Bab 17 : Kampus Kulirik Opa Jhon sedang memainkan ponselnya. Jarinya bergerak lincah di atas layar lalu menempelkan benda pipih itu ke telinga kirinya. Sedang menelepon siapa dia? Setelah beberapa saat, hapenya ditarik kembali dari depan telinganya. Kuberanikan diri untuk bertanya padanya. “Nelpon siapa sih?” “Xeon,” jawabnya dengan jutek. Oh ternyata tadi dia sedang menghubungi cucu kesayangannya itu, tapi tidak diangkat. Begitu ‘kan? “Nanti kamu akan diantar oleh dua bodyguard yang kemarin untuk pergi ke kampus,” kata Opa Jhon dengan datar. What? Diantar lagi sama dua orang yang menyebalkan itu? Arghhh! “Namanya Mark dan El. Mereka yang akan mengantar dan menjemputmu pulang nanti,” imbuhnya lagi. Aku hanya mengangguk saja sebagai jawaban. Opa Jhon menyudahi sarapannya lalu bangkit dari kursi tempat duduknya. Dan dia meninggalkanku seorang diri saat aku sedang sarapan. Setelah kurasa perut sudah suruh terisi dan terasa kenyang, aku pun menyudahi sarapanku. Kemudian
Bab 18 : Dosen TampanAku pun melemparkan senyum pada mereka yang tengah memandangiku. Sengaja tebar pesona agar mereka menyukai dan mau berbaik hati padaku jika suatu saat aku membutuhkan bantuan mereka dalam urusan mata kuliah. Aku mengambil tempat duduk di tengah tengah. Di depan dan belakangku ada seorang wanita, sedangkan samping kanan dan kiriku ada laki-laki. Kebetulan yang terlihat disengajakan. Aku berharap semoga saja teman-teman yang dekat dengan mejaku ini pada baik semua. Tak lama kemudian, masuklah seorang pria muda ke dalam kelas kami. Dia adalah seorang dosen, terlihat dari seragam dan apa-apa yang dibawa di tangannya. Pria itu terlihat masih sangat muda. Kulitnya berwarna kuning langsat, hidung mancung, alis tebal dan ... bibir tipis. Ah, sangat tampan. Aku mendengar wanita di depan dan belakangku sedang bergumam tentang fisik dosen itu. “Aduh, dosennya ganteng banget. Kalau begini, 4 jam di dalam kelas ini saja tidak apa kok.” “Wah, seharian pun aku betah kala
Bab 19 : Menguping“Intan, Bagas,” sapaku. “Kamu lagi ngelamun ya? Ngelamunin apa sih?” tanya Intan dengan penasaran. “Ah apaan sih kamu. Aku gak ngelamunin apa-apa kok,” dustaku sambil tersenyum getir. “Halah, jangan boong deh. Keliatan tuh dari mata kamu. Lagi ngelamunin cowok ganteng ya?” terka Intan dengan senyum menggoda. “Eh kok kamu tau? Beneran kelihatan ya?” tanyaku dengan panik. Namun, Intan dan Bagas malah terkekeh. “Udah yuk kita ke kantin aja. Ngelamunin cowok ganteng gak bikin keyang!” ajak Intan. “Yuk lah,” sahutku. Kami bertiga pun--aku Intan dan Bagas, berjalan bersama-sama menuju kantin. Ketika di koridor kampus, kami berpapasan dengan teman gengnya Xeon. Akan tetapi, aku tidak ada melihat Xeon di antara lima temannya itu. Aku baru ingat tentang tadi malam saat insiden aku membalas dendam padanya dan lalu dia pergi dari rumah. Hingga kini dia tidak memunculkan batang hidungnya juga. Bahkan dia tidak hadir ke kampus. Sebenarnya ke mana dia? Ah, tapi bodoamat.
Bab 20 : Isi Hati BagasSaat aku telah selesai mendengarkan semua omongan teman gengnya Xeon, aku pun keluar dari toilet kantin dan bergabung di kantin lagi bersama Intan dan Bagas. “Apakah kalian sudah memesan makanan dan minuman?” Aku bertanya pada Intan. “Sudah,” jawabnya. Tak lama kemudian, pelayan kantin datang membawakan makanan dan minuman kami. Usai menata piring dan gelas, wanita itu pergi ke tempatnya kembali. Kami bertiga pun mulai makan dan menikmati makanan masing-masing. “Oh iya, tadi malam kalian jadi nonton gak?” tanyaku membuka percakapan. “Enggak. Bagas gak mau,” sahut Intan sambil mengunyah makanannya. “Loh kenapa gak mau?” tanyaku pada Bagas yang sedang minum. “Katanya dia mau pergi kalau kamu diajak juga,” potong Intan cepat mendahului Bagas. Mendengar hal itu aku terkekeh. “Kan aku udah bilang sama kamu kalau aku gak bisa ikut karena ada hal penting.” “Lagian kenapa mesti ajak aku? Kalian berdua saja lah yang nonton. Kan udah pas itu. Luculah kalau bert
Bab 21 : Mark dan ElAku menghela napas panjang lalu mengembuskannya perlahan. Aku menatap Bagas dengan tatapan yang ... entah. Aku bingung di posisi sekarang ini. “Bagas, bangunlah.” Aku berkata sambil melihat ke sekeliling, takut ada yang melihat posisi kami saat ini. Intan hanya diam menonton kami. “Bagas, kamu gak bisa kek gini. Aku gak bisa terima perasaan kamu. Kita gak bisa jalin hubungan.” Aku mencoba menolaknya dengan halus. “Enggak. Aku mau kamu terima perasaan aku lalu kita pacaran,” ucapnya. “Bagas. Aku gak bisa terima perasaan kamu. Aku nganggap kamu itu gak lebih dari seorang sahabat.” Aku mencoba melepaskan tangan Bagas. “Kamu jangan egois, Bagas! Kamu inget, ya, gak akan pernah ada cinta di antara kita!” Aku memperingatkannya dengan tegas. Karena aku tak ingin dia terus-terusan seperti ini. “Gak apa-apa kalau kamu gak mau pacaran sama aku, tapi aku minta kamu jaga perasaan aku, Lolyta,” kata Bagas dengan wajah sendu. “Aku gak bisa, Bagas.” “Meski pun kamu gak
Bab 22 : Ngidam Boci di HotelSesampainya di rumah bertingkat dengan desain yang super mewah milik Opa Jhon, aku keluar dari mobil dan langsung masuk ke dalam rumah."Silakan masuk, Nyonya Loly." Maria menyambutku di depan pintu.Aku hanya berdeham dan tatapanku kini langsung tertuju kepada Si Opa yang sedang berada di ruang tamu. Dia terlihat sedang sibuk bersama asistennya. Di kepalaku tiba-tiba saja terbersit sebuah ide briliant. Segera aku menghampirinya. “Hai, Sayang, lagi apa sih?” tanyaku dengan nada manja dan pasang senyum genit, dalam hati malah geli melihat tingkah ganjenku ini.Opa Jhon tidak menyahut karena ternyata dia sedang sibuk dengan laptopnya dan ditemani oleh asisten pribadinya yang sedang berhadapan dengan laptop juga. Ya elah, aku dikacangin. Masa iya ini kacang harus diobral dan free-ong? Duuhh ... serasa mau belanja online jadinya.Aku mengambil posisi untuk duduk di samping Opa Jhon dan mengapit lengannya.“Mas Sayang, apakah Xeon--cucu sambungku itu udah ad
Bab 23 : Terkenang Masa Lalu“Kurang ajar kamu Xeon!” berang Opa Jhon sambil melangkah masuk ke dalam kamar hotelnya Xeon. “Tu-tu-tunggu dulu Opa, aku bisa jelasin semuanya!" Itu suara Xeon, tanpa melihat pun aku sudah bisa membayangkan bagaimana ekspresinya sekarang.“Jelasin apa lagi? Semua sudah jelas sekarang!” “Ini gak seperti yang Opa bayangin.” Xeon masih berusaha membela diri. Terdengar suara tamparan dari dalam sana. Mungkin saja Opa Jhon baru saja menampar cucu kesayangannya itu. “Ternyata begini kelakuan kamu di luar rumah, ya! Dasar cucu kurang ajar! Gak tahu diuntung kamu!” “Dan kamu, keluar dari sini wanita jalang!” Opa Jhon mengusir pacarnya Xeon untuk pergi keluar. “Kamu pikir kamu dibesarkan itu hanya untuk berbuat hal yang menjijikkan ini saja, hah?!” Tak berapa lama kemudian, wanita itu pun keluar dari kamar. Aku pun segera melarikan diri masuk ke dalam kamar dan meninggalkan mereka. Suara Opa Jhon yang terus saja memarahi Xeon masih terdengar.Aku tidak akan
Bab 24 : Teman SekelasDengan menahan napas, kubuka pintu kamar dan tampaklah dua orang bertubuh besar. Satunya tak punya rambutnya, sedangkan satunya berambut gondrong. Siapa lagi kalau bukan Si Mark dan El, bodyguard kesayangan Opa Jhon."Mau ngapain kalian ke sini?" Aku langsung pasang wajah masam."Maaf, Nyonya Loly, sekarang sudah pukul 19.00. Kami disuruh Tuan jemput Nyonya," ujar Si Mark."Hah ... jadi sekarang udah malam?" Aku melotot sambil melihat jam di pergelangan tangan dan benar saja Upin-Ipin berdua ini."Segeralah ambil barang-barang Nyonya, Tuan Jhon hanya memberi waktu 30 menit untuk membawa Nyonya pulang," ujar Si El.Aku memutar bola mata jengah, lalu berbalik menuju tempat tidur empukku dan mengemasi ponsel dan memasukkannya ke dalam tas.Tanpa protes atau juga adu mulut dengan kedua bodyguard kurang kerjaan ini, aku melangkah keluar dari kamar hotel ini.Selamat tinggal kasur empukku, kapan-kapan akan kudatangi lagi kalian ke sini. Eh, kok kayak lagi selingkuh sa