“Erlan, kau belum menjawab pertanyaan mama.”
Erlan mendesah pelan lalu melirik ke arah Gempi yang kini sedang lahap makan roti bakar selai nanas. Setelahnya pria itu menggeleng yang membuat Gian mendengus.
“Mama pikir kau benar-benar sudah memiliki kekasih.” Terlihat raut kekecewaan dari wajah wanita paruh baya itu. “Tapi ini bukan masalah karena mama sudah mendapatkan wanita yang cocok untukmu,” sambungnya.
“Ma—”
“Papa, aku sudah selesai makan!”Pria itu menoleh ke arah Gempi lalu tersenyum tipis. “Baiklah, kalau begitu kita berangkat sekarang!”
Segera Erlan berdiri yang langsung disusul Gempi. Mereka lantas berpamitan kepada Gian untuk berangkat ke sekolah Gempi.
Tiba di salah satu sekolah taman kanak-kanak, anak dan papa itu keluar dari mobil. “Kau hati-hati. Jika ada yang nakal, jangan lupa beritahu papa. Ok?”
“Ok, Papa!” Gempi menyatukan ujung ibu jari dan jari telunjuknya yang kemudian ditaruh di depan mata. Sehingga Erlan terkekeh ringan melihatnya.
“Ok, princess. Sekarang kau masuk!”
“Iya, Papa.” Gadis manis itu melambaikan tangannya sebelum masuk.
Sementara Erlan memilih langsung pergi setelah tidak melihat Gempi. Ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Hingga tiba-tiba seseorang menyebrang yang membuatnya hampir menabrak si penyeberang.
“Apa kau tidak memiliki otak?” umpat Erlan yang menyembulkan kepalanya dari balik jendela.
Sontak wanita yang masih kaget pun menunduk beberapa kali. “Maafkan saya, Tuan. Saya sedang buru-buru.”
Tanpa menunggu sahutan dari si pemilik mobil, wanita yang tidak lain adalah Alyn pun bergegas pergi. Sementara Erlan masih diam sambil menatap punggung Alyn yang menjauh. Pria itu cukup terkejut karena wanita yang hampir ditabraknya merupakan wanita yang sama dengan yang ia temui kemarin.
“Kebetulan macam apa ini?” gumam Erlan kemudian kembali melanjukan mobilnya karena pengguna jalan di belakangnya sudah protes.
“Alyn, kau dari mana saja?” tanya Cleo begitu Alyn tiba di bandara.
“Oh, maafkan aku. Aku bangun kesiangan tadi,” jawab Alyn yang kemudian duduk di kursi.
“Pantas saja. Aku beberapa kali menghubungimu, tapi kesulitan.”
“Ah … aku bahkan lupa mengisi daya ponselku.” Cleo hanya mampu geleng-geleng. “Kau memang ceroboh! Lebih baik kau perbaiki riasanmu. Sebentar lagi kita akan berangkat.”“Baiklah.”
Wanita itu segera merapikan penampilannya yang sedikit berantakan. Setelahnya ia dan teman-teman sejawatnya yang lain pun segera ke pesawat.***
“Ah, ini melelahkan.” Cleo mengeluh setelah menyelesaikan penerbangan yang terakhir.
Alyn yang mendengarnya hanya tersenyum. Sehingga Cleo langsung bertanya, “Apa kau tidak lelah, Alyn?”
“Tentu saja!”Cleo terkekeh lalu mengajak Alyn untuk segera ke hotel. “Besok kita libur. Apa kau memiliki acara?”
“Aku tidak tahu. Tapi yang jelas, hari ini aku harus bersiap menemani ibuku.” Setelah tiba di hotel, Alyn segera bersiap-siap.
Wanita itu mengenakan dress selutut berwarna hitam. Sehingga menampilkan betisnya yang kontras dengan warna pakaiannya. Nampak cantik dengan rambut yang sengaja ia gerai begitu saja.
Setelahnya ia segera berangkat karena sudah terlambat beberapa menit dari jam yang sudah ditentukan.
“Alyn!” panggil Erin begitu melihat anaknya yang baru saja tiba di restoran.
Sontak Alyn menoleh ke arah sumber suara kemudian menghampiri ibunya dengan senyuman manis. “Maafkan aku, Ibu. Tadi ada sedikit kendala di tempatku bekerja.”
“Tidak apa-apa, Alyn. Ayo duduklah,” ujar Erin yang dipatuhi oleh Alyn.Wanita itu duduk lalu menyapa teman ibunya. “Senang bertemu denganmu, Nyonya.”
“Aku pun begitu senang, Alyn.” Wanita paruh baya itu kemudian menoleh ke arah Erin. “Erin, aku tidak tahu jika anakmu tumbuh menjadi gadis yang cantik.”
Erin terkekeh saja. Hingga tiba-tiba seorang gadis manis berlari ke arah Alyn sambil memanggilnya dengan sebutan. “Mama!”
Sontak mereka langsung melihat ke arah gadis kecil yang memeluk Alyn.“Gempi!” panggil Erlan yang mengejar, tetapi langkahnya terhenti ketika melihat wanita yang dipeluk Gempi adalah Alyn.
Lantas, benarkah ini hanya sebuah kebetulan saja?
“Gempi, kau mengenalnya?” tanya teman dari Erin yang tak lain adalah Gian.“Iya. Ini mama gempi!” jawab Gempi membuat Gian melebarkan matanya lalu terkekeh.
Setelahnya Gian melihat ke arah Erlan yang masih berdiri terpaku di tempatnya. “Erlan, bisa kau jelaskan?”
Erlan lantas berdeham pelan kemudian menghampiri mereka. Ia duduk di tempatnya semula lalu menjelaskan apa yang terjadi kemarin. Sehingga Gian langsung tersenyum lebar.
“Ini benar-benar di luar dugaan. Jadi mama yang dimaksud Gempi tadi adalah Alyn? Ah, jika begini … kita harus segera melaksanakan pesta pernikahan!”“Apa?” Semua orang terkejut, terlebih Alyn yang sebelumnya tidak tahu apa-apa.
Wanita yang kini sedang memangku Gempi itu langsung menoleh ke arah Erin. “Ibu, bisa Ibu jelaskan. Sebenarnya apa yang terjadi?”
Erin menarik napas terlebih dahulu lalu mengeluarkannya secara perlahan. “Sejujurnya ibu dan teman ibu sepakat akan menjodohkan kamu dengan Nak Erlan.”
“Apa?” Alyn langsung memekik yang membuat Gempi langsung mendongak.
Sementara Erlan yang sudah paham dengan tabiat ibunya pun terlihat biasa saja. “Mama, sepertinya rencanamu kali ini tidak akan berhasil,” ujarnya.
Sebelumnya jika Gian menjodohkan, pasti pihak Erlan yang akan menolak. Namun, kali ini ia tidak perlu repot-repot menolak karena dari gaya bahasanya saja ia sudah bisa menebak jika Alyn akan menolak.
Gian mendengus sebal lalu menatap Alyn dengan lembut. “Alyn, kamu mau ya menikah dengan anak tante? Lihat, Gempi begitu nyaman denganmu.”
Alyn menunduk sebentar menatap gadis manis yang baru ia ketahui namanya itu. Setelahnya ia menoleh ke arah Erin sejenak. “Tante, tapi aku rasa ini tidak akan berhasil.”
“Apa maksudmu, Alyn?”
“Sejujurnya aku belum memikirkan pernikahan,” ujar Alyn dengan hati-hati. Sehingga tercetak jelas raut kekecewaan dari Gian yang membuat Alyn semakin tidak enak.
“Alyn, apa kau tidak ingin mempertimbangkannya? Kasian Gempi.”
Memang Alyn juga merasa iba dengan Gempi. Terlebih ketika mengingat kejadian di pesawat kemarin. Namun, ia benar-benar belum menginginkan pernikahan!
Alyn masih menikmati pekerjaannya yang memang menjadi cita-citanya dulu. Sehingga rencana untuk menikah belum ada di kamusnya.
“Mam, dia saja tidak ingin menikah. Untuk apa dipaksa? Lagipula aku merasa tidak cocok dengannya,” cetus Erlan tanpa memikirkan perasaan orang lain.
Oh, sebenarnya apa yang dipikirkan Erlan? Apa pria itu benar-benar tidak memiliki perasaan. Atau merasa harga dirinya terluka karena biasanya ia paling keras dalam menolak?
“Papa, aku ingin bertemu mama.” Pagi-pagi ketika hari libur, Gempi merengek yang membuat Erlan mengacak rambutnya. Pria itu pikir di hari liburnya ia akan menikmati hari dengan coklat panas dengan tenang. Namun, pikiran itu menghilang begitu saja setelah anaknya merengek.“Ada apa ini?” Tiba-tiba saja Gian muncul membuat Gempi langsung berlari ke arah wanita paruh baya itu. Dengan air mata yang masih berjatuhan, Gempi memeluk kaki Gian sambil mendongak. “Nenek, aku ingin bertemu dengan mama.”Gian langsung mengembuskan napasnya dengan kasar. Terlebih ketika melihat Erlan yang malah pergi begitu saja. “Erlan!” Panggilan itu lantas menghentikan langkah Erlan. Ia menoleh lalu bertanya dengan satu alis yang terangkat. “Ada apa, Mam?” “Kau antarkan Gempi ke rumah Alyn.” Sontak Erlan langsung melebarkan matanya. “Mam, untuk apa? Dia bahkan bukan ibunya Gempi.” “Tapi dia merindukan Alyn.” Dengan cepat Erlan menggeleng. “Yang dirindukan itu ibunya. Bukan wanita itu!” Wanita itu lant
Tiba di taman, Gempi terus menempel kepada Alyn yang bersama dengan Sam. Sementara Erlan harus menjadi nyamuk di antara hubungan mereka. Ini benar-benar tidak nyaman, dan Erlan ingin sekali keluar dari situasi ini. Namun, pria itu merasa tidak tega dengan Gempi yang terlihat senang bersama dengan Alyn. Hingga akhirnya ia memilih membiarkan, dan hanya sesekali memperhatikan Gempi. “Papa!” panggil Gempi sambil berlari ke arah Erlan.Erlan tersenyum sambil melambaikan tangannya. Melihat senyum Gempi yang manis selalu membuat hati Erlan terasa ringan. Lantas, apa yang akan dilakukan Erlan jika senyum Gempi ada pada Alyn?“Sudah?” tanya Erlan begitu Gempi berada di depannya.Dengan cepat gadis manis itu menggeleng. “Belum. Aku masih ingin bermain dengan Mama!” “Gempi, tapi ini sudah sore. Sebentar lagi malam,” ujar Erlan memberi pengertian, tetapi Gempi malah menangis.“Papa jahat! Gempi mau bermain bersama Mama,” rengek Gadis manis itu membuat Erlan frustasi. Terlebih para pengunjung
Dengan satu tangan Alyn mendorong dada Erlan. Sehingga Erlan lekas bangkit, memberikan ruang bagi Alyn untuk mengatur napasnya yang tiba-tiba saja tersengal. Bagaimana tidak ketika jarak di antara mereka begitu dekat. Terlebih Alyn yang tidak pernah mengalami hal seintim itu.Iya, katakanlah wanita tersebut terlalu kolot di zaman yang bebas ini. Namun, begitulah adanya Alyn yang sampai sekarang masih bisa mempertahankan kehormatannya di tengah gempuran godaan. Entah dari teman ataupun pria yang hanya ia kenal sekilas.“Tuan—”“Jangan menyalahkanku. Kau sendiri yang menarik tanganku tadi. Padahal niatku hanya ingin mengambil Gempi,” sela Erlan sebelum Alyn menyelesaikan ucapannya. Sontak Alyn langsung bungkam. Terlebih ketika ia mengingat kembali jika memang penyebab dari kejadian barusan adalah dirinya. Segera Alyn menyingkirkan tangan Gempi dengan sangat pelan. Setelahnya ia bangkit lalu turun dari ranjang. “Maaf,” ucap Alyn sambil memberikan ruang bagi Erlan untuk menggendong G
“Tuan, aku benar-benar tidak nyaman dengan yang tadi.” Alyn mengeluh setelah kembali ke mobil.Tentu saja Erlan merasa jengah. “Bukan hanya kau, tapi aku juga! Jadi jangan merasa menjadi wanita yang paling malang. Lagipula … anggap saja kejadian tadi sebagai tanda terima kasihmu karena aku sudah menolongmu.” Alyn langsung bungkam. Ucapan pria itu benar, tetapi bukankah ia juga pernah menolong Erlan ketika dalam kesulitan? Dan Alyn bahkan tidak mengungkit itu! Betah dalam diam, akhirnya mereka tiba di bandara. Sehingga Alyn lekas turun. “Tuan, terima kasih atas pertolongannya.” “Hemm.” Setelahnya Alyn benar-benar pergi dari sana karena sudah terlambat. Wanita itu bahkan terlihat buru-buru ketika akan menyeberang. Membuat Erlan yang melihatnya berdecap pelan. “Ceroboh. Bisa-bisanya Gempi menyukai wanita seperti itu,” keluhnya. Pria itu kembali teringat dengan Gempi yang menangis ketika mereka baru tiba di rumah. Hal itu jelas membuat Erlan jengah. Hanya saja … tidak ada yang bisa
“Sebaiknya setelah ini kau tidak membuat janji apapun kepada Gempi.” Erlan mewanti-wanti ketika mereka tiba di rumah Erlan.“Baik,” ucap Alyn yang sejujurnya tidak ingin berurusan lagi dengan Erlan. Hanya saja … wanita itu merasa kasihan dengan Gempi. Hanya itu, tidak lebih!“Kalau begitu turulah, anakku sudah menunggu.” Erlan keluar dari mobil lebih dulu lalu disusul Alyn.“Mama!” Dari dalam rumah ada Gempi yang berseru sambil berlari ke arah Alyn.Sontak Alyn menoleh lalu tersenyum hangat melihat Gempi yang menyambutnya dengan riang. “Mama, Gempi rindu!”“Mama juga. Padahal tadi pagi kita bertemu,” ujar Alyn sambil menggendong Gempi. Melihat kedekatan Alyn dan Gempi tentu membuat Gian semakin yakin untuk menjodohkan Alyn dan Erlan. Rasanya tidak ada yang mustahil jika ia berusaha lebih keras. “Alyn, kita masuk. Di luar dingin,” ajak Gian yang diangguki oleh Alyn.Mereka masuk bersamaan dengan Erlan yang mengikuti dari belakang. Setelahnya pria itu memilih meninggalkan ketiga wa
Seolah ingin membuktikan kepada Alyn, Erlan benar-benar tidak menemui wanita itu dalam beberapa hari ini. Meski Gempi terus merengek.“Erlan, apa sebaiknya kau temui Alyn. Bicaralah dengan baik-baik dan minta maaf atas kejadian malam itu.” Gian memberi saran yang tak tanggapi oleh Erlan. Pria itu hanya mendesah lalu melanjutkan sarapan dengan Gempi yang hanya memainkan roti bakarnya. “Gempi, rotinya dimakan,” tegurnya. “Tidak, aku tidak ingin makan, Papa.” Dengan lemah gadis manis itu menggeleng, yang membuat Erlan kembali memijat pangkal hidungnya yang berdenyut. “Jika kau tidak makan, kau akan sakit.” “Gempi tidak peduli. Gempi ingin mama. Papa, menikahlah dengan mama.” Seolah paham, Gempi terus merengek–meminta Erlan untuk menikahi Alyn. Jelas pria itu tambah pening. Sehingga memilih ke kantor tanpa mengantarkan Gempi sekolah. “Erlan, kau tidak akan mengantarkan Gempi?” “Tidak. Gadis itu membuatku pusing!” cetus Erlan menyahuti pertanyaan Gian tanpa menoleh sama sekali.P
“Tuan Erlan, apa yang membuatku datang menemuiku?” Alyn menatap pria yang berdiri di hadapannya dengan heran. Tadi, ketika ia baru saja keluar dari bandara, tiba-tiba ponselnya berdering. Ketika ia lihat siapa yang menghubunginya, ternyata Erlan yang mengajaknya bertemu! Sehingga kini mereka tengah berhadapan. “Kau masuklah dulu, aku akan menjelaskannya nanti.” Erlan membuka pintu–mempersilakan Alyn untuk masuk ke mobilnya karena merasa tidak nyaman menjadi pusat perhatian orang lain.Mendesah pelan, Alyn malah diam saja menatap Erlan dengan malas. Sehingga Erlan yang menyadari itu pun berkata, “Gempi pingsan dan dilarikan ke rumah sakit.” Tentu saja Alyn terkejut. Wanita ia melebarkan matanya begitu mendengar kabar tentang gadis manis yang terlanjur ia sayangi itu. “Bagaimana bisa?” “Aku jelaskan di mobil.” Kali ini tanpa pikir panjang Alyn langsung masuk begitu saja. Membuat Erlan langsung menyusul masuk dari pintu sebaliknya.Pria itu lantas mengendarai mobil sambil menjela
Dengan sabar Erlan menunggu Alyn yang masih diam memikirkan keputusan yang akan wanita itu ambil. Tentu ini hanya demi Gempi–buah hatinya bersama Gimma–mendiang istrinya.“Bagaimana? Aku tidak bisa terus menunggu.” Pada akhirnya kesabaran Erlan berakhir juga.Sehingga Alyn dengan perasaan tidak menentu bertanya, “Benarkah Tuan akan membebaskan aku melakukan apapun?” “Yeah, aku tidak ingin mengekangmu. Lagipula ini semua demi Gempi,” jawab Erlan dengan enteng. “Kita bisa hidup layaknya teman,” sambung Erlan. Alyn mangut-mangut. “Sekalipun aku berdekatan dengan pria lain. Apa Tuan tidak akan keberatan?” “Tentu saja! Sudah kukatakan ini demi Gempi.” “Baiklah, kalau begitu aku setuju!” Yeah, memang ini keputusan Alyn pada akhirnya. Bukan karena ingin sebuah kebebasan saja, tetapi wanita itu juga sudah menyayangi Gempi. Terdengar konyol, tetapi itulah Alyn. Jelas Erlan lega mendengarnya. “Jadi, kapan kita menikah? Aku tidak ingin menunda terlalu lama!” Sontak Alyn kembali dibuat