Share

Sindiran

Author: Naffa Aisha
last update Last Updated: 2023-01-16 15:30:15

Istri Bayaran Sang Opa Menawan

Bab 10 : Sindiran

Musuh bebuyutanku itu--Xeon, menatapku dengan tajam dan penuh permusuhan. Lalu pria tukang bully itu mengajak teman-temannya untuk duduk tak jauh dari meja kami. Aku yakin, pasti akan ada yang diperbuatnya di situ karena sengaja duduk berdekatan dengan meja ini. 

“Hei! Kalian tahu gak? Aku mencium aroma-aroma busuk di sini. Kalian apa gak merasakan?” tanya Xeon yang bernada sindiran dengan suara yang nyaring. 

Aku tahu, itu pasti sindiran untukku. Ternyata dia benar-benar tidak kenal tempat untuk mencari masalah. Namun, aku tetap harus tenang dan tak boleh terpancing olehnya. Lebih baik aku cuekin saja dia mau ngomong apa. 'Kan nanti capek sendiri mulutnya. 

“Hadeuh. Dasar ya, orang kampung! Kalau dekil mah, ya, tetep dekil aja gak usah belagu deh!” sindirnya lagi. 

Aku membuang napas dengan kasar. Laki-laki yang tak memiliki akal pikiran sehat itu terus saja mengeluarkan kata-kata pedasnya untukku. Hah! 

“Kok aroma busuknya makin kuat, ya? Kok kalian tahan sih? Kalau aku mah ogah. Malesin banget!” Lagi, Xeon menyindirku dengan mulut bau jengkolnya itu. Iya, jengkol, sindirannya bikin dongkol.

“Baru hidup enak dikit, dah langsung songong aja!” Dia kembali berkata sini.

Huh, dasar cucu Kakek Tua ini, mulutnya perlu di sekolahin ini. Sabar, Loly, tetap anggun dan cuekin dia. Aku mensugesti diri.

“Itu Xeon kuliah di sini juga? Aduh, kesel banget deh. Kenapa kita harus satu kampus dengan cowok songong itu dan terkenal sebagai tukang bully di sekolah dan korban bullyannya pasti selalu kamu,” bisik Intan. 

Sepertinya bukan hanya Intan yang menyesali, aku pun juga. Apalagi sekarang setiap hari aku akan bertemu dengan laki-laki picik itu, baik di kampus atau juga di rumah. Duh ... Loly, kamu terjebak singa di mana-mana. Aku menggeleng lemas.

“Udah biarin aja,” sahutku pura-pura acuh. 

Aku pun lantas memanggil ibu pemilik kantin ini. 

“Berapa semuanya, Bu?” tanyaku ketika Ibu itu menghampiri meja kami. Wanita setengah tua itu pun mulai menghitung totalannya. 

Usai menghitung jumlahnya, Ibu itu mengatakan nominalnya. Aku pun segera memberikan beberapa lembar kertas berwarna merah dari dalam dompet. 

“Udah yuk kita pergi dari sini!” ajakku pada Intan dan Bagas.

"Ceileeehhh ... orang kaya baru lagi neraktir teman-temannya yang kismin!" Xeon kembali mengeluarkan sindirannya.

Jelas saja sindiran itu tepat mengarah kepadaku, sepertinya perlu dijambak ini mulut singa. Tahan, Loly, tetap anggun dan memesona, buang sikap kampunganmu! Aku mensugesti diri dan tetap pasang wajar datar, Loly harus bisa bersikap elegan.

"Udah, Loly, biarin aja! Entar dia capek sendiri kok." Intan menarik tanganku.

Kuhembuskan napas jengkel dan memalingkan pandangan darinya setelah saling tatap dengan Si Singa Lapar itu. Okelah, tak ada gunanya menanggapi dia, nantinya dia makin tambah senang kalau aku sampai terpancing. Kudoakan dimangsa singa benaran dia, biar aku jadi satu-satunya pewaris tunggal harta opa. Eaaakkk ... hati jadi serasa bertabur bunga sakura.

Aku, Intan dan Bagas meninggalkan kantin. Suasana berubah menjadi tidak tenang semenjak ada Si Tukang Rusuh dan Pembully datang. Awalnya aku memang tidak menggubrisnya, tapi semakin dibiarkan malah semakin menjadi. Asem banget dia! 

Akhirnya aku, Intan dan Bagas berhenti di halaman kampus. Kupandangi ke sekeliling, mencari tempat yang nyaman untuk bercerita pada mereka. Namun, belum sempat aku menemukan tempatnya, tiba-tiba bodyguard-nya Opa Jhon lebih dulu datang menghampiriku. 

"Maaf Nyonya, apakah urusan Nyonya sudah selesai?" tanya pria dengan seragam berwarna hitam itu. 

"Emangnya kenapa?" tanyaku jengkel.

"Sebab, Opa Jhon memberi pesan pada kami, jika urusan Nyonya sudah beres, Nyonya harus segera pulang," ujarnya lagi. 

Aku mendesah dan berdecak kesal. Inilah yang paling tidak aku sukai. Hidup enak, tapi penuh perintah dan sangat ketat sekali peraturannya. Dasar Si Opa Renta, tidak bisa melihat kesenangan orang sebentar. Nyebelin banget sih! Cucu dan Opanya sama-sama nyebelin. Ugh!

Sebenarnya aku sangat kesal pada dua bodyguard ini. Akan tetapi, mau tidak mau, aku harus terpaksa menurut untuk pulang. Dua pria pengawal si kakek tua ini pun sama juga menyebalkan seperti majikannya! 

"Baiklah," sahutku. "Aku pulang duluan ya, Tan, Gas. Nanti sampai di rumah aku chat kamu ya, Tan." Aku berkata pada Intan dan Bagas. 

Mereka mengangguk. Wajah mereka berdua tampak kebingungan dan penuh tanya. Namun, kubiarkan saja. Mungkin mereka penasaran dengan dua orang ini, atau bisa saja penasaran dengan nama majikan yang disebut oleh bodyguard ini barusan. 

"Mereka siapa, Loly?" bisik Intan.

"Hmm ... nanti saja kuceritakan," balasku.

"Iya, Loly. Sampai ketemu lagi," jawab Intan. 

Saat hendak melangkah, aku baru ingat bahwa ada sesuatu di dalam tas ini. Aku lihat dan berniat untuk memberikan pada Intan saja. 

"Oh iya, Tan, ini ambil aja buat kamu." 

Aku menyerahkan sebungkus makanan yang sengaja kubawa dari rumah tadi saat tak sempat untuk sarapan kepada Intan. Lalu aku pergi bersama dua orang berbadan kekar suruhan Opa Jhon. 

"Makasih, ya, Lolyta," ujar Intan setengah berteriak. 

"Kamu hati-hati, ya, Lolyta!" ucap Bagas dengan berteriak juga karena aku telah menjauh dari mereka. 

Bersambung ....

Related chapters

  • Istri Bayaran Sang Opa Menawan   Serba Dilayani

    Bab 11 : Serba DilayaniAku berdiri di depan mobil sambil memasang tampang cemberut pada dua pria ini. Lalu dibukakan pintu oleh salah seorang pengawalnya Opa Jhon, aku pun masuk ke dalamnya. Mobil pun melaju keluar dari halaman kampus ternama ini. Aku melemparkan pandangan keluar jendela sambil menyandarkan punggung dan kepala di kursi mobil. Apa-apaan sih si kakek tua itu? Aku dongkol banget lihat tingkah dia. Ngapain coba mesti ngirimin bodyguard kayak gini untuk aku? Tanpa dijaga juga aku bisa jaga diri. Aku merasa ini terlalu berlebihan sekali sih menurutku dan aku sebenarnya tidak menyukai ini.Mentang-mentang dia orang kaya, banyak duit, jadi bisa seenaknya melakukan semua ini. Mengirim pengawal untuk menjemputku. Padahal aku hanya ke kampus dan bisa menelepon sopir juga nanti jika memang sudah waktunya untuk pulang. Aku mendengus kesal di dalam mobil. Tak ada yang bisa kulakukan selain menurut dan patuh. Menyebalkan sekali! Setelah beberapa saat di jalan, tibalah kami di de

    Last Updated : 2023-01-16
  • Istri Bayaran Sang Opa Menawan   Pasti Mahal

    Bab 12 : Pasti MahalKuraih gelas air putih dan meneguknya hingga tandas. Kemudian mengelap bibir dengan tisu yang telah disediakan di meja, tak lupa dengan gaya anggun tentunya. Lolyta sudah jadi orang kaya dan berkelas, bukan kaum kismin seperti dulu lagi. Bibir juga sepertinya sudah berubah jadi sexy, soalnya udah pake lipstik mehong seharga ratusan ribu, dibeliin Opaku tersayang. Beda ama dulu, yang kadang untuk membuat bibir tak kering, aku itu harus jajan gorengan dan ditempelin ke bibir sebelum masuk ke dalam perut, biar bibir cling dan mengkilap.Aku bangkit dari tempat duduk. "Bik, saya mau kembali ke kamar, ya. Saya mau salat dan setelah itu saya ingin istirahat," kataku pada wanita yang rambutnya mirip seperti bule itu. "Baik, silakan Nyonya!" jawabnya dengan sangat sopan, berbicara pun sambil membungkukkan badannya.Aku pun berjalan lebih dulu dan Bibik Maria mengikutiku dari belakang. Ternyata Bibik Maria mengantarku sampai ke depan pintu kamar. Benar-benar mematuhi a

    Last Updated : 2023-01-17
  • Istri Bayaran Sang Opa Menawan   Pura-pura Romantis

    Bab 13 : Pura-pura Romantis"Wah iya, ya. Aku juga gak nyangka sih kita bisa ketemu di universitas yang sama. Rasanya seneng banget tahu! Apalagi tahu kamu sekarang udah berubah drastis, makanya aku--" "Oh iya, nanti sore kamu ada acara ke mana?" potongku cepat karena aku sudah tahu ke mana arah pembicaraan Intan. Pasti dia akan menyinggung soal diriku dan alamatku. Oleh sebab itu, aku memotong ucapannya lebih dulu. "Nanti sore? Ke mana, ya?" Terlihat bola mata Intan berputar ke atas seperti sedang berpikir. "Kayaknya gak ke mana-mana deh. Emang kenapa? Kamu sendiri ke mana?" sambungnya lagi. "Kalau aku sih maunya di rumah aja. Oh iya, kamu gak ada niatan untuk nonton sama Bagas? Dengar-dengar film yang nanti tayang itu seru loh!" seruku antusias. "Wah, boleh juga itu ide kamu. Oke deh nanti aku coba ya ajak Bagas untuk nonton bioskop bareng. Semoga aja dia mau," ucapnya bersemangat. Aku pun mendukungnya, "semoga aja, ya. Semangat!" Kami berdua pun tertawa bersama. Akhirnya ak

    Last Updated : 2023-01-17
  • Istri Bayaran Sang Opa Menawan   Uang Jatah

    Bab 14 : Uang JatahOpa Jhon mendengkus kesal dan aku hanya tertawa puas saja. Ah peduli amat! Lagian aku juga tadi itu terpaksa.Aku segera menyendok nasi dan lauk pauknya. Lalu menikmati makan malam dengan suami tuaku. Saat di tengah-tengah sedang asyik menikmati makan, Opa Jhon berdeham. “Bagaimana pendaftaran ulang kamu tadi?” tanya Opa Jhon seketika. “Semuanya berjalan lancar dan baik-baik saja, Mas,” sahutku. “Lalu kapan mulai masuk kuliahnya?” tanyanya lagi. Kini suasana sudah mulai mencair dan bicara juga sudah terasa santai. “Besok, Mas.” Pria itu mengangguk-angguk. Makanan yang ada di piringnya telah habis sampai tandas. “Tapi, Mas, aku boleh gak minta sesuatu?” “Minta apa?” tanyanya yang terdengar seperti keberatan. “Aku minta mulai besok kalau aku ke kampus jangan lagi suruh bodyguard itu mengawalku dan membatasi ruang gerakku. Aku ingin hidup normal dan sedikit bebas,” usulku. Semoga saja pria sepuh ini mau menuruti permintaanku. “Begini Lolyta, kamu tidak bisa s

    Last Updated : 2023-01-17
  • Istri Bayaran Sang Opa Menawan   Sombong

    Bab 15 : Sombong“Aku gak butuh uang segitu dari kamu, dasar benalu!” bentaknya. “Jaga ucapan kamu, ya, Xeon!” seruku dengan tak kalah tegas, tapi tetap berusaha menahan emosi. Sebab, aku tak ingin Opa Jhon melihat sifat asliku yang sangat garang ini. Bodo amat! Aku gak peduli. Apa dia pikir dengan caranya yang arogan seperti itu aku semakin takut? Atau bahkan semakin marah? Oh tentu tidak. Aku sangat puas sekali ini. Hatiku bergemuruh dan terasa seperti bertepuk tangan di dalam sana dengan meriah. Aku menang. Setelah menghamburkan uang itu di lantai, lelaki tak berakhlak itu pergi begitu saja. Mungkin dia merajuk. Ya, itu terserah dia. Bukan urusanku. Lagi pula jika dia menolak, dia juga yang rugi sendiri. Dasar sombong!Kemudian Opa Jhon memanggilkan pengawalnya.“Cepat punguti dan satukan lagi uang itu,” titahnya pada pengawalnya. Segera laki-laki bertubuh tegap itu melaksanakan perintah Opa Jhon dan memunguti uang-uang yang berserakan di atas lantai berkeramik putih. “Ayo ki

    Last Updated : 2023-01-18
  • Istri Bayaran Sang Opa Menawan   Minta Kasur

    Bab 16 : Minta KasurAku bangkit dari tempat duduk dan melipat selimutku lalu menatanya di atas tempat tidur milik Opa Jhon. Aku menyambar handuk dan masuk ke dalam kamar mandi. Kemudian mulai membersihkan diri. Aku mulai menyiramkan air ke seluruh tubuh lalu mulai menggosok badan perlahan. Sensasi air hangat di pagi hari yang dingin membuatku betah berlama-lama di dalam kamar mandi. Namun, aku tetap menyelesaikan mandi dengan cepat. Hari ini adalah jadwal pertamaku masuk kuliah, jangan sampai aku terlambat. Selesai menyiram tubuh, lantas aku pun menggosok gigi lalu setelah selesai aku berkumur-kumur. Usai membersihkan diri, aku pun melilitkan handuk lembut berwarna putih ke badan. Saat aku keluar dari kamar mandi pun, kulihat ternyata Opa Jhon masih anteng duduk di atas ranjang tidurnya sambil memainkan tabletnya. Aku hanya menggeleng-geleng saja. Mendadak aku mendapatkan ide untuk mengerjai si Opa jutek. Aku sengaja mondar mandir berjalan-jalan ke sana kemari berpura-pura menca

    Last Updated : 2023-01-18
  • Istri Bayaran Sang Opa Menawan   Kampus

    Bab 17 : Kampus Kulirik Opa Jhon sedang memainkan ponselnya. Jarinya bergerak lincah di atas layar lalu menempelkan benda pipih itu ke telinga kirinya. Sedang menelepon siapa dia? Setelah beberapa saat, hapenya ditarik kembali dari depan telinganya. Kuberanikan diri untuk bertanya padanya. “Nelpon siapa sih?” “Xeon,” jawabnya dengan jutek. Oh ternyata tadi dia sedang menghubungi cucu kesayangannya itu, tapi tidak diangkat. Begitu ‘kan? “Nanti kamu akan diantar oleh dua bodyguard yang kemarin untuk pergi ke kampus,” kata Opa Jhon dengan datar. What? Diantar lagi sama dua orang yang menyebalkan itu? Arghhh! “Namanya Mark dan El. Mereka yang akan mengantar dan menjemputmu pulang nanti,” imbuhnya lagi. Aku hanya mengangguk saja sebagai jawaban. Opa Jhon menyudahi sarapannya lalu bangkit dari kursi tempat duduknya. Dan dia meninggalkanku seorang diri saat aku sedang sarapan. Setelah kurasa perut sudah suruh terisi dan terasa kenyang, aku pun menyudahi sarapanku. Kemudian

    Last Updated : 2023-01-19
  • Istri Bayaran Sang Opa Menawan   Dosen Tampan

    Bab 18 : Dosen TampanAku pun melemparkan senyum pada mereka yang tengah memandangiku. Sengaja tebar pesona agar mereka menyukai dan mau berbaik hati padaku jika suatu saat aku membutuhkan bantuan mereka dalam urusan mata kuliah. Aku mengambil tempat duduk di tengah tengah. Di depan dan belakangku ada seorang wanita, sedangkan samping kanan dan kiriku ada laki-laki. Kebetulan yang terlihat disengajakan. Aku berharap semoga saja teman-teman yang dekat dengan mejaku ini pada baik semua. Tak lama kemudian, masuklah seorang pria muda ke dalam kelas kami. Dia adalah seorang dosen, terlihat dari seragam dan apa-apa yang dibawa di tangannya. Pria itu terlihat masih sangat muda. Kulitnya berwarna kuning langsat, hidung mancung, alis tebal dan ... bibir tipis. Ah, sangat tampan. Aku mendengar wanita di depan dan belakangku sedang bergumam tentang fisik dosen itu. “Aduh, dosennya ganteng banget. Kalau begini, 4 jam di dalam kelas ini saja tidak apa kok.” “Wah, seharian pun aku betah kala

    Last Updated : 2023-01-19

Latest chapter

  • Istri Bayaran Sang Opa Menawan   Selamat

    Bab 63 : Selamat“Lolyta, ayo. Kita gak punya waktu banyak.” Xeon masih terus memaksaku. Bukannya aku tidak mau beranjak dari tempat ini. Namun, aku takut di pertengahan jalan nanti dia malah pingsan atau malah bisa kenapa-kenapa. Sungguh, pasti aku akan semakin panik kalau sampai itu terjadi. “Tapi keadaanmu sekarang lagi demam, Xeon.” “Sudahlah, aku sudah tidak apa-apa. Kamu lihat kan, aku baik-baik saja sekarang. Ayo!” imbuh Xeon dengan sedikit memaksa. Aku tahu itu. Tanpa aba-aba, Xeon pun langsung menggandeng tanganku. Mungkin saja dia tidak sabar menunggu jawaban setuju dariku lagi. Akan tetapi ... tunggu dulu, apa ini? Xeon menggandeng tanganku? Apa-apaan dia ini? Kenapa tanganku mesti harus digandeng segala sih sama dia? Ingin sekali rasanya kutepis tangan Xeon. Sebab ini seperti mencari kesempatan dalam kesempitan. Akan tetapi, akal sehatku menyuruh untuk selalu berpikiran yang positif saja. Karena dia masih dalam kondisi sedang demam. Jadi anggap saja bahwa Xeon itu ta

  • Istri Bayaran Sang Opa Menawan   Dia Demam

    Bab 62 : Dia DemamDengan terpaksa aku membuka mata karena merasa silau dengan sinar matahari, yang menyelusup dari celah-celah pohon mengenai tepat ke arah mataku. Untuk beberapa saat, nyawaku separuh masih melayang belum terkumpul semua. Kulihat Xeon sudah meringkuk di atas pangkuanku. Kurang ajar sekali dia, berani-beraninya, lancang sekali dia tidur di pangkuan. Dia gunain kesempatan ini rupanya, ya! Lihat saja kamu, ya. Hati ini amat dongkol melihat tingkahnya.Aku hendak membangunkannya, tetapi saat menyentuh tubuhnya, terasa amat panas. Aku memeriksa dahinya, ternyata rasanya sama. Panas, seperti saat seseorang sedang tidak enak badan. “Apa jangan-jangan dia demam, ya?” gumamku dengan memutar bola mata ke atas. Waduh, aku harus bagaimana ini kalau sampai Xeon demam? Kami harus keluar dan pergi dari hutan ini. Kami harus secepatnya mencari dan mendapatkan bantuan. Namun, jika keadaan Xeon sedang sakit begini, aku tidak bisa mengajaknya untuk berlari lagi. Aku melihat Xeon mu

  • Istri Bayaran Sang Opa Menawan   Masih di sini

    Bab 61 : Masih di siniXeon gantian berkomat kamit tanda dia sedang mengatakan sesuatu. Aku yang tidak mengerti dia berbicara apa hanya ha he ho saja. Bahkan saat dia memberikan sebuah isyarat pun aku masih tidak mengerti juga. Aku terus saja menggelengkan kepala sebagai tanda tak mengerti apa maksudnya. Xeon terlihat gelisah dan frustasi. Tampak sekali dia sedang menahan amarahnya, tapi mau bagaimana lagi, aku benar-benar tidak tahu apa katanya. Akhirnya Xeon geram dan dengan mengesot mendekatiku. Lalu dia membisikkan lagi sebuah rencananya. Lagi-lagi aku menurut. Kami saling membuka ikatan di tangan lagi. Lalu kami sama-sama membuka tali yang mengikat kaki kami. Rasanya sakit, tapi aku harus bisa menahannya. Kini ikatan tali di tubuh kami benar-benar sudah terlepas lagi. Kami pun mulai berjalan ke arah dapur untuk kabur lewat pintu dapur lagi. Kali ini lebih mudah karena pintu sudah terbuka dan bodohnya mereka, mereka lupa menutupnya kembali. “Ayo Lolyta,” ucap Xeon memberi aba-

  • Istri Bayaran Sang Opa Menawan   Disekap

    Bab 60 : DisekapSetelah ikatan di tangan kami terlepas, kami saling membuka kain penutup mata. Dan betapa terkejutnya aku dengan pria yang membantuku membuka ikatan tali. Kami sama-sama melongo beberapa saat. “Xeon!” seruku. “Lolyta!” Dia pun tak kalah berseru juga. Kami sama terkejutnya. Mengapa pula musuh bebuyutanku ada di sini bersamaku? Bisa tidak sih kalau teman sesama korban penculikan di sini itu orang lain selain dia? Pria yang berparas tampan, tapi juga menyebalkan itu memasang wajah aneh. Dari rautnya tersimpan banyak tanya di dalam kepalanya. Mungkin saja dia terpesona dengan kecantikanku kali ini kan? Bisa saja itu terjadi. Ya, aku pasti tidak salah lagi, sebab dia memandangku tidak berkedip sama sekali. Mungkin dia telah terpana dengan kecantikan pari purna di hadapannya ini. “Ngapain kamu mandangin aku kayak gitu? Kamu mau bilang kalau aku ini cantik kan?” tanyaku dan membuatnya langsung tersadar dan mengalihkan pandangannya ke arah lain. Xeon mendengus pelan. “

  • Istri Bayaran Sang Opa Menawan   Disekap

    Bab 59 : DisekapBibirku gemetar, tubuhku lemas, dan hatiku panik. Rasa kaget, cemas dan takut menjadi satu. Aku takut kalau Opa Jhon meninggalkan aku, sedangkan kami belum melakukan ritual malam pertama. Ya, Tuhan, aku mohon selamatkan Opa Jhon. Jangan ambil Opa Jhon dulu sebelum aku memiliki anak darinya. Aku berdoa dalam hati. Aku harus menyusul dan melihat keadaan Opa Jhon di sana. Namun, bagaimana caranya sedangkan aku tidak membawa uang. Sepertinya jalan satu-satunya adalah meminjam pada Intan. “Intan, kamu ada bawa uang lebih gak? Aku boleh pinjem dulu? Soalnya ini keadaannya darurat banget.” “Apanya yang darurat? Emang siapa yang ngehubungi kamu barusan?” tanya Intan. “Saudara aku, Tan. Dia kecelakaan,” sahutku dengan ragu-ragu menyebutkan Opa Jhon adalah seorang saudara. Wajah Intan dan Bagas tampak terkejut. “Boleh ya, Intan, aku pinjem duit kamu dulu buat ongkos taksi. Aku harus pergi sekarang juga,” sambungku lagi. Intan membuka tas dan mengambil dompetnya meski wa

  • Istri Bayaran Sang Opa Menawan   Telepon Misterius

    Bab 58 : Telepon Misterius Cucu angkatnya Opa Jhon itu terlihat cuek saja saat melihat aku menyembunyikan dua botol jamu ke belakang punggung. Dia pun berlalu begitu saja seolah tak terjadi apa-apa. Tapi aku yakin, dia pasti sangat mendengar obrolanku dengan Oma Jenny tadi. Aku pun menaiki anak tangga menuju lantai atas. Aku masuk ke dalam kamar untuk menyimpan botol jamu ini lalu kembali keluar kamar dan turun ke bawah. “Bik Maria,” panggilku pada asisten pribadiku itu. Wanita itu mendekat. “Ada apa, Nyonya?” “Kenapa Opa Jhon belum pulang ya, Bik? Ke mana beliau?” tanyaku. “Tuan Jhon sedang pergi bersama asistennya sejak siang tadi, Nyonya,” jawabnya. Aku pun mengangguk-angguk tanda mengerti. Aku lantas menyuruh wanita paruh baya itu untuk kembali melanjutkan tugas atau aktivitasnya tadi yang sempat terhenti karena aku panggil. Ke mana ya perginya Opa Jhon? Tumben sekali. Ponselku tiba-tiba berdering, ada yang menelepon. Ternyata Intan yang menghubungi. “Hallo, Ntan

  • Istri Bayaran Sang Opa Menawan   Ancaman Oma

    Bab 57 : Ancaman OmaAku menunjukkan sikap memancing kepada Opa Jhon, tapi pria tua ini sepertinya tidak tertarik denganku. Dia hanya berdecak pelan saja lalu beralih pada tabletnya. Dia benar-benar hanya cuek saja dan tidak menggubris sama sekali. “Dasar kakek-kakek jutek. Sok jual mahal banget sih,” gerutuku dalam hati. Meski dia terlihat jual mahal, tapi aku akan tetap memintanya menyentuhku hingga aku benar-benar hamil. *** Beberapa bulan telah berlalu, aku duduk di dalam kamar berdua di atas ranjang bersama Opa Jhon. Aku tidak bisa lagi menahannya. Perhatian dan pancinganku selama ini sepertinya tidak berhasil untuk menggoda Opa Jhon. Jadi sebaiknya kuutarakan saja niat aku ini. “Mas, aku mau ngomong sesuatu.” “Ngomong soal apa?” tanyanya. “Aku ingin punya anak dari kamu, Mas, dan mengabulkan keinginan Oma Jenny,” jawabku sambil menatap wajah keriput di depanku ini dengan serius. “Apa kamu serius dengan keinginanmu itu?” Aku mengangguk. “Iya serius, Mas.” “Apa alasannya

  • Istri Bayaran Sang Opa Menawan   Kesambet

    Bab 56 : KesambetAku memutuskan untuk izin kuliah selama seminggu. Aku sudah menelepon Pak Juan dan mengatakan sedang menjaga keluarga yang sedang sakit, dan meminta tolong dia menguruskan izinku kepada ketua jurusan. Alhamdulillah, Pak Juan menyanggupi dan semoga saja pertolongannya ini tulus dan tak mengharapkan imbalan. Aku tidak ingin meninggalkan Opa Jhon dan aku menjaganya dengan baik selama 3 hari dirawat di rumah sakit ini. Oma Jenny dan Xeon juga melakukan hal yang sama. Mereka juga menjaga dan merawat Opa Jhon dengan baik. Kami bertiga bekerja sama dalam menunggui Opa Jhon. Dalam beberapa hari ini aku melihat ada perubahan dalam diri Xeon. Lelaki berambut hitam pekat itu berubah menjadi sosok yang peduli. Sangat berbeda dengan Xeon yang biasa aku lihat sehari-hari. Selama 3 hari ini tidak ada Xeon yang arogant, yang ada hanyalah Xeon baik hati dan perhatian. Dia juga terlihat sedikit ramah padaku. Akan tetapi, meski Xeon sudah bersikap baik dan peduli, aku tetap waspada

  • Istri Bayaran Sang Opa Menawan   Mendoakan Suami

    Bab 55 : Mendoakan SuamiAku tidak tahan lagi di sini. Rasanya ada yang ingin meledak di dalam sini. Bayangan Opa Jhon sedang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit membuat hatiku pilu. Aku harus melakukan sesuatu. Suara azan magrib sudah berkumandang dari arah Musala terdekat sini. "Oma, saya izin ke Musala dulu ya mau salat magrib," ucapku lirih di dekat telinga Oma Jenny yang sedang menangis. Dia memandangku dan mengangguk seraya menyeka air matanya dengan ujung jarinya. Aku pun menepuk pelan pundaknya dan beranjak dari tempat duduk. Aku melangkah gontai menyusuri koridor rumah sakit menuju Musala yang ada di lingkungan sekitar rumah sakit ini. Sesampainya di Musala, aku langsung menuju ke belakang untuk mengambil air wudu. Usai mengambil wudu, aku masuk ke dalam dan mencari tempat mukena, ternyata ada. Aku mengucapkan syukur dalam hati. Sebab tak jarang di musala-musala itu tak memiliki persediaan mukena. Musala ini tidak terlalu besar dan juga tidak terlalu kecil. Mung

DMCA.com Protection Status