Share

Xeon VS Loly

Penulis: Naffa Aisha
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-10 16:07:38

Istri Bayaran Sang Opa Menawan

Bab 5 : Xeon VS Loly

 

Setelah mengelilingi mall sampai berjam-jam dan membeli barang-barang keperluanku, Opa Jhon mengajak pulang. 

 

Baguslah, kakiku juga sudah pegal rasanya. Si kakek tua ini enak, kerjanya hanya duduk manis saja menungguku belanja ini dan itu. 

 

Aku meletakkan semua paper bag ke kursi belakang. Lalu aku duduk di kursi sampingnya, masih seperti posisi tadi saat pergi. Mobil Opa Jhon yang dikemudikan oleh supirnya pun meluncur keluar dari area mall dan membelah jalanan. 

 

Aku menyandarkan punggung di kursi dan menghela napas dengan kasar. 

 

Meski pun belanja di mall dengan sepuasnya, tapi tetap saja ini melelahkan. Aku bahkan hampir kehabisan energi. Huh. 

 

Aku mencoba untuk memejamkan mata dan tertidur sampai ke rumah nanti. 

 

“Loly! Bangun! Apa kamu mau tidur di sini sampai nanti malam?” 

 

Terdengar suara tegas seorang lelaki. Aku membuka mata dan Opa Jhon telah melebarkan matanya. Ah, rasanya baru sebentar aku terlelap, mengapa sudah sampai rumah saja? 

 

“Kita udah sampai?” tanyaku sambil mengucek mata dan memindai sekitar. 

 

Benar, ternyata kami memang sudah sampai di depan rumah. Opa Jhon tak menyahut, hanya mendengus kesal saja lalu kemudian turun dari mobil. Aku mengikutinya keluar dari mobil dan mengambil barang-barang yang telah dibeli tadi dan membawanya masuk ke dalam rumah. Opa Jhon juga membantu membawakan beberapa paper bag. 

 

Aku berjalan di belakang Opa Jhon. Pria itu membuka daun pintu. Tampaklah langsung keempat cucunya Opa Jhon sedang duduk santai menunggu kami pulang. Xeon, Morgan, Exel dan Angel menatapku dengan tatapan tajam dan tak suka. Terlebih lagi aku membawa banyak barang belanjaan seperti ini. Tatapan mereka tertuju pada paper bag yang kutenteng ini. 

 

Wajah Xeon tampak sekali tak senangnya melihat diriku yang sedang berbahagia ini. Seolah-olah bahagiaku adalah derita dan bencana bagi dirinya. 

 

Dasar manusia sirik! Apa pun yang kulakukan pastilah tidak akan ada yang kamu sukai, sebab kita adalah musuh bebuyutan. Kamu tenang aja, aku gak akan lupa dengan siapa dirimu dan apa hubungan kita yang sebenarnya. Kamu hanyalah sebagai cucu ketika di hadapan suamiku, sementara itu ketika dia tidak ada, kita tidak lebih hanyalah dua manusia yang saling membenci karena kita adalah musuh. Gerutuku dalam hati. 

 

Aku mencoba menyapa mereka bertiga dengan senyuman yang manis agar Opa Jhon selalu mengira bahwa aku terus bersikap baik pada semua cucunya meskipun mereka semua tak senang melihatku.

 

“Sini Oma biar aku bantuin bawa belanjaannya. Pasti Oma Loly capek 'kan? Sini aku bantu bawa ke atas, ya,” tawarnya dengan nada sindiran. 

 

Hah! Modus! 

 

Melihat Xeon menawarkan diri untuk membantu, Opa Jhon berlalu begitu saja dan memberikan barang yang dibawanya kepada Xeon. Musuhku itu menyeringai di hadapanku. Aku mencium gelagat dari Xeon itu hanya kepura-puraan saja membawakan barang belanjaan milikku. 

 

Xeon adalah musuhku sejak sekolah menengah atas, jadi sangat mustahil jika dia tiba-tiba berubah menjadi baik. 

 

Aku berjalan lebih dulu menaiki anak tangga. Kemudian disusul oleh Xeon. Namun, perasaanku tidak enak dan tiba-tiba .... 

 

Brakkkk! 

 

Aku menoleh ke belakang, ternyata .... 

 

Semua barang belanjaan dalam paper bag yang dibawa oleh Xeon jatuh berserakan di tangga sampai ke lantai. Sepertinya dia memang sengaja menjatuhkan dan mencari masalah denganku. 

 

Terlihat Angel sedang tertawa terbahak-bahak sedangkan Morgan hanya diam mengamati saja. Hatiku terasa memanas. Jengkel dan kesal. Rasanya aku ingin marah pada Xeon dan Angel. Berani sekali mereka mempermainkan aku seperti ini. 

 

Aku mengembuskan napas dengan kasar. Lalu berjalan menuruni beberapa anak tangga di mana tempat Xeon berdiri. Lalu kemudian aku mendorongnya sampai terpeleset dari anak tangga. 

 

“Hei! Kalian tidak bisa semena-mena sama aku di rumah ini. Saat ini statusku adalah istrinya opa kalian. Itu berarti aku adalah nyonya besar di rumah ini! Jadi, kamu Xeon, tidak bisa berbuat sesuka hatimu lagi padaku.” Aku berkata sambil menunjuk laki-laki yang berwujud manusia tapi berhati busuk itu. 

 

“Gak usah belagu deh kamu. Emang kamu pikir kamu berhak atas rumah ini?” 

 

Tampak rahangnya Xeon mengeras. Giginya gemeretak. Wajahnya merah padam. Lalu kulihat tangannya sedang mengepal kuat. Kemudian, dia melayangkan tangannya hendak menampar diriku. Namun, tiba-tiba Opa Jhon datang dan menghentikan aksi Xeon yang hampir memukulku. Tangannya kini tertahan di udara. 

 

“Xeon! Apa-apaan kamu, hah!” bentak Opa Jhon pada cucunya itu. 

 

Xeon menurunkan tangannya saat Opa Jhon telah berada di sampingku. 

 

“Kenapa kalian ribut begini?” tanya Opa Jhon mengintrogasi kami. 

 

“Opa tanyakan saja pada istri baru Opa itu apa yang dia lakukan.” Xeon menjawab seolah-olah akulah yang mulai membuat pertengkaran ini. 

 

Picik sekali dia! 

 

“Enak aja kamu, ya. Seolah-olah akulah yang salah dan kamu korbannya. Jika kamu tidak menjatuhkan barang belanjaanku dengan sengaja, mungkin aku tidak akan marah. Terlebih lagi Angel juga tadi tertawa. Aku yakin ada sesuatu di antara kalian yang sedang kalian rencanakan untukku.” Aku membela diri. 

 

“Xeon! Mulai saat ini, hargai dan hormati Oma Loly di rumah ini dan bersikap baik padanya jika tak ingin namamu dicoret dari dalam daftar warisan!” ancam Opa Jhon pada cucunya yang songong itu. 

 

Xeon tak membantah apa pun, dia hanya berdecak kesal saja lalu turun dan duduk kembali di sofa ruang tamu. 

 

Kemudian Opa Jhon memanggilkan dua orang asisten rumah tangganya untuk membantuku membawakan barang-barang belanjaan ini. 

 

Hatiku bertepuk tangan dengan meriah dan bersorak gembira karena merasa menang dari musuhku yang picik itu. Aku menyunggingkan senyuman pada Xeon dengan makna sedang mengejek dirinya yang kalah saat ini. 

 

Hahaha. Mampus. Memang enak diancam gitu? Masih mau main-main denganku lagi? Hah, aku pemegang kendalinya saat ini. 

 

Aku bergelayut manja di lengan Opa Jhon sambil melirik Xeon dan menyeringai puas. 

 

“Ayo Mas Jhon Sayang kita masuk ke dalam kamar. Aku udah capek banget nih,” kataku dengan manja. 

 

“Ayo!” jawabnya lirih.

 

Opa Jhon menggandeng tanganku dan kami berjalan bersama menaiki tangga sampai ke kamar atas. Dua wanita yang bekerja di sini ikut masuk ke kamar juga. 

 

“Taruh situ saja ya, Bik, biar nanti saya yang rapiin sendiri,” titahku. Mereka pun mengangguk lalu meletakkan di dekat pintu. 

 

Setelah dua wanita bertubuh gempal itu keluar dan menutup pintu, tangan tak kekar Opa Jhon menepis tanganku yang masih bergelayut dengan kasar. Dia menatapku dengan sinis dan risih. 

 

Opa Jhon si pemilik wajah jutek itu kembali menampilkan ekspresi juteknya kepadaku ketika berada di dalam kamar ini. 

 

“Loly, kita hanya boleh bermesraan seperti tadi ketika berada di depan cucu-cucu saya saja. Ngerti kamu?!” Dia mengomeliku dengan wajah perang.

 

Aku mendengus kesal melihat si kakek tua ini yang terlihat begitu alergi jika bersentuhan denganku. Akan tetapi, aku juga tidak mau sebenarnya disentuh olehnya. Tidak tahu saja dia bahwa yang kulakukan itu adalah hanya akting belaka saja di depan para cucu Opa Jhon. Aku tidak segenit itu, Ferguso! Lolyta gadis baik-baik, jomlo sejak lahir malahan.

 

Bersambung ....

 

Bab terkait

  • Istri Bayaran Sang Opa Menawan   Daftar Ulang

    Istri Bayaran Sang Opa MenawanBab 6 : Daftar Ulang"Hey, bangun, katanya hari ini mau daftar ulang?!"Aku masih berada di alam mimpi saat terdengar samar-samar suara Opa Jhon disertai timpukan sesuatu di wajahku.Kukucek mata sebelum membukanya secara perlahan, di atas ranjang terlihat pria tua itu sedang menatap jengkel ke arahku lalu fokus kembali kepada benda pipih di tangannya."Apaan sih, Opa, gak bisa apa kalo bangunin aku gak usah pakai nimpuk-nimpuk gini?" Aku segera bangun, berkata agak ngegas sebab rasanya kesal saja melihat tingkah juteknya kepadaku.Hmm ... di malam kedua pernikahan kami, aku masih aja disuruh tidur di lantai. Suami gak ada akhlak emang dia. Tapi ... rela sih aku, dari pada diobok-obok ama dia, aku belum siap. Aku menelan ludah."Memangnya kamu mau dibangunkan dengan cara seperti apa?" Dia melepaskan tablet di tangannya lalu bergeser pinggir ranjang, tatapannya terlihat aneh.Aku meringis risih dan memundurkan tubuh ke belakang, sedikit gelagapan soalnya

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-10
  • Istri Bayaran Sang Opa Menawan   Bertemu Teman SMA

    Istri Bayaran Sang Opa MenawanBab 7 : Bertemu Teman SMAKutatap mobil Si Opa jutek yang telah sah menjadi suamiku itu, mobil hitam itu kian menjauh pergi. Sedikit ngeri dengan ancamannya tadi, dasar aki-aki bau tanah. Amit-amit, jangan dulu deh. Dengan langkah anggun layaknya seorang gadis yang kaya raya, aku melangkah memasuki pintu gerbang Universitas Harapan Nusantara--salah satu Universitas terbaik di kotaku. Berjalan menyusuri koridor kampus dan melewati beberapa mahasiswa dan mahasiswi. Hari ini aku akan mendaftar ulang karena aku sudah resmi diterima di Fakultas Ilmu manajemen dengan jurusan Management Bisnis. Aku ingin sekali bisa bekerja di kantoran. Karena itu adalah impianku sejak lama. Rasanya bekerja di sebuah kantor adalah sebuah pencapaian dan pekerjaan yang luar bisa. Bergengsi dan juga terlihat sangat keren. Pergi bekerja memakai jas, berdandan rapi dan duduk di kursi yang empuk. Aku benar-benar ingin mengubah hidupku secara total. Itulah sebabnya aku mengambil

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-16
  • Istri Bayaran Sang Opa Menawan   Chat dari Siapa?

    Istri Bayaran Sang Opa MenawanBab 8 : Chat dari Siapa?Sesampainya di kantin, kami duduk di salah satu meja yang berbentuk bulat. Kebetulan sekali suasana di kantin ini tidak terlalu ramai bahkan hanya ada dua meja saja yang terisi. Syukur lah. Intan meraba tasku, lenganku, bajuku dan melirik ke arah sepatuku juga. Dia amati semua yang kupakai hari ini. Mungkin dia sedang memeriksa apakah tas dan bajuku ini barang palsu atau asli. Hahaha. “Hari ini kamu pakai baju baru, tas baru dan sepatu baru. Semuanya serba baru. Bahkan rambut kamu juga udah tertata rapi sekarang. Terlihat terawat, wangi, dan lembut. Sudah tidak acak-acakan dan bau seperti dulu lagi,” cerocos Intan menilai perubahan penampilanku hari ini. Aku hanya tersenyum anggun sambil mengipas-ngipaskan tanganku ke udara.“Kamu kok bisa sih secepat ini berubahnya?” tanya Intan penasaran sambil keheranan. Sementara Bagas hanya diam menyimak saja. “Kamu cantik banget loh sekarang. Aku sampai pangling tahu,” puji Intan dan ak

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-16
  • Istri Bayaran Sang Opa Menawan   Tebakan Intan

    Istri Bayaran Sang Opa MenawanBab 9 : Tebakan IntanDemi keamanan, sebaiknya tak kubuka dulu chat dari Si Opa alias suami tuaku itu. Anggap aja aku gak tahu kalau dia ada chat. Yeah, itu bagus. Setidaknya biarkanlah aku bersama teman-temanku dulu.Aku memanggil pelayan di kantin. Wanita yang memakai baju kaos itu segera menghampiri meja kami. Kupersilakan Intan dan Bagas untuk memilih dan memesan makanan serta minuman yang mereka mau. Setelah itu baru lah aku memesan makanan dan minuman untukku. Usai mencatat pesanan aku, Intan dan Bagas, wanita yang kuperkirakan berusia tiga puluhan tahun itu pergi meninggalkan meja kami. Tiba-tiba aku kepikiran untuk menanyakan keadaan mereka setelah lulus sekolah kemarin. Firasatku mengatakan bahwa nanti Intan akan menuntutku untuk menceritakan tentang mengapa perubahan diriku cepat sekali, sebaiknya kualihkan dulu topik obrolan ini.“Oh iya, apa aktivitas kalian berdua setelah lulus sekolah kemarin?” “Kalau aku sih cari-cari informasi tentang

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-16
  • Istri Bayaran Sang Opa Menawan   Sindiran

    Istri Bayaran Sang Opa Menawan Bab 10 : Sindiran Musuh bebuyutanku itu--Xeon, menatapku dengan tajam dan penuh permusuhan. Lalu pria tukang bully itu mengajak teman-temannya untuk duduk tak jauh dari meja kami. Aku yakin, pasti akan ada yang diperbuatnya di situ karena sengaja duduk berdekatan dengan meja ini. “Hei! Kalian tahu gak? Aku mencium aroma-aroma busuk di sini. Kalian apa gak merasakan?” tanya Xeon yang bernada sindiran dengan suara yang nyaring. Aku tahu, itu pasti sindiran untukku. Ternyata dia benar-benar tidak kenal tempat untuk mencari masalah. Namun, aku tetap harus tenang dan tak boleh terpancing olehnya. Lebih baik aku cuekin saja dia mau ngomong apa. 'Kan nanti capek sendiri mulutnya. “Hadeuh. Dasar ya, orang kampung! Kalau dekil mah, ya, tetep dekil aja gak usah belagu deh!” sindirnya lagi. Aku membuang napas dengan kasar. Laki-laki yang tak memiliki akal pikiran sehat itu terus saja mengeluarkan kata-kata pedasnya untukku. Hah! “Kok aroma busuknya maki

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-16
  • Istri Bayaran Sang Opa Menawan   Serba Dilayani

    Bab 11 : Serba DilayaniAku berdiri di depan mobil sambil memasang tampang cemberut pada dua pria ini. Lalu dibukakan pintu oleh salah seorang pengawalnya Opa Jhon, aku pun masuk ke dalamnya. Mobil pun melaju keluar dari halaman kampus ternama ini. Aku melemparkan pandangan keluar jendela sambil menyandarkan punggung dan kepala di kursi mobil. Apa-apaan sih si kakek tua itu? Aku dongkol banget lihat tingkah dia. Ngapain coba mesti ngirimin bodyguard kayak gini untuk aku? Tanpa dijaga juga aku bisa jaga diri. Aku merasa ini terlalu berlebihan sekali sih menurutku dan aku sebenarnya tidak menyukai ini.Mentang-mentang dia orang kaya, banyak duit, jadi bisa seenaknya melakukan semua ini. Mengirim pengawal untuk menjemputku. Padahal aku hanya ke kampus dan bisa menelepon sopir juga nanti jika memang sudah waktunya untuk pulang. Aku mendengus kesal di dalam mobil. Tak ada yang bisa kulakukan selain menurut dan patuh. Menyebalkan sekali! Setelah beberapa saat di jalan, tibalah kami di de

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-16
  • Istri Bayaran Sang Opa Menawan   Pasti Mahal

    Bab 12 : Pasti MahalKuraih gelas air putih dan meneguknya hingga tandas. Kemudian mengelap bibir dengan tisu yang telah disediakan di meja, tak lupa dengan gaya anggun tentunya. Lolyta sudah jadi orang kaya dan berkelas, bukan kaum kismin seperti dulu lagi. Bibir juga sepertinya sudah berubah jadi sexy, soalnya udah pake lipstik mehong seharga ratusan ribu, dibeliin Opaku tersayang. Beda ama dulu, yang kadang untuk membuat bibir tak kering, aku itu harus jajan gorengan dan ditempelin ke bibir sebelum masuk ke dalam perut, biar bibir cling dan mengkilap.Aku bangkit dari tempat duduk. "Bik, saya mau kembali ke kamar, ya. Saya mau salat dan setelah itu saya ingin istirahat," kataku pada wanita yang rambutnya mirip seperti bule itu. "Baik, silakan Nyonya!" jawabnya dengan sangat sopan, berbicara pun sambil membungkukkan badannya.Aku pun berjalan lebih dulu dan Bibik Maria mengikutiku dari belakang. Ternyata Bibik Maria mengantarku sampai ke depan pintu kamar. Benar-benar mematuhi a

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-17
  • Istri Bayaran Sang Opa Menawan   Pura-pura Romantis

    Bab 13 : Pura-pura Romantis"Wah iya, ya. Aku juga gak nyangka sih kita bisa ketemu di universitas yang sama. Rasanya seneng banget tahu! Apalagi tahu kamu sekarang udah berubah drastis, makanya aku--" "Oh iya, nanti sore kamu ada acara ke mana?" potongku cepat karena aku sudah tahu ke mana arah pembicaraan Intan. Pasti dia akan menyinggung soal diriku dan alamatku. Oleh sebab itu, aku memotong ucapannya lebih dulu. "Nanti sore? Ke mana, ya?" Terlihat bola mata Intan berputar ke atas seperti sedang berpikir. "Kayaknya gak ke mana-mana deh. Emang kenapa? Kamu sendiri ke mana?" sambungnya lagi. "Kalau aku sih maunya di rumah aja. Oh iya, kamu gak ada niatan untuk nonton sama Bagas? Dengar-dengar film yang nanti tayang itu seru loh!" seruku antusias. "Wah, boleh juga itu ide kamu. Oke deh nanti aku coba ya ajak Bagas untuk nonton bioskop bareng. Semoga aja dia mau," ucapnya bersemangat. Aku pun mendukungnya, "semoga aja, ya. Semangat!" Kami berdua pun tertawa bersama. Akhirnya ak

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-17

Bab terbaru

  • Istri Bayaran Sang Opa Menawan   Selamat

    Bab 63 : Selamat“Lolyta, ayo. Kita gak punya waktu banyak.” Xeon masih terus memaksaku. Bukannya aku tidak mau beranjak dari tempat ini. Namun, aku takut di pertengahan jalan nanti dia malah pingsan atau malah bisa kenapa-kenapa. Sungguh, pasti aku akan semakin panik kalau sampai itu terjadi. “Tapi keadaanmu sekarang lagi demam, Xeon.” “Sudahlah, aku sudah tidak apa-apa. Kamu lihat kan, aku baik-baik saja sekarang. Ayo!” imbuh Xeon dengan sedikit memaksa. Aku tahu itu. Tanpa aba-aba, Xeon pun langsung menggandeng tanganku. Mungkin saja dia tidak sabar menunggu jawaban setuju dariku lagi. Akan tetapi ... tunggu dulu, apa ini? Xeon menggandeng tanganku? Apa-apaan dia ini? Kenapa tanganku mesti harus digandeng segala sih sama dia? Ingin sekali rasanya kutepis tangan Xeon. Sebab ini seperti mencari kesempatan dalam kesempitan. Akan tetapi, akal sehatku menyuruh untuk selalu berpikiran yang positif saja. Karena dia masih dalam kondisi sedang demam. Jadi anggap saja bahwa Xeon itu ta

  • Istri Bayaran Sang Opa Menawan   Dia Demam

    Bab 62 : Dia DemamDengan terpaksa aku membuka mata karena merasa silau dengan sinar matahari, yang menyelusup dari celah-celah pohon mengenai tepat ke arah mataku. Untuk beberapa saat, nyawaku separuh masih melayang belum terkumpul semua. Kulihat Xeon sudah meringkuk di atas pangkuanku. Kurang ajar sekali dia, berani-beraninya, lancang sekali dia tidur di pangkuan. Dia gunain kesempatan ini rupanya, ya! Lihat saja kamu, ya. Hati ini amat dongkol melihat tingkahnya.Aku hendak membangunkannya, tetapi saat menyentuh tubuhnya, terasa amat panas. Aku memeriksa dahinya, ternyata rasanya sama. Panas, seperti saat seseorang sedang tidak enak badan. “Apa jangan-jangan dia demam, ya?” gumamku dengan memutar bola mata ke atas. Waduh, aku harus bagaimana ini kalau sampai Xeon demam? Kami harus keluar dan pergi dari hutan ini. Kami harus secepatnya mencari dan mendapatkan bantuan. Namun, jika keadaan Xeon sedang sakit begini, aku tidak bisa mengajaknya untuk berlari lagi. Aku melihat Xeon mu

  • Istri Bayaran Sang Opa Menawan   Masih di sini

    Bab 61 : Masih di siniXeon gantian berkomat kamit tanda dia sedang mengatakan sesuatu. Aku yang tidak mengerti dia berbicara apa hanya ha he ho saja. Bahkan saat dia memberikan sebuah isyarat pun aku masih tidak mengerti juga. Aku terus saja menggelengkan kepala sebagai tanda tak mengerti apa maksudnya. Xeon terlihat gelisah dan frustasi. Tampak sekali dia sedang menahan amarahnya, tapi mau bagaimana lagi, aku benar-benar tidak tahu apa katanya. Akhirnya Xeon geram dan dengan mengesot mendekatiku. Lalu dia membisikkan lagi sebuah rencananya. Lagi-lagi aku menurut. Kami saling membuka ikatan di tangan lagi. Lalu kami sama-sama membuka tali yang mengikat kaki kami. Rasanya sakit, tapi aku harus bisa menahannya. Kini ikatan tali di tubuh kami benar-benar sudah terlepas lagi. Kami pun mulai berjalan ke arah dapur untuk kabur lewat pintu dapur lagi. Kali ini lebih mudah karena pintu sudah terbuka dan bodohnya mereka, mereka lupa menutupnya kembali. “Ayo Lolyta,” ucap Xeon memberi aba-

  • Istri Bayaran Sang Opa Menawan   Disekap

    Bab 60 : DisekapSetelah ikatan di tangan kami terlepas, kami saling membuka kain penutup mata. Dan betapa terkejutnya aku dengan pria yang membantuku membuka ikatan tali. Kami sama-sama melongo beberapa saat. “Xeon!” seruku. “Lolyta!” Dia pun tak kalah berseru juga. Kami sama terkejutnya. Mengapa pula musuh bebuyutanku ada di sini bersamaku? Bisa tidak sih kalau teman sesama korban penculikan di sini itu orang lain selain dia? Pria yang berparas tampan, tapi juga menyebalkan itu memasang wajah aneh. Dari rautnya tersimpan banyak tanya di dalam kepalanya. Mungkin saja dia terpesona dengan kecantikanku kali ini kan? Bisa saja itu terjadi. Ya, aku pasti tidak salah lagi, sebab dia memandangku tidak berkedip sama sekali. Mungkin dia telah terpana dengan kecantikan pari purna di hadapannya ini. “Ngapain kamu mandangin aku kayak gitu? Kamu mau bilang kalau aku ini cantik kan?” tanyaku dan membuatnya langsung tersadar dan mengalihkan pandangannya ke arah lain. Xeon mendengus pelan. “

  • Istri Bayaran Sang Opa Menawan   Disekap

    Bab 59 : DisekapBibirku gemetar, tubuhku lemas, dan hatiku panik. Rasa kaget, cemas dan takut menjadi satu. Aku takut kalau Opa Jhon meninggalkan aku, sedangkan kami belum melakukan ritual malam pertama. Ya, Tuhan, aku mohon selamatkan Opa Jhon. Jangan ambil Opa Jhon dulu sebelum aku memiliki anak darinya. Aku berdoa dalam hati. Aku harus menyusul dan melihat keadaan Opa Jhon di sana. Namun, bagaimana caranya sedangkan aku tidak membawa uang. Sepertinya jalan satu-satunya adalah meminjam pada Intan. “Intan, kamu ada bawa uang lebih gak? Aku boleh pinjem dulu? Soalnya ini keadaannya darurat banget.” “Apanya yang darurat? Emang siapa yang ngehubungi kamu barusan?” tanya Intan. “Saudara aku, Tan. Dia kecelakaan,” sahutku dengan ragu-ragu menyebutkan Opa Jhon adalah seorang saudara. Wajah Intan dan Bagas tampak terkejut. “Boleh ya, Intan, aku pinjem duit kamu dulu buat ongkos taksi. Aku harus pergi sekarang juga,” sambungku lagi. Intan membuka tas dan mengambil dompetnya meski wa

  • Istri Bayaran Sang Opa Menawan   Telepon Misterius

    Bab 58 : Telepon Misterius Cucu angkatnya Opa Jhon itu terlihat cuek saja saat melihat aku menyembunyikan dua botol jamu ke belakang punggung. Dia pun berlalu begitu saja seolah tak terjadi apa-apa. Tapi aku yakin, dia pasti sangat mendengar obrolanku dengan Oma Jenny tadi. Aku pun menaiki anak tangga menuju lantai atas. Aku masuk ke dalam kamar untuk menyimpan botol jamu ini lalu kembali keluar kamar dan turun ke bawah. “Bik Maria,” panggilku pada asisten pribadiku itu. Wanita itu mendekat. “Ada apa, Nyonya?” “Kenapa Opa Jhon belum pulang ya, Bik? Ke mana beliau?” tanyaku. “Tuan Jhon sedang pergi bersama asistennya sejak siang tadi, Nyonya,” jawabnya. Aku pun mengangguk-angguk tanda mengerti. Aku lantas menyuruh wanita paruh baya itu untuk kembali melanjutkan tugas atau aktivitasnya tadi yang sempat terhenti karena aku panggil. Ke mana ya perginya Opa Jhon? Tumben sekali. Ponselku tiba-tiba berdering, ada yang menelepon. Ternyata Intan yang menghubungi. “Hallo, Ntan

  • Istri Bayaran Sang Opa Menawan   Ancaman Oma

    Bab 57 : Ancaman OmaAku menunjukkan sikap memancing kepada Opa Jhon, tapi pria tua ini sepertinya tidak tertarik denganku. Dia hanya berdecak pelan saja lalu beralih pada tabletnya. Dia benar-benar hanya cuek saja dan tidak menggubris sama sekali. “Dasar kakek-kakek jutek. Sok jual mahal banget sih,” gerutuku dalam hati. Meski dia terlihat jual mahal, tapi aku akan tetap memintanya menyentuhku hingga aku benar-benar hamil. *** Beberapa bulan telah berlalu, aku duduk di dalam kamar berdua di atas ranjang bersama Opa Jhon. Aku tidak bisa lagi menahannya. Perhatian dan pancinganku selama ini sepertinya tidak berhasil untuk menggoda Opa Jhon. Jadi sebaiknya kuutarakan saja niat aku ini. “Mas, aku mau ngomong sesuatu.” “Ngomong soal apa?” tanyanya. “Aku ingin punya anak dari kamu, Mas, dan mengabulkan keinginan Oma Jenny,” jawabku sambil menatap wajah keriput di depanku ini dengan serius. “Apa kamu serius dengan keinginanmu itu?” Aku mengangguk. “Iya serius, Mas.” “Apa alasannya

  • Istri Bayaran Sang Opa Menawan   Kesambet

    Bab 56 : KesambetAku memutuskan untuk izin kuliah selama seminggu. Aku sudah menelepon Pak Juan dan mengatakan sedang menjaga keluarga yang sedang sakit, dan meminta tolong dia menguruskan izinku kepada ketua jurusan. Alhamdulillah, Pak Juan menyanggupi dan semoga saja pertolongannya ini tulus dan tak mengharapkan imbalan. Aku tidak ingin meninggalkan Opa Jhon dan aku menjaganya dengan baik selama 3 hari dirawat di rumah sakit ini. Oma Jenny dan Xeon juga melakukan hal yang sama. Mereka juga menjaga dan merawat Opa Jhon dengan baik. Kami bertiga bekerja sama dalam menunggui Opa Jhon. Dalam beberapa hari ini aku melihat ada perubahan dalam diri Xeon. Lelaki berambut hitam pekat itu berubah menjadi sosok yang peduli. Sangat berbeda dengan Xeon yang biasa aku lihat sehari-hari. Selama 3 hari ini tidak ada Xeon yang arogant, yang ada hanyalah Xeon baik hati dan perhatian. Dia juga terlihat sedikit ramah padaku. Akan tetapi, meski Xeon sudah bersikap baik dan peduli, aku tetap waspada

  • Istri Bayaran Sang Opa Menawan   Mendoakan Suami

    Bab 55 : Mendoakan SuamiAku tidak tahan lagi di sini. Rasanya ada yang ingin meledak di dalam sini. Bayangan Opa Jhon sedang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit membuat hatiku pilu. Aku harus melakukan sesuatu. Suara azan magrib sudah berkumandang dari arah Musala terdekat sini. "Oma, saya izin ke Musala dulu ya mau salat magrib," ucapku lirih di dekat telinga Oma Jenny yang sedang menangis. Dia memandangku dan mengangguk seraya menyeka air matanya dengan ujung jarinya. Aku pun menepuk pelan pundaknya dan beranjak dari tempat duduk. Aku melangkah gontai menyusuri koridor rumah sakit menuju Musala yang ada di lingkungan sekitar rumah sakit ini. Sesampainya di Musala, aku langsung menuju ke belakang untuk mengambil air wudu. Usai mengambil wudu, aku masuk ke dalam dan mencari tempat mukena, ternyata ada. Aku mengucapkan syukur dalam hati. Sebab tak jarang di musala-musala itu tak memiliki persediaan mukena. Musala ini tidak terlalu besar dan juga tidak terlalu kecil. Mung

DMCA.com Protection Status