Erlan, pria dingin itu pasti sudah membuatmu terluka.” Gian menatap Alyn dengan iba. Wanita paruh baya itu juga merasa bersalah karena sikap anaknya yang masih cuek, padahal Erlan sudah menikahi Alyn.Dengan senyum yang canggung, Alyn membalas ucapan Gian. “Bibi—” “Ibu, panggil aku ibu mulai sekarang.” Alyn meringis kecil
“Ibu, biarkan aku membantumu.” Alyn menghampiri Gian yang ada di dapur bersama dengan salah satu asisten rumah tangga di sana.Sontak Gian menoleh lalu tersenyum hangat. “Alyn, kau tunggulah. Biarkan ibu yang melakukannya.” “Harusnya itu aku ucapkan padamu, Bu.” Gian terkekeh ringan lalu membiarkan Alyn membantunya menyiapkan makan malam. Sehingga dengan cekatan Alyn memasak beberapa menu makanan.Tentu Gian yang melihat itu senang. Karena selain cantik dan penyayang, ternyata Alyn juga pintar memasak. “Alyn, panggil suamimu untuk makan malam,” ujar Gian begitu mereka selesai menghidangkan makanan di atas meja.“Baik, Bu.” Dengan segera wanita itu ke kamar Erlan lalu mengetuk pintu itu sebanyak tiga kali. Barulah ia masuk mesti tidak ada yang menyahut. “Ke mana Tuan Erlan?” gumam Alyn ketika tidak mendapati Erlan di kamar. Alyn mendesah lalu kembali ke ruang makan–menemui ibu mertuanya. “Alyn, di mana suamimu?” tanya Gian menatap menantunya dengan heran. “Tu-Mas Erlan tidak
“Tuan, Anda yakin akan tidur di sofa?” Alyn yang akan rebahan pun menyempatkan diri untuk bertanya karena dikhawatirkan Erlan tidak nyaman.Ya, meski pernikahan bukan karean cinta, tetapi sebagai wanita yang hangat tetap merasa khawatir dengan kondisi suaminya yang harus meringkuk tidak nyaman di sofa. “Ya, kau jangan khawatirkan aku.” Erlan lantas mengambil posisi ternyaman untuk tidur di sofa. Membuat Alyn yang melihatnya semakin tidak enak.Namun, wanita itu juga tidak bisa memaksa Erlan untuk tidur di ranjang bersamanya. Sehingga dengan perasaan tidak enak Alyn mulai merebahkan tubuhnya.Ini adalah malam kedua mereka tidur sebagai suami istri. Sayang, pernikahan yang tidak berlandaskan cinta membuat mereka tidak melakukan seperti pasangan suami istri pada umumnya. *** Pagi menjelang, empat hari sudah Erlan dan Alyn menikah. Meski begitu, hubungan mereka masih saja canggung. Terlebih dengan Erlan begitu menutup diri.“Alyn, apa sebaiknya kau tidak bekerja?” Gian yang melihat Aly