Istri Bayaran Sang Opa Menawan
Istri Bayaran Sang Opa MenawanBab 5 : Xeon VS LolySetelah mengelilingi mall sampai berjam-jam dan membeli barang-barang keperluanku, Opa Jhon mengajak pulang. Baguslah, kakiku juga sudah pegal rasanya. Si kakek tua ini enak, kerjanya hanya duduk manis saja menungguku belanja ini dan itu. Aku meletakkan semua paper bag ke kursi belakang. Lalu aku duduk di kursi sampingnya, masih seperti posisi tadi saat pergi. Mobil Opa Jhon yang dikemudikan oleh supirnya pun meluncur keluar dari area mall dan membelah jalanan. Aku menyandarkan punggung di kursi dan menghela napas dengan kasar. Meski pun belanja di mall dengan sepuasnya, tapi tetap saja ini melelahkan. Aku bahkan hampir kehabisan energi. Huh. Aku mencoba untuk memejamkan mata dan tertidur sampai ke rumah nanti. “Loly! Bangun! Apa kamu mau tidur di sini sampai nanti malam?” Terdengar suara tegas seorang lelaki. Aku membuka mata dan Opa Jhon telah melebarkan matanya. Ah, rasanya baru sebentar aku terlelap, mengapa sudah sampai r
Istri Bayaran Sang Opa MenawanBab 6 : Daftar Ulang"Hey, bangun, katanya hari ini mau daftar ulang?!"Aku masih berada di alam mimpi saat terdengar samar-samar suara Opa Jhon disertai timpukan sesuatu di wajahku.Kukucek mata sebelum membukanya secara perlahan, di atas ranjang terlihat pria tua itu sedang menatap jengkel ke arahku lalu fokus kembali kepada benda pipih di tangannya."Apaan sih, Opa, gak bisa apa kalo bangunin aku gak usah pakai nimpuk-nimpuk gini?" Aku segera bangun, berkata agak ngegas sebab rasanya kesal saja melihat tingkah juteknya kepadaku.Hmm ... di malam kedua pernikahan kami, aku masih aja disuruh tidur di lantai. Suami gak ada akhlak emang dia. Tapi ... rela sih aku, dari pada diobok-obok ama dia, aku belum siap. Aku menelan ludah."Memangnya kamu mau dibangunkan dengan cara seperti apa?" Dia melepaskan tablet di tangannya lalu bergeser pinggir ranjang, tatapannya terlihat aneh.Aku meringis risih dan memundurkan tubuh ke belakang, sedikit gelagapan soalnya
Istri Bayaran Sang Opa MenawanBab 7 : Bertemu Teman SMAKutatap mobil Si Opa jutek yang telah sah menjadi suamiku itu, mobil hitam itu kian menjauh pergi. Sedikit ngeri dengan ancamannya tadi, dasar aki-aki bau tanah. Amit-amit, jangan dulu deh. Dengan langkah anggun layaknya seorang gadis yang kaya raya, aku melangkah memasuki pintu gerbang Universitas Harapan Nusantara--salah satu Universitas terbaik di kotaku. Berjalan menyusuri koridor kampus dan melewati beberapa mahasiswa dan mahasiswi. Hari ini aku akan mendaftar ulang karena aku sudah resmi diterima di Fakultas Ilmu manajemen dengan jurusan Management Bisnis. Aku ingin sekali bisa bekerja di kantoran. Karena itu adalah impianku sejak lama. Rasanya bekerja di sebuah kantor adalah sebuah pencapaian dan pekerjaan yang luar bisa. Bergengsi dan juga terlihat sangat keren. Pergi bekerja memakai jas, berdandan rapi dan duduk di kursi yang empuk. Aku benar-benar ingin mengubah hidupku secara total. Itulah sebabnya aku mengambil
Istri Bayaran Sang Opa MenawanBab 8 : Chat dari Siapa?Sesampainya di kantin, kami duduk di salah satu meja yang berbentuk bulat. Kebetulan sekali suasana di kantin ini tidak terlalu ramai bahkan hanya ada dua meja saja yang terisi. Syukur lah. Intan meraba tasku, lenganku, bajuku dan melirik ke arah sepatuku juga. Dia amati semua yang kupakai hari ini. Mungkin dia sedang memeriksa apakah tas dan bajuku ini barang palsu atau asli. Hahaha. “Hari ini kamu pakai baju baru, tas baru dan sepatu baru. Semuanya serba baru. Bahkan rambut kamu juga udah tertata rapi sekarang. Terlihat terawat, wangi, dan lembut. Sudah tidak acak-acakan dan bau seperti dulu lagi,” cerocos Intan menilai perubahan penampilanku hari ini. Aku hanya tersenyum anggun sambil mengipas-ngipaskan tanganku ke udara.“Kamu kok bisa sih secepat ini berubahnya?” tanya Intan penasaran sambil keheranan. Sementara Bagas hanya diam menyimak saja. “Kamu cantik banget loh sekarang. Aku sampai pangling tahu,” puji Intan dan ak
Istri Bayaran Sang Opa MenawanBab 9 : Tebakan IntanDemi keamanan, sebaiknya tak kubuka dulu chat dari Si Opa alias suami tuaku itu. Anggap aja aku gak tahu kalau dia ada chat. Yeah, itu bagus. Setidaknya biarkanlah aku bersama teman-temanku dulu.Aku memanggil pelayan di kantin. Wanita yang memakai baju kaos itu segera menghampiri meja kami. Kupersilakan Intan dan Bagas untuk memilih dan memesan makanan serta minuman yang mereka mau. Setelah itu baru lah aku memesan makanan dan minuman untukku. Usai mencatat pesanan aku, Intan dan Bagas, wanita yang kuperkirakan berusia tiga puluhan tahun itu pergi meninggalkan meja kami. Tiba-tiba aku kepikiran untuk menanyakan keadaan mereka setelah lulus sekolah kemarin. Firasatku mengatakan bahwa nanti Intan akan menuntutku untuk menceritakan tentang mengapa perubahan diriku cepat sekali, sebaiknya kualihkan dulu topik obrolan ini.“Oh iya, apa aktivitas kalian berdua setelah lulus sekolah kemarin?” “Kalau aku sih cari-cari informasi tentang
Istri Bayaran Sang Opa Menawan Bab 10 : Sindiran Musuh bebuyutanku itu--Xeon, menatapku dengan tajam dan penuh permusuhan. Lalu pria tukang bully itu mengajak teman-temannya untuk duduk tak jauh dari meja kami. Aku yakin, pasti akan ada yang diperbuatnya di situ karena sengaja duduk berdekatan dengan meja ini. “Hei! Kalian tahu gak? Aku mencium aroma-aroma busuk di sini. Kalian apa gak merasakan?” tanya Xeon yang bernada sindiran dengan suara yang nyaring. Aku tahu, itu pasti sindiran untukku. Ternyata dia benar-benar tidak kenal tempat untuk mencari masalah. Namun, aku tetap harus tenang dan tak boleh terpancing olehnya. Lebih baik aku cuekin saja dia mau ngomong apa. 'Kan nanti capek sendiri mulutnya. “Hadeuh. Dasar ya, orang kampung! Kalau dekil mah, ya, tetep dekil aja gak usah belagu deh!” sindirnya lagi. Aku membuang napas dengan kasar. Laki-laki yang tak memiliki akal pikiran sehat itu terus saja mengeluarkan kata-kata pedasnya untukku. Hah! “Kok aroma busuknya maki
Bab 11 : Serba DilayaniAku berdiri di depan mobil sambil memasang tampang cemberut pada dua pria ini. Lalu dibukakan pintu oleh salah seorang pengawalnya Opa Jhon, aku pun masuk ke dalamnya. Mobil pun melaju keluar dari halaman kampus ternama ini. Aku melemparkan pandangan keluar jendela sambil menyandarkan punggung dan kepala di kursi mobil. Apa-apaan sih si kakek tua itu? Aku dongkol banget lihat tingkah dia. Ngapain coba mesti ngirimin bodyguard kayak gini untuk aku? Tanpa dijaga juga aku bisa jaga diri. Aku merasa ini terlalu berlebihan sekali sih menurutku dan aku sebenarnya tidak menyukai ini.Mentang-mentang dia orang kaya, banyak duit, jadi bisa seenaknya melakukan semua ini. Mengirim pengawal untuk menjemputku. Padahal aku hanya ke kampus dan bisa menelepon sopir juga nanti jika memang sudah waktunya untuk pulang. Aku mendengus kesal di dalam mobil. Tak ada yang bisa kulakukan selain menurut dan patuh. Menyebalkan sekali! Setelah beberapa saat di jalan, tibalah kami di de
Bab 12 : Pasti MahalKuraih gelas air putih dan meneguknya hingga tandas. Kemudian mengelap bibir dengan tisu yang telah disediakan di meja, tak lupa dengan gaya anggun tentunya. Lolyta sudah jadi orang kaya dan berkelas, bukan kaum kismin seperti dulu lagi. Bibir juga sepertinya sudah berubah jadi sexy, soalnya udah pake lipstik mehong seharga ratusan ribu, dibeliin Opaku tersayang. Beda ama dulu, yang kadang untuk membuat bibir tak kering, aku itu harus jajan gorengan dan ditempelin ke bibir sebelum masuk ke dalam perut, biar bibir cling dan mengkilap.Aku bangkit dari tempat duduk. "Bik, saya mau kembali ke kamar, ya. Saya mau salat dan setelah itu saya ingin istirahat," kataku pada wanita yang rambutnya mirip seperti bule itu. "Baik, silakan Nyonya!" jawabnya dengan sangat sopan, berbicara pun sambil membungkukkan badannya.Aku pun berjalan lebih dulu dan Bibik Maria mengikutiku dari belakang. Ternyata Bibik Maria mengantarku sampai ke depan pintu kamar. Benar-benar mematuhi a