Istri Bayaran Sang Opa Menawan
Bab 1 : Malam Pertama
"Mau tidur di atas atau di bawah?"
"Hah, apa, Kek? Aku masih ting-ting loh, Kek, dijamin masih ting-ting, sama sekali belum berpengalaman. Please, jangan unboxing aku sekarang, nunggu udah lulus kuliah dan dapat gelar sarjana saja!" Aku menyimpuhkan kedua tangan di depan wajah dengan mata merem melek, biar doi prihatin.
Pria tua itu melotot dan mendaratkan jitakan di dahiku.
Aduh, kok dijitak?! KDRT nih kakek-kakek. Aku meringis sambil memegangi dahi yang sebenarnya tak sakit benaran, tapi tetap harus berpura-pura sakit biar terkesan drasmatis.
"Siapa juga yang mau unboxing kamu, gak minat saya sama bocah bau ingus kayak kamu! Sana tidur di bawah saja, saya tidur di kasur!" Dia melempar bantal dan selimut ke wajahku lalu menguasai ranjang pengantin dengan taburan kelopak mawar itu. Yeah, ciri khas ranjang pengantin kayak di tv.
Aku melongo sambil mengusap hidung, perasaan lagi gak flu deh, masa iya ada ingus? Dahi ini berkerut menatap pria berwajah kakek-kakek yang kini berstatus suamiku itu.
"Apa lihat-lihat?! Sana bentang selimut tidur di bawah!" omelnya lagi dengan wajah judes.
Duh, nih Kakek-kakek bener-bener gak ada akhlak. Untung udah tua dia, kalau masih muda, udah kuajak duel dia.
Nggak nyangka juga, Si Doi yang udah bau tanah ini kejam bin sadis, gila aja aku yang wanita malah diusir suruh tidur di lantai. Segala omelan, umpatan dan sumpah serapah hanya bisa kupendam dalam hati.
Sabar, Loly, dari pada kamu diunboxing, mending pelukan ama lantai. Aku menghibur diri dan berusaha tetap jadi anak baik, eh ... istri baik maksudnya. Asem dah dengan segala macam istilahnya.
Dasar Kakek tua kejam, kusumpahi cepat jadi jenazah dia, biar aku bisa segera jadi janda kaya. Duh, otak makin error saja. Kupukul kepala sendiri yang terkadang suka rada konslet, kayaknya ini karena terlalu banyak makan lauk sambel deh. Hizz ... iya, gaes, aku ini miskin, buat lauk sehari-hari, aku nanam cabe buat lauk. Menyedihkan bukan? Tapi kini Loly udah jadi istri pria kaya, hmm ... walaupun Si Dia Yang Renta. Gak apa deh, yang penting gak miskin lagi. Aku udah capek hidup miskin dan selalu dihina orang-orang, baik tetangga atau juga teman di sekolah dulu.
Yeah, saatnya tidur dan berhenti bersungut. Akan kusambut hari esok dengan status baru, Loly istri orang kaya walaupun dia seorang kakek tua.
Alhasil, malam pertama kuhabiskan dengan tidur meleseh di lantai kamar pengantin, sedangkan dia--kakek tua yang telah sah menjadi suamiku itu malah enak-enakan tidur di kasur empuk. Heran juga, jadi kakek-kakek kok galak amat! Pelit banget berbagi ranjang denganku, walau nggak ngapa-ngapain juga.
***
"Hey, bangun kamu! Mau tidur sampai jam berapa kamu? Ini sudah pukul 09.00. Heran, perempuan kok hobynya tidur aja!"
Samar-samar terdengar suara omelan di dekatku. Kira-kira siapa, ya? Perasaan aku ini tinggal sendiri aja di rumah reok peninggalan Ibu ini.
"Loly, mau bangun sekarang atau saya siram air satu gentong?!" Suara itu kembali terdengar, kubuka mata perlahan dan tampaklah dia yang menatapku dengan wajah jutek.
Astaga, wajahku langsung ditimpuk handuk sama nih kakek-kakek. Bener-bener galak dia, isshh! Dasar tua renta bau tanah, awas saja! Nanti kusmakdown langsung koit nih calon almarhum.
"Buruan mandi! Pukul 10.00 cucuku akan datang, kita akan ada acara sarapan pagi bersama!" ujarnya sambil duduk kembali di atas tempat tidur, dengan tablet di tangannya.
Dengan malas, aku meluruskan badan sejenak, ternyata gak ada bedanya juga kemarin ama hari ini, aku tetap aja tidurnya di lantai.
Aku memajukan bibir dan bangkit juga dari lantai, lalu melipat selimut dan meletakkan bantal di atasnya.
Kuedarkan pandangan ke sekitar, kamar milik orang kaya itu memang boros, masa kamar aja seluas ini, lalu di mana kamar mandinya? Aku celingukan.
"Kamar mandi ada di pojokan kanan, bawa pakaian ganti sekalian! Jangan sampai mata saya ternoda oleh pemandangan tak indah darimu itu!" ujarnya lagi dengan mata yang tetap fokus dengan benda pipih di tangannya itu.
Ishh ... kata-katanya makin pedas aja Si Kakek Tua berstatus suamiku ini. Sumpah, gaes, kalo gak mikir gak takut kualat, udah kujambak rambutnya yang sudah bisa dihitung pakai jari itu.
Dengan mendengus sebal, aku melangkah menuju bungkusan kresek yang isinya ada beberapa bajuku yang paling bagus dibandingkan baju buluk lainnya. Yeah, gini deh nasib orang miskin dan sebatang kara. Demi bisa meraih cita-cita, aku rela melamar jadi istri Si Kakek Galak ini. Hahhh, iya, gaes, aku yang melamar lowongan jadi istri Si Kakek sebab aku tergiur dengan gajinya yang lumayan buat bisa dijadikan ongkos kuliah. Gak apa deh jadi istri Si Tua Renta itu, yang penting aku bisa melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah.
Yeah, bagiku yang hanya punya otak pas-pasan, hanya mimpi saja mau dapat beasiswa bisa kuliah gratis. Karena kesadaranku itu, maka mengisi lowongan jadi istri Si Pria Tua kaya raya inilah jalan yang kutempuh.
***
"Xeon, kenalkan ini Lolyta, Oma barumu--istri baru Opa. Panggil dia Oma Loly dan kamu harus sopan kepadanya! Ayo, salim sama dia!" Kakek Tua itu menunjuk aku di sampingnya, padahal Si Lawan Bicara sedang membelakangi kami saat ini.
Pria berjaket hitam itu menoleh dan tatapannya langsung tertuju kepadaku.
"What? Jadi dia wanita yang mengisi lowongan jadi istri Opa?!" Dia melotot sambil menatapku dari ujung rambut sampai ujung sandal.
Tak hanya dia saja yang kaget, aku pun juga. Aku tak menyangka saja ternyata dia itu cucunya Si Kakek kaya raya ini. Dia musuh bebuyutan yang selalu membullyku di sekolah, aku membencinya sampai ke tulang sumsum. Kutatap tajam dia sambil mengangkat dagu, kini aku istri opanya, yang tentunya harus dia hormati.
"Ayo salim pada Omamu, Xeon!" perintah Si Kakek lagi, nadanya terdengar meninggi kali ini.
Dengan wajah tak ikhlas, dia--pria yang sebenarnya berwajah tampan namun sangat menyebalkan ini meraih tanganku lalu menciumnya.
"Ternyata ini kerjaan kamu, Cewek dekil, miskin dan bau amis?! Cihh ... bau comberan tangannya Si Oma ini, Opa. Suruh mandi minyak wangi dulu dia, biar bisa sejajar berdiri sama Opa!" Xeon berkata ketus, tatapannya begini bengis kepadaku.
Ya elah, kok gini amat nasibku? Niat hati pengen jadi orang kaya dengan cara instan, eh nggak tahunya malah masuk kandang para singa. Jadi serasa pengen gantung diri di pohon cabe deh ah. Hikzzz
Bersambung ....
Istri Bayaran Sang Opa MenawanBab 2 : Hinaan[Lowongan kerja jadi istri kakek usia 60 tahun.Dicari : Calon istri (usia 19 tahun - 25 tahun).Kriteria : wanita tulen (dibuktikan dengan KTP dan surat keterangan dari lurah setempat).Gaji : 5 juta - 10 juta / bulanAda bonus tambahan jika rajin.Ttd. Opa Jhon.]Bagaikan sedang di padang pasir yang gersang, aku seperti menemukan mata air untuk dahaga ini. Status akun fb dengan nama "Opa Jhon" benar-benar membuat mataku berbinar dan segera mengklik profil Si Aki-aki yang lagi nyari istri ini. Usianya udah 60an, otomatis sebentar lagi Si Doi bakalan koit dan aku akan mewarisi hartanya, seperti di film-film yang kutonton saat numpang wifi tetangga.Yes, inilah namanya rezeki dan harus diperjuangkan. Semangat, Loly, pepet ampe dapat nih kakek tua! Aku tersenyum simpul dengan bayangan akan menjadi ratu dalam sekejab.Dilihat dari syaratnya, gak muluk-muluk amat, cuma Surat Keterangan Lurah ama KTP aja. Itu sih gampang, apalagi gak ada kriter
Istri Bayaran Sang Opa MenawanPart 3 : Shopping"Kamu mau pesan apa, Istriku?" Opa Jhon sengaja menyaringkan suaranya saat pelayan restoran sudah bersiap mencatat pesanan kami.Otomatis, Si Pelayan restoran yang wajahnya mirip Ayu Ting-ting--penyanyi dangdut idolaku langsung mesem-mesem dan menatap aneh kepadaku.Ya elah, Si Kakek Tua ini, nggak perlu diproklamasikan gitu kali status pernikahan kami, bilang aja aku cucunya 'kan gak ribet. Ini sih alamat bakalan jadi artis dadakan dan benar saja, mata pelanggan lainnya tertuju kepada mejaku dan Opa Jhon."Hemm ... aku pesan soto aja deh," jawabku dengan grogi sebab kini sudah menjadi sorot perhatian. Yeah, biasalah, pastinya aku akan dighibahin cabe-cabean. Serah deh ah, aku harus tetap cool, cool dan cool."Maaf, Mbak, di sini tidak ada jual soto," jawab Si Pelayan sambil menahan senyum."Oohh ... gak ada, ya." Aku menggaruk kepala, yang sepertinya kutu-kutu di kepalaku ini mulai berdemo sebab tadi keracunan dengan shampo mahal Si Op
Istri Bayaran Sang Opa MenawanBab 4 : Jual MahalMobil kembali dilajukan oleh supir Opa Jhon. Sepanjang perjalanan kami tidak ada bicara apa pun. Sibuk dengan pemikiran masing-masing saja. Opa Jhon orangnya memang jutek, jadi tidak asyik jika diajak bicara dan bercanda. Mataku terus melihat keluar dari jendela samping kiriku. Menikmati pemandangan di samping kiri lebih mengenakkan mata dibandingkan dengan pemandangan samping kananku. Berselang setengah jam lebih, tibalah kami di area parkir mall yang dituju. Setelah memarkirkan mobil, kami turun bersama-sama. Lebih tepatnya Opa Jhon berjalan lebih cepat dariku. Aku kesusahan mengimbangi langkahnya yang lebar. Sesampainya di dalam mall, Opa Jhon langsung menuju sebuah toko pakaian yang menjual khusus untuk wanita. Dia masuk ke dalam toko yang bermerek. Aku mengekor saja dari belakang. “Selamat datang Tuan dan Nona, selamat berbelanja. Ada yang bisa kami bantu?” sapa seorang wanita cantik yang menjaga toko ini. “Saya mau belikan b
Istri Bayaran Sang Opa MenawanBab 5 : Xeon VS LolySetelah mengelilingi mall sampai berjam-jam dan membeli barang-barang keperluanku, Opa Jhon mengajak pulang. Baguslah, kakiku juga sudah pegal rasanya. Si kakek tua ini enak, kerjanya hanya duduk manis saja menungguku belanja ini dan itu. Aku meletakkan semua paper bag ke kursi belakang. Lalu aku duduk di kursi sampingnya, masih seperti posisi tadi saat pergi. Mobil Opa Jhon yang dikemudikan oleh supirnya pun meluncur keluar dari area mall dan membelah jalanan. Aku menyandarkan punggung di kursi dan menghela napas dengan kasar. Meski pun belanja di mall dengan sepuasnya, tapi tetap saja ini melelahkan. Aku bahkan hampir kehabisan energi. Huh. Aku mencoba untuk memejamkan mata dan tertidur sampai ke rumah nanti. “Loly! Bangun! Apa kamu mau tidur di sini sampai nanti malam?” Terdengar suara tegas seorang lelaki. Aku membuka mata dan Opa Jhon telah melebarkan matanya. Ah, rasanya baru sebentar aku terlelap, mengapa sudah sampai r
Istri Bayaran Sang Opa MenawanBab 6 : Daftar Ulang"Hey, bangun, katanya hari ini mau daftar ulang?!"Aku masih berada di alam mimpi saat terdengar samar-samar suara Opa Jhon disertai timpukan sesuatu di wajahku.Kukucek mata sebelum membukanya secara perlahan, di atas ranjang terlihat pria tua itu sedang menatap jengkel ke arahku lalu fokus kembali kepada benda pipih di tangannya."Apaan sih, Opa, gak bisa apa kalo bangunin aku gak usah pakai nimpuk-nimpuk gini?" Aku segera bangun, berkata agak ngegas sebab rasanya kesal saja melihat tingkah juteknya kepadaku.Hmm ... di malam kedua pernikahan kami, aku masih aja disuruh tidur di lantai. Suami gak ada akhlak emang dia. Tapi ... rela sih aku, dari pada diobok-obok ama dia, aku belum siap. Aku menelan ludah."Memangnya kamu mau dibangunkan dengan cara seperti apa?" Dia melepaskan tablet di tangannya lalu bergeser pinggir ranjang, tatapannya terlihat aneh.Aku meringis risih dan memundurkan tubuh ke belakang, sedikit gelagapan soalnya
Istri Bayaran Sang Opa MenawanBab 7 : Bertemu Teman SMAKutatap mobil Si Opa jutek yang telah sah menjadi suamiku itu, mobil hitam itu kian menjauh pergi. Sedikit ngeri dengan ancamannya tadi, dasar aki-aki bau tanah. Amit-amit, jangan dulu deh. Dengan langkah anggun layaknya seorang gadis yang kaya raya, aku melangkah memasuki pintu gerbang Universitas Harapan Nusantara--salah satu Universitas terbaik di kotaku. Berjalan menyusuri koridor kampus dan melewati beberapa mahasiswa dan mahasiswi. Hari ini aku akan mendaftar ulang karena aku sudah resmi diterima di Fakultas Ilmu manajemen dengan jurusan Management Bisnis. Aku ingin sekali bisa bekerja di kantoran. Karena itu adalah impianku sejak lama. Rasanya bekerja di sebuah kantor adalah sebuah pencapaian dan pekerjaan yang luar bisa. Bergengsi dan juga terlihat sangat keren. Pergi bekerja memakai jas, berdandan rapi dan duduk di kursi yang empuk. Aku benar-benar ingin mengubah hidupku secara total. Itulah sebabnya aku mengambil
Istri Bayaran Sang Opa MenawanBab 8 : Chat dari Siapa?Sesampainya di kantin, kami duduk di salah satu meja yang berbentuk bulat. Kebetulan sekali suasana di kantin ini tidak terlalu ramai bahkan hanya ada dua meja saja yang terisi. Syukur lah. Intan meraba tasku, lenganku, bajuku dan melirik ke arah sepatuku juga. Dia amati semua yang kupakai hari ini. Mungkin dia sedang memeriksa apakah tas dan bajuku ini barang palsu atau asli. Hahaha. “Hari ini kamu pakai baju baru, tas baru dan sepatu baru. Semuanya serba baru. Bahkan rambut kamu juga udah tertata rapi sekarang. Terlihat terawat, wangi, dan lembut. Sudah tidak acak-acakan dan bau seperti dulu lagi,” cerocos Intan menilai perubahan penampilanku hari ini. Aku hanya tersenyum anggun sambil mengipas-ngipaskan tanganku ke udara.“Kamu kok bisa sih secepat ini berubahnya?” tanya Intan penasaran sambil keheranan. Sementara Bagas hanya diam menyimak saja. “Kamu cantik banget loh sekarang. Aku sampai pangling tahu,” puji Intan dan ak
Istri Bayaran Sang Opa MenawanBab 9 : Tebakan IntanDemi keamanan, sebaiknya tak kubuka dulu chat dari Si Opa alias suami tuaku itu. Anggap aja aku gak tahu kalau dia ada chat. Yeah, itu bagus. Setidaknya biarkanlah aku bersama teman-temanku dulu.Aku memanggil pelayan di kantin. Wanita yang memakai baju kaos itu segera menghampiri meja kami. Kupersilakan Intan dan Bagas untuk memilih dan memesan makanan serta minuman yang mereka mau. Setelah itu baru lah aku memesan makanan dan minuman untukku. Usai mencatat pesanan aku, Intan dan Bagas, wanita yang kuperkirakan berusia tiga puluhan tahun itu pergi meninggalkan meja kami. Tiba-tiba aku kepikiran untuk menanyakan keadaan mereka setelah lulus sekolah kemarin. Firasatku mengatakan bahwa nanti Intan akan menuntutku untuk menceritakan tentang mengapa perubahan diriku cepat sekali, sebaiknya kualihkan dulu topik obrolan ini.“Oh iya, apa aktivitas kalian berdua setelah lulus sekolah kemarin?” “Kalau aku sih cari-cari informasi tentang