“Kamu yakin tidak berlebihan untukmu?” tanya Arsenio memastikan.
Hanna mengangguk. “Mmm … aku tidak apa-apa.”Lagipula, dia sudah biasa bermain keras dengan Arsenio, sehingga permainan lembut akan susah membuatnya mencapai puncak.Setelah mendapatkan persetujuan Hanna, Arsenio mulai menggerakan pinggulnya dengan cepat. Setiap hentakannya mampu menyentuh titik terdalam Hanna, membuat wanita itu hampir berteriak karena dilanda kenikmatan.Arsenio menekukkan kaki Hanna sampai menyentuh dada wanita itu, sehingga kini dia mampu melihat bagian inti istrinya dengan lebih jelas.Setelah Arsenio terus memompa kejantanannya dalam posisi seperti itu. Keduanya sama-sama merasa hampir mencapai puncak. Arsenio mempercepat gerakannya, sementara Hanna melingkarkan kakinya di belakang pinggul Arsenio, memaksa pria itu memperdalam penyatuan mereka.“Ahh!”Hanna mendesah keras, bersamaan dengan geraman rendah Arsenio. Mereka saling berpelu“Retno, aku ingin kamu caritahu semua hal tentang masa lalu istri saya. Mulai dari orang tua kandungnya sampai panti asuhan tempatnya tinggal dulu.”Arsenio menyandarkan punggungnya ke kursi sambil berkata, “Cepat hubungi saya kalau kamu nemuin sesuatu yang janggal."Setelah menutup sambungan telepon dengan orang kepercayaannya, Arsenio menghembuskan napas panjang. Bekas luka di punggung Hanna masih tercetak jelas di dalam ingatannya.Dia tidak ingin bertanya lebih jauh, karena tampaknya Hanna merasa sangat tidak nyaman saat Arsenio membawa topik tersebut. Karena itu, Arsenio lebih memilih untuk mencari tahu sendiri dan menunggu sampai Hanna siap untuk menceritakan semua masa lalunya kepada Arsenio.Usai mengetahui luka itu, akhirnya Arsenio mengerti alasan Hanna meminta perlindungan darinya. Namun, Arsenio tidak tahu apakah orang yang menyakiti Hanna masih berkeliaran atau tidak.“Arsen.” Hanna membuka pintu balkon dan langsung menghembuskan napas lega
Hanna mengangguk dengan antusias. Dia berpikir kalau ajakan kencan itu adalah kesempatan mereka supaya menjadi lebih dekat, sehingga Hanna bisa memanfaatkan Arsenio dengan lebih mudah di masa depan.Ya, Hanna hanya ingin memanfaatkan pria itu, bukannya senang karena diajak kencan.Setidaknya itu yang dia pikirkan.Namun, entah mengapa jantung Hanna berdetak dua kali lebih cepat saat mendengar ajakan Arsenio, seolah-olah dia memang sudah menantikan hal itu.“Bagaimana kalau kita pergi ke taman bermain?”Arsenio mengerutkan keningnya. “Kamu yakin? Tempat itu ramai dan mungkin aja ada banyak orang yang akan ngenalin kamu.”Sebagai artis yang wajahnya sering muncul di televisi, masyarakat pasti mampu mengenali Hanna dengan mudah dan pastinya akan berbondong-bodong ingin meminta foto serta tanda tangan.Hanna tampak berpikir sejenak, kemudian mengusulkan, “Kita bisa pakai masker dan topi untuk menyamarkan identitas kita.”Arsenio tertawa. “Bukannya kamu sering melakukan itu dan tetap terta
“Hanna ingatlah, jangan pernah menganggap pernikahan ini sebagai pernikahan sungguhan.”Arsenio melepaskan cincin pernikahan yang baru saja disematkan beberapa jam yang lalu di jarinya, kemudian memasukkannya ke dalam kotak beludru dengan sikap malas.Di hadapan Arsenio, Hanna hanya bisa terdiam. Pandangan matanya terus tertuju pada permukaan lantai, dia merasa enggan untuk memandang Arsenio secara langsung.“Aku tahu …” Hanna akhirnya berkata, “Aku juga memahami itu. Namun, tidak bisakah kamu memberiku kesempatan untuk menjadi istrimu yang sesungguhnya?”“Jangan membuatku tertawa.” Arsenio mendengus, “Bukankah kamu ingin menikah denganku hanya karena ingin menaikkan ketenaranmu?”Selama beberapa saat, Hanna tidak membalas ucapan Arsenio. Jauh di dalam lubuk hatinya, dia merasa begitu sakit hati dan tidak terima disangka sebagai wanita pengeruk harta. Akan tetapi, pada kenyataannya memang dia menikah dengan Arsenio karena ingin mendapatkan banyak keuntungan.Dia terpaksa harus menikah
Malam itu, tepatnya pada malam pertama pernikahan mereka, Hanna merebahkan dirinya di atas tempat tidur, menjadi simbol atas kesiapannya untuk melakukan kewajiban sebagai seorang istri.Hanna memalingkan wajahnya dari Arsenio, dia merasa lebih senang menatap kaca jendela alih-alih suaminya yang tengah melepaskan jas dan kancing kemejanya.“Hanna, aku tidak memaksamu untuk melakukan ini,” tegas Arsenio. Mungkin pria itu hanya tidak ingin dianggap sebagai pemerkosa istrinya sendiri.Hanna berbisik, “Aku tahu. Aku sendiri yang menyepakati perjanjian kita. Karena itu, kamu tidak perlu ragu-ragu untuk menyetubuhiku.”Karena Hanna rela melakukan apa saja demi memenuhi keinginan Aditya yang berharap Hanna mendapatkan ketenaran dari Arsenio.Akan tetapi, kini Hanna juga mendapatkan keuntungan lain dari Arsenio, yaitu perlindungan yang tidak ada di bawah pengawasan Aditya.Mungkin pernikahan itu adalah kesempatan Hanna untuk melepaskan diri dari Aditya. Mungkin saja hal buruk yang menimpanya t
Arsenio, “Baiklah, aku tidak akan pernah menciummu.”Mereka tidak berniat untuk membangun rumah tangga yang dipenuhi oleh cinta, sehingga tidak ada gunanya untuk memperdebatkan hal sepele seperti ciuman.Hanna mencengkram seprai begitu Arsenio kembali memulai permainan mereka. Ada rasa sakit yang menyerang tubuh bagian bawahnya, tetapi Hanna sama sekali tidak protes karena berpikir rasa sakit itu tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan keuntungan yang bisa ia dapatkan setelah ini.Sayangnya, pikiranya tidak dapat mengontrol tubuhnya. Tanpa sadar, air mata menuruni pipi Hanna karena tidak kuasa menahan rasa sakit tersebut. Kedua tangannya kemudian mencengkram lengan kekar Arsenio, lalu menancapkan kuku-kukunya sampai meninggalkan bekas cakaran di lengan Arsenio.“Apa kau ingin membunuhku?!” pekik Hanna pada akhirnya.Arsenio mendengus pelan, “Pertama kali memang terasa sakit, tapi cobalah tahan sebentar.”Hanna meringis, dia awalnya tidak mempercayai kata-kata Arsenio karena meng
“Jangan sedih, Ayah akan sering-sering mengirim pesan ke Thumbelina. Meski kamu sudah menikah, Ayah pasti tidak akan melupakan Thumbelina.”Setelah mengucapkan kata-kata manis, intonasi Aditya tiba-tiba saja berubah dingin. “Berusahalah untuk mendapatkan perhatian dan harta dari suamimu itu. Kalau kamu gagal menaikkan karirmu, maka kamu sudah tahu konsekuensinya.”Gemetar di tubuh Hanna semakin kuat hingga dia juga merasa menggigil. Aditya selalu seperti itu, memperlakukan Hanna dengan manis pada awalnya, kemudian akan menghukumnya apabila Hanna gagal memenuhi ekspektasi yang dia buat.Seandainya pernikahan Hanna tidak menghasilkan apa-apa, maka Aditya pasti akan memaksanya bercerai dan memberikan hukuman berat kepadanya.“Thumbelina mengerti Ayah,” bisik Hanna. “Kira-kira, kapan Ayah akan mengunjungiku?”“Hmm … sayangnya Ayah tidak bisa mengunjungimu dalam waktu dekat. Beberapa minggu ke depan Ayah ada pekerjaan di luar negeri, jadi mungkin hanya bisa mengirim pesan kepadamu.”Seketi
“Thumbelina! Akhirnya kamu sampai juga. Aku sudah menunggu-nunggu kamu dari pagi, aku pikir kamu tidak jadi datang hari ini.”Hanna lumayan terkejut saat salah satu adik Arsenio langsung berlari keluar rumah begitu Hanna sampai di kediaman Arsenio.Ketika Hanna perhatikan lebih lanjut, Hanna menebak bahwa wanita di hadapannya adalah Karina Tanya Ganendra, adik terakhir dari Arsenio yang memiliki wajah secantik mutiara.“Maaf, aku terlambat. Tadi jalanannya sangat macet,” kata Hanna seraya tersenyum, berusaha agar terlihat baik di hadapan Karina.Karina segera mengibaskan tangannya. “Jangan khawatir, kamu nggak perlu minta maaf. Aku cuman tidak sabar buat ketemu kamu! Kemarin kita tidak sempat ngobrol karena pestanya sangat ramai, bahkan aku susah mendekati kamu saat kamu selalu jadi pusat perhatian di pesta.”Hanna, “Ah, itu kesalahanku. Seharusnya aku lebih memperhatikan adik ipar di pesta daripada tamu yang lain.”“Eh? Aku tidak mengatakan itu untuk membuat kamu merasa tidak enak. S
Pada hampir tengah malam, suara mobil Arsenio terdengar di depan rumah. Hanna lantas mengintip dari jendela kamarnya, dan mengamati sosok Arsenio yang baru saja keluar dari mobil, menampakkan wajah tampannya yang sempat membuat Hanna terpana selama beberapa detik.Jika saja pernikahannya dengan Arsenio tidak mengandung pemaksaan, mungkin saja Hanna bisa jatuh cinta dengan pria itu. Sayangnya mereka sudah terikat kontrak untuk tidak jatuh cinta.Berselang beberapa saat kemudian, Arsenio masuk ke dalam kamarnya dan menampakkan wajah terkejut begitu melihat Hanna.“Apa yang kamu lakukan di kamarku?” tanya Arsenio.Hanna menjawab dengan acuh. “Sekarang aku adalah istrimu, wajar jika aku tidur bersamamu.”Arsenio, “Kita hanya pasangan pura-pura, jadi untuk apa tidur bersama? Siapa yang memperbolehkanmu masuk ke dalam kamarku?”“Adikmu, Karina. Dia bahkan bilang aku boleh mendekorasi kamar ini sesuka hatiku.”Arsenio sontak berjalan ke hadapan Hanna dan menampakkan wajah dinginnya seperti b