Bab 20 : Isi Hati BagasSaat aku telah selesai mendengarkan semua omongan teman gengnya Xeon, aku pun keluar dari toilet kantin dan bergabung di kantin lagi bersama Intan dan Bagas. “Apakah kalian sudah memesan makanan dan minuman?” Aku bertanya pada Intan. “Sudah,” jawabnya. Tak lama kemudian, pelayan kantin datang membawakan makanan dan minuman kami. Usai menata piring dan gelas, wanita itu pergi ke tempatnya kembali. Kami bertiga pun mulai makan dan menikmati makanan masing-masing. “Oh iya, tadi malam kalian jadi nonton gak?” tanyaku membuka percakapan. “Enggak. Bagas gak mau,” sahut Intan sambil mengunyah makanannya. “Loh kenapa gak mau?” tanyaku pada Bagas yang sedang minum. “Katanya dia mau pergi kalau kamu diajak juga,” potong Intan cepat mendahului Bagas. Mendengar hal itu aku terkekeh. “Kan aku udah bilang sama kamu kalau aku gak bisa ikut karena ada hal penting.” “Lagian kenapa mesti ajak aku? Kalian berdua saja lah yang nonton. Kan udah pas itu. Luculah kalau bert
Bab 21 : Mark dan ElAku menghela napas panjang lalu mengembuskannya perlahan. Aku menatap Bagas dengan tatapan yang ... entah. Aku bingung di posisi sekarang ini. “Bagas, bangunlah.” Aku berkata sambil melihat ke sekeliling, takut ada yang melihat posisi kami saat ini. Intan hanya diam menonton kami. “Bagas, kamu gak bisa kek gini. Aku gak bisa terima perasaan kamu. Kita gak bisa jalin hubungan.” Aku mencoba menolaknya dengan halus. “Enggak. Aku mau kamu terima perasaan aku lalu kita pacaran,” ucapnya. “Bagas. Aku gak bisa terima perasaan kamu. Aku nganggap kamu itu gak lebih dari seorang sahabat.” Aku mencoba melepaskan tangan Bagas. “Kamu jangan egois, Bagas! Kamu inget, ya, gak akan pernah ada cinta di antara kita!” Aku memperingatkannya dengan tegas. Karena aku tak ingin dia terus-terusan seperti ini. “Gak apa-apa kalau kamu gak mau pacaran sama aku, tapi aku minta kamu jaga perasaan aku, Lolyta,” kata Bagas dengan wajah sendu. “Aku gak bisa, Bagas.” “Meski pun kamu gak
Bab 22 : Ngidam Boci di HotelSesampainya di rumah bertingkat dengan desain yang super mewah milik Opa Jhon, aku keluar dari mobil dan langsung masuk ke dalam rumah."Silakan masuk, Nyonya Loly." Maria menyambutku di depan pintu.Aku hanya berdeham dan tatapanku kini langsung tertuju kepada Si Opa yang sedang berada di ruang tamu. Dia terlihat sedang sibuk bersama asistennya. Di kepalaku tiba-tiba saja terbersit sebuah ide briliant. Segera aku menghampirinya. “Hai, Sayang, lagi apa sih?” tanyaku dengan nada manja dan pasang senyum genit, dalam hati malah geli melihat tingkah ganjenku ini.Opa Jhon tidak menyahut karena ternyata dia sedang sibuk dengan laptopnya dan ditemani oleh asisten pribadinya yang sedang berhadapan dengan laptop juga. Ya elah, aku dikacangin. Masa iya ini kacang harus diobral dan free-ong? Duuhh ... serasa mau belanja online jadinya.Aku mengambil posisi untuk duduk di samping Opa Jhon dan mengapit lengannya.“Mas Sayang, apakah Xeon--cucu sambungku itu udah ad
Bab 23 : Terkenang Masa Lalu“Kurang ajar kamu Xeon!” berang Opa Jhon sambil melangkah masuk ke dalam kamar hotelnya Xeon. “Tu-tu-tunggu dulu Opa, aku bisa jelasin semuanya!" Itu suara Xeon, tanpa melihat pun aku sudah bisa membayangkan bagaimana ekspresinya sekarang.“Jelasin apa lagi? Semua sudah jelas sekarang!” “Ini gak seperti yang Opa bayangin.” Xeon masih berusaha membela diri. Terdengar suara tamparan dari dalam sana. Mungkin saja Opa Jhon baru saja menampar cucu kesayangannya itu. “Ternyata begini kelakuan kamu di luar rumah, ya! Dasar cucu kurang ajar! Gak tahu diuntung kamu!” “Dan kamu, keluar dari sini wanita jalang!” Opa Jhon mengusir pacarnya Xeon untuk pergi keluar. “Kamu pikir kamu dibesarkan itu hanya untuk berbuat hal yang menjijikkan ini saja, hah?!” Tak berapa lama kemudian, wanita itu pun keluar dari kamar. Aku pun segera melarikan diri masuk ke dalam kamar dan meninggalkan mereka. Suara Opa Jhon yang terus saja memarahi Xeon masih terdengar.Aku tidak akan
Bab 24 : Teman SekelasDengan menahan napas, kubuka pintu kamar dan tampaklah dua orang bertubuh besar. Satunya tak punya rambutnya, sedangkan satunya berambut gondrong. Siapa lagi kalau bukan Si Mark dan El, bodyguard kesayangan Opa Jhon."Mau ngapain kalian ke sini?" Aku langsung pasang wajah masam."Maaf, Nyonya Loly, sekarang sudah pukul 19.00. Kami disuruh Tuan jemput Nyonya," ujar Si Mark."Hah ... jadi sekarang udah malam?" Aku melotot sambil melihat jam di pergelangan tangan dan benar saja Upin-Ipin berdua ini."Segeralah ambil barang-barang Nyonya, Tuan Jhon hanya memberi waktu 30 menit untuk membawa Nyonya pulang," ujar Si El.Aku memutar bola mata jengah, lalu berbalik menuju tempat tidur empukku dan mengemasi ponsel dan memasukkannya ke dalam tas.Tanpa protes atau juga adu mulut dengan kedua bodyguard kurang kerjaan ini, aku melangkah keluar dari kamar hotel ini.Selamat tinggal kasur empukku, kapan-kapan akan kudatangi lagi kalian ke sini. Eh, kok kayak lagi selingkuh sa
Malam Pertama dengan Kakek TuaBab 25 : Toms dan Julio“Namaku Toms.” “Aku Julio.” Begitulah mereka memperkenalkan diri masing-masing setelah menanyakan namaku. Jika dilihat-lihat wajah kedua pria ini cukup tampan. Tidak salah jika aku harus beramah-tamah pada mereka. Posturnya juga tinggi ideal, yang satunya agak-agak mirip bule, mungkin blasteran. Kalau yang satunya, hitam manis yang senyumnya bikin meleleh hati. “Mau ke kantin gak? Biar kita bisa ngobrol lebih lanjut,” tawar pria yang bernama Julio ini, dia ini yang agak kebule-bulean. Aku memiringkan kepala sedikit seolah sedang berpikir. “Boleh,” jawabku kemudian. Kami bertiga pun keluar dari ruangan. Aku tidak memedulikan tatapan teman-teman sekelas yang lain. Sesampainya di kantin, Julio dan Toms duduk di depanku. “Kamu mau pesan apa Lolyta?” tanya Toms dengan sangat lembut, dia pria hitam manis yang senyumnya semanis gulali gula aren, eh!Aduh, meleleh hati Dedek, Bang. Uhukkk “Mungkin es capucino saja biar gak ngantu
Malam Pertama dengan Kakek TuaBab 26 : PaparaziSaat sudah dekat dengan sepasang sahabatku ini, kuperhatikan wajahnya Bagas, dia tampak sangat kesal. Lalu saat aku semakin mendekat, Bagas malah pergi seperti menghindari. Ada apa? Kini tinggallah aku dan Intan saja di sini. Karena Bagas langsung menghindar dan tampaknya tak mau mengobrol denganku. “Dia kenapa?” tanyaku pada Intan menunjuk Bagas. “Dia itu cemburu sama kamu. Apa kamu lupa kejadian yang kemarin?” Aku hanya tertawa kecil saja menyikapi sikap Bagas yang posesif tidak pada tempatnya begitu. Sebisa mungkin aku tetap mengontrol diri agar selalu kelihatan anggun. “Ah biarin ajalah dia itu. Oh iya ngomong-ngomong kamu udah punya teman baru belum di kelasmu?” tanyaku mengalihkan pembicaraan. “Ada sih teman, tapi ya ... hanya sekadar teman-teman begitu saja. Maklumlah namanya juga masih mulai beradaptasi. Untuk saat ini aku masih nyaman sama kalian, kamu dan Bagas. Entah kalau besok, mungkin udah mulai dekat dengan teman-t
Bab 27 : Siapa?Setelah napas kembali normal, aku kembali menebar pesona pada teman-teman pria yang ada di dekat mejaku sambil membenarkan posisi poni. Terlihat sekali mereka pada terpikat oleh senyum menawanku. Penampilanku benar-benar memukau kan? Iya jelas dong, buktinya beberapa pria tampan mencoba mendekatiku. Aku pun mencoba mengibaskan rambut pendekku ini agar terlihat seksi. Setelah itu, pria yang tersenyum padaku tadi mengerlingkan sebelah matanya. Aw. Berhasil. Tak lama kemudian, dosen pembimbing kami masuk. Materi pun dimulai. Aku diam mendengarkan, mencoba untuk menyimak dengan konsentrasi yang tinggi. Namun, tetap saja aku tidak bisa sefokus itu. Tanpa kusadari, ternyata mata kuliah sudah berakhir. Dosen itu pun melenggang keluar dari kelas. Seketika dalam ruangan pun riuh karena semuanya sibuk keluar dari ruangan untuk pulang. Aku memilih untuk keluar paling terakhir saja agar tetap terlihat anggun. Aku pun berjalan dengan gontai menyusuri koridor menuju halaman kamp