Beranda / CEO / Istri Boneka Sang Presdir / BAB 1 : Pernikahan Palsu

Share

Istri Boneka Sang Presdir
Istri Boneka Sang Presdir
Penulis: Shafazana

BAB 1 : Pernikahan Palsu

“Hanna ingatlah, jangan pernah menganggap pernikahan ini sebagai pernikahan sungguhan.”

Arsenio melepaskan cincin pernikahan yang baru saja disematkan beberapa jam yang lalu di jarinya, kemudian memasukkannya ke dalam kotak beludru dengan sikap malas.

Di hadapan Arsenio, Hanna hanya bisa terdiam. Pandangan matanya terus tertuju pada permukaan lantai, dia merasa enggan untuk memandang Arsenio secara langsung.

“Aku tahu …” Hanna akhirnya berkata, “Aku juga memahami itu. Namun, tidak bisakah kamu memberiku kesempatan untuk menjadi istrimu yang sesungguhnya?”

“Jangan membuatku tertawa.” Arsenio mendengus, “Bukankah kamu ingin menikah denganku hanya karena ingin menaikkan ketenaranmu?”

Selama beberapa saat, Hanna tidak membalas ucapan Arsenio. Jauh di dalam lubuk hatinya, dia merasa begitu sakit hati dan tidak terima disangka sebagai wanita pengeruk harta. Akan tetapi, pada kenyataannya memang dia menikah dengan Arsenio karena ingin mendapatkan banyak keuntungan.

Dia terpaksa harus menikahi Arsenio karena tuntutan ayah tirinya—Aditya Pramana—yang ingin Hanna menjadi lebih terkenal dengan cara menikahi seorang presdir dari sebuah perusahaan entertainment terbesar di Indonesia, yaitu GND Entertainment.

Hanna sesungguhnya ingin menolak, tapi ucapan Aditya adalah hal mutlak yang harus Hanna penuhi.

Oleh karena itu, berakhirlah Hanna di sini, tepatnya di sebuah kamar hotel yang sudah dihias untuk menyambut pengantin baru. Sayangnya, walau hiasan kamar itu mengandung banyak nuansa kebahagiaan dan keromantisan, Hanna dan Arsenio tidak merasakan itu.

“Jangan merasa paling dirugikan di sini. Bukankah kamu juga ingin mendapatkan keuntungan dari menikah denganku?” Hanna menambahkan, “Ayahmu ingin kamu punya penerus, kan?”

“Aku menginginkan hartamu dan kamu menginginkan keturunan dariku, tidakkah itu terdengar adil untuk kita berdua?” tanya Hanna dengan ketus.

Setelah mendapat cercaan dari Arsenio, Hanna tidak ingin lagi berpura-pura sebagai wanita manis yang tidak bisa melakukan apa-apa. Jika sandiwara tidak mampu meluluhkan hati Arsenio, maka Hanna tidak perlu bersandiwara lagi.

Arsenio terkekeh pelan saat mendengar penuturan Hanna. “Tidak kusangka wanita yang selalu tampak manis di televisi mampu berbicara seperti itu. Hanna, ternyata kamu benar-benar dilingkupi kepalsuan. Pantas saja aku tidak menyukaimu dari dulu.”

Hanna tersenyum kecut, merasa kesal dengan sindiran Arsenio. “Manis bukan berarti bodoh dan kepalsuan merupakan hal biasa di layar televisi.”

Hanna menambahkan, “Di dunia ini hanya nominal uang yang tidak pernah palsu.”

Bila memang Arsenio tidak memberikan Hanna kesempatan untuk menjadi istri yang sesungguhnya, maka Hanna masih bisa membuat perjanjian dengan pria itu.

Karena Arsenio menganggap wanita itu sebagai parasit, maka Hanna mampu mewujudkan julukan itu menjadi kenyataan.

“Kalau kamu tidak mau menganggap pernikahan ini sebagai pernikahan sungguhan, maka kita bisa membuatnya menjadi sebuah bisnis.”

Hanna mengambil secarik kertas kosong dari meja hotel, lalu menyodorkannya ke hadapan Arsenio. “Mari buat perjanjian secara resmi. Kau akan memberikanku ketenaran, sementara aku akan memberikanmu keturunan.”

Arsenio, “Tidak ada cinta di antara kita?”

Hanna mengangguk cepat. “Ya, tidak ada cinta di antara kita.”

Pria di hadapan Hanna menghembuskan napas lelah, sebelum akhirnya menuliskan perjanjian mereka di atas kertas dan menandatanganinya. “Besok aku akan minta sekretarisku untuk membuatkan surat yang lebih resmi, lalu kita bisa memulai bisnis kita.”

Hanna tersenyum masam, dia masih belum menyangka bila impiannya untuk mempunyai rumah tangga yang harmonis langsung hancur pada hari pertama pernikahan.

Sebelum Hanna membubuhkan tanda tangannya, dia berkata lagi, “Aku punya satu permintaan lain. Kau harus menjamin keselamatanku dan tidak akan membiarkanku terluka. Sebagai gantinya, aku akan berusaha membangun citra rumah tangga yang harmonis di depan media.”

Arsenio memandang Hanna dengan tatapan aneh, merasa bingung dengan permintaan yang diajukan oleh Hanna.

Wanita itu adalah seorang penyanyi terkenal, sehingga sudah sepatutnya mendapatkan banyak perlindungan dari berbagai pihak.

Namun, mengapa Hanna masih harus meminta perlindungan dari Arsenio?

Arsenio masih bertanya-tanya, tetapi malas untuk berpikir terlalu jauh. Asalkan Hanna setuju untuk tidak menaruh perasaan ke dalam pernikahan mereka dan membuatnya repot, maka Arsenio tidak memperdulikan hal lain lagi.

“Baiklah, aku sepakat.” Arsenio berkata, “Kamu akan berada di bawah perlindunganku secara penuh.”

Hanna lantas tersenyum tipis, ada sedikit rasa lega yang hinggap di hatinya tatkla mendengar perkataan Arsenio. Walaupun harus bertahan dalam sebuah pernikahan palsu, setidaknya Hanna bisa mendapatkan tambahan perlindungan dari orang yang memiliki jabatan tinggi.

Wanita itu kemudian mengambil kembali cincin pernikahan milik Arsenio yang tadi dilepas. “Pakai cincin ini lagi.”

“Kenapa aku harus memakainya lagi?” tanya Arsenio dengan enggan.

Hanna, “Bukankah kau membutuhkan keturunan? Hari ini adalah hari suburku, jadi akan lebih baik jika kita melakukan hubungan malam ini.”

Hanna menambahkan, “Namun, aku tidak mau dianggap sebagai mesin pembuat anak. Karena itu, aku ingin kamu memakai cincin pernikahan kita selama berhubungan, supaya aku bisa menganggapmu sebagai suamiku.”

Arsenio menundukkan kepalanya, menatap kilauan cincin emas putih yang kini di pegang oleh Hanna. Ekspresi wajah wanita itu terlihat serius, pertanda bahwa dia tidak main-main dengan ucapannya.

“Maka ini juga akan menjadi salah satu kesepakatan kita. Hanya pada saat masa suburmu kita akan melakukan hubungan suami istri dan memakai cincin pernikahan,” kata Arsenio seraya mengambil cincin dari tangan Hanna.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status