“Hanna ingatlah, jangan pernah menganggap pernikahan ini sebagai pernikahan sungguhan.”
Arsenio melepaskan cincin pernikahan yang baru saja disematkan beberapa jam yang lalu di jarinya, kemudian memasukkannya ke dalam kotak beludru dengan sikap malas.Di hadapan Arsenio, Hanna hanya bisa terdiam. Pandangan matanya terus tertuju pada permukaan lantai, dia merasa enggan untuk memandang Arsenio secara langsung.“Aku tahu …” Hanna akhirnya berkata, “Aku juga memahami itu. Namun, tidak bisakah kamu memberiku kesempatan untuk menjadi istrimu yang sesungguhnya?”“Jangan membuatku tertawa.” Arsenio mendengus, “Bukankah kamu ingin menikah denganku hanya karena ingin menaikkan ketenaranmu?”Selama beberapa saat, Hanna tidak membalas ucapan Arsenio. Jauh di dalam lubuk hatinya, dia merasa begitu sakit hati dan tidak terima disangka sebagai wanita pengeruk harta. Akan tetapi, pada kenyataannya memang dia menikah dengan Arsenio karena ingin mendapatkan banyak keuntungan.Dia terpaksa harus menikahi Arsenio karena tuntutan ayah tirinya—Aditya Pramana—yang ingin Hanna menjadi lebih terkenal dengan cara menikahi seorang presdir dari sebuah perusahaan entertainment terbesar di Indonesia, yaitu GND Entertainment.Hanna sesungguhnya ingin menolak, tapi ucapan Aditya adalah hal mutlak yang harus Hanna penuhi.Oleh karena itu, berakhirlah Hanna di sini, tepatnya di sebuah kamar hotel yang sudah dihias untuk menyambut pengantin baru. Sayangnya, walau hiasan kamar itu mengandung banyak nuansa kebahagiaan dan keromantisan, Hanna dan Arsenio tidak merasakan itu.“Jangan merasa paling dirugikan di sini. Bukankah kamu juga ingin mendapatkan keuntungan dari menikah denganku?” Hanna menambahkan, “Ayahmu ingin kamu punya penerus, kan?”“Aku menginginkan hartamu dan kamu menginginkan keturunan dariku, tidakkah itu terdengar adil untuk kita berdua?” tanya Hanna dengan ketus.Setelah mendapat cercaan dari Arsenio, Hanna tidak ingin lagi berpura-pura sebagai wanita manis yang tidak bisa melakukan apa-apa. Jika sandiwara tidak mampu meluluhkan hati Arsenio, maka Hanna tidak perlu bersandiwara lagi.Arsenio terkekeh pelan saat mendengar penuturan Hanna. “Tidak kusangka wanita yang selalu tampak manis di televisi mampu berbicara seperti itu. Hanna, ternyata kamu benar-benar dilingkupi kepalsuan. Pantas saja aku tidak menyukaimu dari dulu.”Hanna tersenyum kecut, merasa kesal dengan sindiran Arsenio. “Manis bukan berarti bodoh dan kepalsuan merupakan hal biasa di layar televisi.”Hanna menambahkan, “Di dunia ini hanya nominal uang yang tidak pernah palsu.”Bila memang Arsenio tidak memberikan Hanna kesempatan untuk menjadi istri yang sesungguhnya, maka Hanna masih bisa membuat perjanjian dengan pria itu.Karena Arsenio menganggap wanita itu sebagai parasit, maka Hanna mampu mewujudkan julukan itu menjadi kenyataan.“Kalau kamu tidak mau menganggap pernikahan ini sebagai pernikahan sungguhan, maka kita bisa membuatnya menjadi sebuah bisnis.”Hanna mengambil secarik kertas kosong dari meja hotel, lalu menyodorkannya ke hadapan Arsenio. “Mari buat perjanjian secara resmi. Kau akan memberikanku ketenaran, sementara aku akan memberikanmu keturunan.”Arsenio, “Tidak ada cinta di antara kita?”Hanna mengangguk cepat. “Ya, tidak ada cinta di antara kita.”Pria di hadapan Hanna menghembuskan napas lelah, sebelum akhirnya menuliskan perjanjian mereka di atas kertas dan menandatanganinya. “Besok aku akan minta sekretarisku untuk membuatkan surat yang lebih resmi, lalu kita bisa memulai bisnis kita.”Hanna tersenyum masam, dia masih belum menyangka bila impiannya untuk mempunyai rumah tangga yang harmonis langsung hancur pada hari pertama pernikahan.Sebelum Hanna membubuhkan tanda tangannya, dia berkata lagi, “Aku punya satu permintaan lain. Kau harus menjamin keselamatanku dan tidak akan membiarkanku terluka. Sebagai gantinya, aku akan berusaha membangun citra rumah tangga yang harmonis di depan media.”Arsenio memandang Hanna dengan tatapan aneh, merasa bingung dengan permintaan yang diajukan oleh Hanna.Wanita itu adalah seorang penyanyi terkenal, sehingga sudah sepatutnya mendapatkan banyak perlindungan dari berbagai pihak.Namun, mengapa Hanna masih harus meminta perlindungan dari Arsenio?Arsenio masih bertanya-tanya, tetapi malas untuk berpikir terlalu jauh. Asalkan Hanna setuju untuk tidak menaruh perasaan ke dalam pernikahan mereka dan membuatnya repot, maka Arsenio tidak memperdulikan hal lain lagi.“Baiklah, aku sepakat.” Arsenio berkata, “Kamu akan berada di bawah perlindunganku secara penuh.”Hanna lantas tersenyum tipis, ada sedikit rasa lega yang hinggap di hatinya tatkla mendengar perkataan Arsenio. Walaupun harus bertahan dalam sebuah pernikahan palsu, setidaknya Hanna bisa mendapatkan tambahan perlindungan dari orang yang memiliki jabatan tinggi.Wanita itu kemudian mengambil kembali cincin pernikahan milik Arsenio yang tadi dilepas. “Pakai cincin ini lagi.”“Kenapa aku harus memakainya lagi?” tanya Arsenio dengan enggan.Hanna, “Bukankah kau membutuhkan keturunan? Hari ini adalah hari suburku, jadi akan lebih baik jika kita melakukan hubungan malam ini.”Hanna menambahkan, “Namun, aku tidak mau dianggap sebagai mesin pembuat anak. Karena itu, aku ingin kamu memakai cincin pernikahan kita selama berhubungan, supaya aku bisa menganggapmu sebagai suamiku.”Arsenio menundukkan kepalanya, menatap kilauan cincin emas putih yang kini di pegang oleh Hanna. Ekspresi wajah wanita itu terlihat serius, pertanda bahwa dia tidak main-main dengan ucapannya.“Maka ini juga akan menjadi salah satu kesepakatan kita. Hanya pada saat masa suburmu kita akan melakukan hubungan suami istri dan memakai cincin pernikahan,” kata Arsenio seraya mengambil cincin dari tangan Hanna.Malam itu, tepatnya pada malam pertama pernikahan mereka, Hanna merebahkan dirinya di atas tempat tidur, menjadi simbol atas kesiapannya untuk melakukan kewajiban sebagai seorang istri.Hanna memalingkan wajahnya dari Arsenio, dia merasa lebih senang menatap kaca jendela alih-alih suaminya yang tengah melepaskan jas dan kancing kemejanya.“Hanna, aku tidak memaksamu untuk melakukan ini,” tegas Arsenio. Mungkin pria itu hanya tidak ingin dianggap sebagai pemerkosa istrinya sendiri.Hanna berbisik, “Aku tahu. Aku sendiri yang menyepakati perjanjian kita. Karena itu, kamu tidak perlu ragu-ragu untuk menyetubuhiku.”Karena Hanna rela melakukan apa saja demi memenuhi keinginan Aditya yang berharap Hanna mendapatkan ketenaran dari Arsenio.Akan tetapi, kini Hanna juga mendapatkan keuntungan lain dari Arsenio, yaitu perlindungan yang tidak ada di bawah pengawasan Aditya.Mungkin pernikahan itu adalah kesempatan Hanna untuk melepaskan diri dari Aditya. Mungkin saja hal buruk yang menimpanya t
Arsenio, “Baiklah, aku tidak akan pernah menciummu.”Mereka tidak berniat untuk membangun rumah tangga yang dipenuhi oleh cinta, sehingga tidak ada gunanya untuk memperdebatkan hal sepele seperti ciuman.Hanna mencengkram seprai begitu Arsenio kembali memulai permainan mereka. Ada rasa sakit yang menyerang tubuh bagian bawahnya, tetapi Hanna sama sekali tidak protes karena berpikir rasa sakit itu tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan keuntungan yang bisa ia dapatkan setelah ini.Sayangnya, pikiranya tidak dapat mengontrol tubuhnya. Tanpa sadar, air mata menuruni pipi Hanna karena tidak kuasa menahan rasa sakit tersebut. Kedua tangannya kemudian mencengkram lengan kekar Arsenio, lalu menancapkan kuku-kukunya sampai meninggalkan bekas cakaran di lengan Arsenio.“Apa kau ingin membunuhku?!” pekik Hanna pada akhirnya.Arsenio mendengus pelan, “Pertama kali memang terasa sakit, tapi cobalah tahan sebentar.”Hanna meringis, dia awalnya tidak mempercayai kata-kata Arsenio karena meng
“Jangan sedih, Ayah akan sering-sering mengirim pesan ke Thumbelina. Meski kamu sudah menikah, Ayah pasti tidak akan melupakan Thumbelina.”Setelah mengucapkan kata-kata manis, intonasi Aditya tiba-tiba saja berubah dingin. “Berusahalah untuk mendapatkan perhatian dan harta dari suamimu itu. Kalau kamu gagal menaikkan karirmu, maka kamu sudah tahu konsekuensinya.”Gemetar di tubuh Hanna semakin kuat hingga dia juga merasa menggigil. Aditya selalu seperti itu, memperlakukan Hanna dengan manis pada awalnya, kemudian akan menghukumnya apabila Hanna gagal memenuhi ekspektasi yang dia buat.Seandainya pernikahan Hanna tidak menghasilkan apa-apa, maka Aditya pasti akan memaksanya bercerai dan memberikan hukuman berat kepadanya.“Thumbelina mengerti Ayah,” bisik Hanna. “Kira-kira, kapan Ayah akan mengunjungiku?”“Hmm … sayangnya Ayah tidak bisa mengunjungimu dalam waktu dekat. Beberapa minggu ke depan Ayah ada pekerjaan di luar negeri, jadi mungkin hanya bisa mengirim pesan kepadamu.”Seketi
“Thumbelina! Akhirnya kamu sampai juga. Aku sudah menunggu-nunggu kamu dari pagi, aku pikir kamu tidak jadi datang hari ini.”Hanna lumayan terkejut saat salah satu adik Arsenio langsung berlari keluar rumah begitu Hanna sampai di kediaman Arsenio.Ketika Hanna perhatikan lebih lanjut, Hanna menebak bahwa wanita di hadapannya adalah Karina Tanya Ganendra, adik terakhir dari Arsenio yang memiliki wajah secantik mutiara.“Maaf, aku terlambat. Tadi jalanannya sangat macet,” kata Hanna seraya tersenyum, berusaha agar terlihat baik di hadapan Karina.Karina segera mengibaskan tangannya. “Jangan khawatir, kamu nggak perlu minta maaf. Aku cuman tidak sabar buat ketemu kamu! Kemarin kita tidak sempat ngobrol karena pestanya sangat ramai, bahkan aku susah mendekati kamu saat kamu selalu jadi pusat perhatian di pesta.”Hanna, “Ah, itu kesalahanku. Seharusnya aku lebih memperhatikan adik ipar di pesta daripada tamu yang lain.”“Eh? Aku tidak mengatakan itu untuk membuat kamu merasa tidak enak. S
Pada hampir tengah malam, suara mobil Arsenio terdengar di depan rumah. Hanna lantas mengintip dari jendela kamarnya, dan mengamati sosok Arsenio yang baru saja keluar dari mobil, menampakkan wajah tampannya yang sempat membuat Hanna terpana selama beberapa detik.Jika saja pernikahannya dengan Arsenio tidak mengandung pemaksaan, mungkin saja Hanna bisa jatuh cinta dengan pria itu. Sayangnya mereka sudah terikat kontrak untuk tidak jatuh cinta.Berselang beberapa saat kemudian, Arsenio masuk ke dalam kamarnya dan menampakkan wajah terkejut begitu melihat Hanna.“Apa yang kamu lakukan di kamarku?” tanya Arsenio.Hanna menjawab dengan acuh. “Sekarang aku adalah istrimu, wajar jika aku tidur bersamamu.”Arsenio, “Kita hanya pasangan pura-pura, jadi untuk apa tidur bersama? Siapa yang memperbolehkanmu masuk ke dalam kamarku?”“Adikmu, Karina. Dia bahkan bilang aku boleh mendekorasi kamar ini sesuka hatiku.”Arsenio sontak berjalan ke hadapan Hanna dan menampakkan wajah dinginnya seperti b
Arsenio mengedipkan kelopak matanya beberapa kali, tidak menyangka bila Hanna akan protes dengan kelakuannya tadi pagi.“Maaf, tadi pagi aku buru-buru, sehingga tidak sempat membantumu bersih-bersih.”Seketika Hanna terkesiap. Sama sekali tak terbersit di dalam pikiran Hanna bila pria yang selalu tampak dingin itu bisa mengucapkan kata maaf.“Asal kamu tidak mengulanginya lagi … maka aku tidak akan mempermasalahkan hal itu lagi,” bisik Hanna.Saat ini, Hanna benar-benar tidak bisa menebak isi pikiran Arsenio. Pria itu berulang kali menegaskan kalau dia membenci Hanna dan hanya menikahinya karena tuntutan dari ayahnya. Namun, pada kenyataannya Arsenio tidak pernah mengasarinya. Jangankan memukul Hanna, pria itu bahkan masih berusaha membuat Hanna menikmati kegiatan panas mereka kemarin malam.Jika saja kata-kata yang keluar dari mulur Arsenio tidak tajam, mungkin Hanna tidak akan tahu kalau pria itu membencinya.“Kamu sudah siap?” tanya Arsenio.Hanna mengangguk pasrah. “Ya, aku akan
Awalnya, Hanna berpikir mungkin suasana hangat yang sempat mereka ciptakan kemarin berhasil meluluhkan hati Arsenio. Namun, wanita itu salah besar, karena Arsenio tetap mempertahankan sikap acuhnya keesokan harinya.Walaupun pria itu memenuhi janjinya untuk membersihkan tubuh Hanna setelah mereka selesai bermain-main. Arsenio tetap saja tidak mau bicara banyak dengan Hanna, bahkan suaminya itu cenderung mengabaikan Hanna.‘Apa ini yang dirasakan oleh para wanita penghibur di luar sana? Saat malam dipuji-puji, lalu akan dibuang begitu pagi hari datang,’ keluh Hanna di dalam benaknya.Hanna menghela napasnya, kemudian duduk di tempat tidur, sementara Arsenio sedang mengenakan dasinya dan bersiap-siap pergi ke kantor walau matahari belum terbit.“Kamu sudah mau berangkat kerja?” tanya Hanna.“Ya, ada rapat penting hari ini.”Entah mengapa, Hanna merasa sepertinya Arsenio sengaja berangkat pagi-pagi bukan karena pekerjaannya, melainkan karena ingin menghindar dari Hanna.“Tidak ingin sara
Semenjak selesai sarapan, dia terus berjalan mondar-mandir di dalam kamar seraya menggigit ujung jarinya.Hari ini Karina sedang pergi ke kampusnya, sehingga Hanna akan merasa sangat canggung bila ditinggal bersama Vanessa dan Tiana. Terlebih Vanessa bukan tipe orang yang bisa memecahkan suasana dengan mudah.Terus memikirkan hal itu malah membuatnya bertambah cemas.Hanna memang seperti itu, dia selalu mempunyai kecemasan tinggi apabila diharuskan berkenalan dengan orang baru.Jika hanya berkenalan dengan rekan kerja, Hanna masih bisa menahan kecemasannya. Tapi kalau sudah berurusan dengan kenalan pribadi, maka Hanna selalu takut akan ada hal buruk yang menimpanya.Ketika hati Hanna masih diliputi kegelisahan, tiba-tiba saja Vanessa memanggilnya dari luar ruangan.“Hanna, Tiana baru saja datang. Apa kamu udah sehatan?” tanya Vanessa.Hanna terkejut, tidak menyangka Tiana akan datang lebih pagi dari perkiraan.Dia ingin melarikan diri tapi takut mempunyai kesan yang buruk di hadapan t