Home / Romansa / Istri Bayaran Sang CEO / Bab 72 Hari Pernikahan (4)

Share

Bab 72 Hari Pernikahan (4)

Author: Dhesu Nurill
last update Last Updated: 2024-01-16 23:31:19

Aluna dan Darren pun mulai acara resepsi. Biasanya resepsi itu akan dilakukan malam, tetapi setelah akad, resepsi akan langsung digelar. Ini dikarenakan Darren harus mempersingkat waktu. Dia tidak mau berlama-lama dengan tamu-tamu yang ada di sini, karena jujur baginya semua ini begitu melelahkan.

Ya walaupun setidaknya dia bisa membuat ibunya senang, tetapi Darren juga harus menyelesaikan suatu masalah dengan Aluna, yaitu terkait emas kawin dan akan dia buat. Wanita itu tidak berkutik. Bukan wanita, tapi gadis. Karena dia belum menyentuh Aluna secara utuh.

Darren langsung menggelengkan kepala jika berpikirkan tentang sentuhan menyentuh, karena baginya selama 3 tahun dia harus menahan diri untuk tidak menjamah Aluna walaupun sejengkal. Namun demikian, semua pemikiran itu sepertinya harus dipertahankan lebih kuat, karena sekarang Darren melihat Aluna sedemikian rupa. Matanya tidak bisa berpaling dari gadis cantik itu.

Sementara itu Aluna masih tidak tenang sebab tak terlihat Ibunda
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 73 Danita Beraksi

    Selama resepsi dilakukan, Danita tidak hanya diam saja. Dia akan melakukan sesuatu kepada seseorang yang memang seharusnya mendapatkan hukuman yang setimpal. Awalnya Danita ingin memecat Siska di sini dan mempermalukan gadis itu, tetapi mengingat kalau hari ini adalah hari yang penting bagi anaknya dan bersejarah, mana mungkin Danita menghancur begitu saja. Dia akan membuat Siska menderita dengan cara menjatuhkan harga dirinya. Di sini memang semua divisi diharuskan untuk hadir, semua ini agar dia tahu siapa saja yang mendukung pernikahan Darren dan siapa yang membenci kedua orang yang sedang berada di singgasana itu dan dari sini Danita sudah tahu siapa saja yang mendukung pernikahan ini. Ada beberapa orang yang melihat Aluna dengan benci, termasuk Siska. Dia tidak bisa membiarkan begitu saja. Danita tadi juga sempat melihat Amar yang terus-terusan menatap Darren beserta Aluna dengan tatapan yang tidak suka. Dia juga wajib mencari tahu siapa Amar ini. Pokoknya, Danita tidak mau sam

    Last Updated : 2024-01-17
  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 74 Sekutu Danita

    Danita melihat reaksi Pak Aman yang begitu kaget. Sepertinya pria paruh baya ini tahu sesuatu. Hanya saja menyembunyikannya. Sebenarnya sejak dia menjadi OG, dia juga merasa kalau Pak Aman itu tidak berdaya terhadap Siska. Pak Aman sempat menoleh ke sekitar, takut kalau ada yang melihatnya. Gelagat pria paruh baya ini tentu saja membuat Danita curiga. "Ada, Pak? Apa Bapak sedang diancam oleh seseorang atau takut diawasi?" tanya Danita memastikan, dia tidak mau sampai terjadi sesuatu yang buruk kepada Pak Aman ini. "Jangan takut, Pak Aman. Katakan sesuatu, saya akan melindungi Bapak. Saya tidak mau kalau ada orang yang seperti Siska di perusahaan anak saya. Karena bagaimanapun perusahaan itu masih atas milik almarhum suami saya. Justru kalau Bapak menyembunyikan sesuatu, maka saya akan jamin Bapak keluar dari perusahaan ini." Mendengar itu Pak Aman terkesiap. Danita juga terpaksa melakukan ini semua, karena kalau tidak begini, maka orang-orang di sekitar Siska pasti tidak akan men

    Last Updated : 2024-01-18
  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 75 Mencari Calon Musuh

    Setelah itu Pak Aman pun langsung kembali ke kerumunan divisinya. Ada beberapa orang yang bertanya ada apa karena mereka penasaran kenapa Pak Aman disuruh oleh Danita untuk berbicara berdua saja. Begitupun dengan Siska. "Pak, kenapa tiba-tiba saja dipanggil oleh Nyonya besar? Apakah ada masalah?" tanya Siska, ingin tahu. Karena dia harus tahu apa pun yang berkaitan dengan perusahaan ini, termasuk hal-hal kecil seperti tadi. Pak Aman menoleh sebentar kepada Siska, lalu dia pun menghela napas panjang. "Ini semua karena gara-gara kamu, Siska," ucap Pak Aman.Sebenarnya dia itu sedang mencari alasan lain yang masuk akal, agar tidak ada yang curiga. "Loh, kenapa aku? Memangnya apa salahku? Aku kan memang mengatakan hal yang baik. Daripada si Aminah, aku itu lebih baik dari segalanya. Aku juga kan salah satu OG yang banyak diminati dan teladan. Kenapa tiba-tiba saja Nyonya besar itu kenal dengan Aminah?" "Ya, karena memang kamu itu tidak memancarkan kebaikan," ucap Pak Aman dengan bera

    Last Updated : 2024-01-19
  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 76 Danita Terus Beraksi

    "Selamat malam, Nyonya. Apa yang sekiranya membuat Nyonya datang ke perkumpulan kami? Kami ini hanya orang-orang biasa di perusahaan," ucap salah satu dari dividi marketing itu. Dia adalah manajer marketing yang ada di perusahaannya. Sementara Danita ingin bertemu Andri, dia adalah kepala marketing yang berarti wakil dari manajer itu. Danita tersenyum kecil. "Tidak apa-apa, saya hanya menyapa dari berbagai divisi. Ingin tahu karyawan anak saya itu siapa saja," ucap Danita memulai pembicaraan. Dia berusaha untuk ramah dan terlihat biasa saja. Padahal dirinya sedang meneliti gelagat Andri dan tampang dari pria itu. Sebenarnya, dibandingkan pria-pria yang lain Andri hanya terlihat biasa saja. Tetapi pakaiannya rapi dan penambilan klimis. Danita yakin, semua ini pasti karena kesuksesan istrinya yang merawat Andri sampai seperti sekarang. Tidak menyangka saja wanita secantik dan terbaik di sampingnya ini dikhianati oleh suaminya sendiri. Kayaknya tidak ada yang berani mengungkapkan sem

    Last Updated : 2024-01-21
  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 77 Tragedi Lahan Kosong

    Siska terus berjalan keluar gedung megah itu. Dia akan menghentikan taksi. Walaupun meminta untuk diantar oleh Andri, rasanya mustahil. Karena pria itu bersama istrinya. "Sial, kenapa istrinya cantik banget, sih? Hah! Tapi untunglah Mas Andri mau berpaling kepadaku. Kalau tidak, maka urusannya akan kacau. Lagi pula, sampai detik ini kenapa aku tidak bisa menghentikan marketing yang begitu laris manis itu? Aku sengaja mendekati Mas Andri karena dia adalah kepala marketing. Dengan begitu, aku bisa tahu triknya seperti apa agar penjualan semakin meningkat," ungkap Siska sembari berjalan keluar gerbang dari hotel mewah itu. Baru juga hendak melangkah keluar dari gerbang hotel, tiba-tiba saja seseorang menarik rambut Siska. Membuat wanita itu mengerang kesakitan. "Siapa ini? Sakit!" jerit Siska dengan suara yang melengking. Ternyata itu adalah Amar. Amar langsung menarik rambut Siska dengan begitu kencang, tetapi pria itu juga langsung membekap mulut Siska karena takut jika ada orang-o

    Last Updated : 2024-01-25
  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 78 Obrolan Ringan

    "Pak, eh Mas. Aku duluan ke pelaminan, ya? Rasanya kakiku sakit sekali," bisik Aluna di dekat telinga Darren yang sedari tadi mereka terus-terusan berkeliling menyapa para kolega.Bukan masalah heels saja, tapi dia benar-benar malu dengan tatapan orang-orang yang begitu tajam. Bahkan ada yang terang-terangan mengagumi Aluna dengan sorot matanya yang nakal. Sebenarnya Darren bukannya tidak tahu. Tetapi dia berusaha untuk menahan diri agar tidak membuat masalah di tempat pernikahannya ini. Jadi mereka adalah para tamu, untuk sekarang Darren membiarkan begitu saja. Tetapi kalau sampai ada yang berani menyentuh Aluna barang sedikit, maka dia akan pastikan kalau orang itu celaka. Darren melakukan ini bukan atas dasar mencintai, tapi dia tidak suka kalau miliknya diganggu oleh siapa pun, begitu pikir sang pria. "Sebentar, dan tolong biasakan untuk memanggilku Mas saja? Jangan Pak! Kamu pikir aku ini sudah bapak-bapak dan tua?" jawab Darren setengah berbisik, tidak mau sampai orang lain

    Last Updated : 2024-01-28
  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 79 Singelbed?

    "Sudahlah, kamu itu tidak perlu menyelidiki Ibu seperti itu. Lagian, Ibu melakukan apa pun pasti untuk kamu. Sekarang, sebaiknya kamu ajak Aluna untuk pergi ke hotel." Mendengar kata hotel, tubuh Aluna tersentak. Dia benar-benar kaget dengan perkataan mertuanya itu. Terlihat sekali kalau sang gadis begitu gugup. "Loh, kenapa ke hotel?" tanya Darren, bingung. Sama sekali tidak berpikiran aneh-aneh, berbeda dengan Aluna yang sudah berdebar hebat. Takut jika terjadi sesuatu di kamar hotel itu. "Ya, kata kamu kan kamu protes kalau Ibu dari tadi menghilang terus, jadi sekarang giliran Ibu yang ada di sini. Lagi pula ini sudah larut malam, jadi sebaiknya kamu dan Aluna istirahat, ya." Darren mengangguk-anggukkan kepala, lalu menyodorkan tangannya kepada Aluna. Gadis itu terkesiap, memandangi Darren beberapa detik. "Kenapa diam saja? Ayo!" seru Darren memerintah. Aluna pun kaget dan langsung menerima uluran itu. Mereka pergi dari singgasana menuju kamar hotel. Sungguh pikiran Aluna be

    Last Updated : 2024-01-31
  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 80 Baju Kiriman

    "Apa Bapak bilang tadi? Saya harus tidur di sofa? Yang benar saja, Pak!" "Ya, benar. Ini kan hotel yang disewakan oleh ibuku, jadi aku yang berhak untuk tidur di kasur." "Tapi saya ini juga kan menantunya ibunya Bapak, harusnya Bapak itu mengalah kepada perempuan. Apa tidak pernah mendengar istilah ladies first?!" Mendengar itu Darren langsung berdiri. Dia melipat tangan di depan dada sembari berjalan mendekat ke arah gadis yang memakai slayer. Aluna pun agak kesulitan mundur, takut jika menginjak gaun yang dipakainya. Lalu, saat Darren sudah berada di hadapan Aluna, dia pun memberikan tatapan smirk, seperti seorang pemburu yang siap melihat mangsanya."Oke, kamu yakin ingin satu kasur denganku? Aku tidak akan bisa menjamin, tidak terjadi apa-apa nanti, ya," ucap Darren, membuat Aluna langsung menggelengkan kepala dan mundur beberapa langkah. Untung saja tidak sampai jatuh. "Bukan seperti itu, Pak. mMaksud saya Bapak yang di sofa, saya yang di kasur," ujar Aluna membuat Darren b

    Last Updated : 2024-02-01

Latest chapter

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 148 Bahan Gosip

    "Lo tahu ngga? Tadi itu Bu Aluna keluar dari ruangan Pak Darren dengan wajah marah. Terus tak lama kemudian Pak Darren juga keluar, dia malah kebingungan." Tak sengaja Alika mendengar pembicaraan salah satu rekan kerjanya yang tempat duduknya bersebelahan dengan dia. Sontak Alika pun menoleh dengan alis saling bertautan. "Tunggu, tunggu, tunggu! Kalian berdua lagi ngomongin apa?" tanya Alika membuat kedua wanita itu langsung menoleh. "Ini temen lo tuh, Aluna. Katanya udah keluar dari kantor Pak Darren dengan wajah marah. Apa mereka bertengkar, ya?" tanya salah satu di antara mereka kepada Alika, membuat sang gadis kaget. "Salah lihat kali," ucap Alika, karena nggak mau sampai salah bicara atau diam saja. Takut jika rekan-rekan kerjanya berpikiran macam-macam terhadap dua orang itu. "Mana mungkin salah lihat! Orang gue lihat sendiri, kok," timpal salah satunya yang sedang berdiri. "Bu Aluna kan teman lo, apa nggak sebaiknya lo cari tahu? Jangan-jangan mereka sedang bertengkar ata

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab147 Salah Ucap

    Darren dan Aluna saling pandang. Pria itu tampaknya benar-benar baru sadar apa yang sudah dikatakannya barusan. Apalagi melihat Aluna yang marah dengan wajah memerah, dia itu juga melihat kalau sang gadis mengepalkan kedua tangannya dengan erat. Ini bahaya. Jika seorang Aluna bisa marah seperti ini, artinya dia sudah keterlaluan mengatakan hal tadi. "Aluna, dengarkan aku dulu. Tadi itu--" "Nggak, Pak. Cukup! Saya sudah mengerti. Bapak menilai saya serendah itu. Padahal Bapak sendiri yang membuat aturan, tapi Bapak yang melanggarnya. Harusnya Bapak sadar, kalau bukan karena saya mungkin saat ini Bapak masih dikejar-kejar untuk mencari jodoh." "Iya, aku tadi salah. Aku benar-benar minta maaf dan tidak sengaja mengatakan itu." "Tidak sengaja, Pak? Bapak spontan mengatakan itu sambil tertawa. Itu membuat harga diri saya diinjak-injak." "Loh, aku tidak menginjak harga dirimu. Aku benar-benar menghormatimu, bahkan aku khawatir terjadi sesuatu kepadamu. Sampai mencari ke mana-mana."Al

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab146 Bapak Pikir Lucu?!

    Darren langsung memundurkan tubuhnya, tapi dia masih menatap gadis itu dengan tajam. Entah kenapa reaksi yang diberikan oleh Darren membuat Aluna ketakutan sendiri. Mungkinkah pria itu tahu kalau dirinya tidak ada di pantry saat itu. "Jangan bohong! Aku tadi ke pantry dan tidak ada siapa-siapa." Seketika Aluna hanya bisa terdiam, suaranya tidak keluar sama sekali menandakan kalau dirinya benar-benar sudah terpojok. Gadis itu merutuki diri, tapi juga tidak tahu harus berbuat apa-apa. Sebab dirinya malu jika berhadapan dengan Darren. Saat ini saja kalau Darren tidak memberikan ekspresi marah, mungkin kelebatan saat mereka melakukan adegan ciuman itu akan kembali terulang. "Katakan, Aluna. Kenapa kamu menghindariku? Apa gara-gara aku menciummu?"Tubuh Aluna menegang. Wajahnya saat ini benar-benar memerah. Haruskah Darren mengatakan hal seperti itu di depan gadis yang belum pernah tersentuh oleh pria manapun? Ini memalukan untuk Aluna. Gadis itu sampai menunduk karena malu. Melihat r

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 145 Akhirnya Harus Bertemu

    Aluna memejamkan mata. Benar kata Alika. Dia tidak mungkin menghindari Darren, sebab satu ruangan dan juga satu rumah. Akhirnya Aluna menghela napas panjang sembari memejamkan mata. Berusaha untuk tenang. Ini menyangkut temannya, tidak mungkin kalau misalkan dia terus-terusan menghindar dari Darren, yang akan kena tetap saja Alika. "Oke, kalau gitu gue harus kembali ke tempat gue." "Nah, bagus seperti itu! Ya, sudahlah. Lagian kalau misalkan lo malu sama suami lo sendiri, diam saja. Lo tinggal berusaha untuk ngelupain kejadian itu.""Ya, nggak bisa kayak gitu dong, Alika.""Ya, terus gue harus gimana? Lo kan nggak bisa tiap hari menghindar. Sudah, pokoknya lo hadapin kenyataan itu. Lagian kan baru satu kali, mungkin ada yang kedua, yang ketiga." "Apa?!" Aluna melotot, kembali terperangah. Membuat Alika tertawa. Setelah itu sang gadis pun memilih untuk pergi dari hadapan temannya. Dia harus menyelesaikan tugas. Kalau misalkan tugasnya diselesaikan oleh orang lain, bisa-bisa akan me

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 144 Menghindar (3)

    Entah sudah berapa lama Darren mondar-mandir di depan Alika. Sebenarnya ingin mengajukan protes dan keluar dari ruangan ini, tentu saja karena pekerjaannya sudah banyak. Bahkan makan siangnya tadi tidak selesai sebab Darren tiba-tiba saja menyuruhnya ke kantor. Sekarang malah melihat bosnya mondar-mandir tak jelas dengan wajah bingung serta kusut.Darren mengusap kasar rambutnya dan mengerang keras. Alika sampai terduduk tega karena kaget mendengar itu. Sang pria menoleh kepada Alika, lalu berkacak pinggang. Membuat gadis itu meneguk saliva dengan susah payah, karena takut jika terjadi sesuatu yang tak diinginkan. "Begini saja, kamu pastikan Aluna pergi ke mana." "Apa?! Jadi, maksudnya saya harus mencari Aluna?""Betul!" "Tapi, Pak. Bagaimana dengan kerjaan saya?" "Gampang, aku akan menyuruh orang untuk mengerjakan sisa kerjaanmu." "Tapi, Pak--" "Diam, Alika! Jangan protes apa-apa lagi. Kamu dengar kan perkataanku tempo hari? Kamu harus melakukan apa saja agar memberikan informa

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 143 Menghindar (2)

    Tak lama kemudian akhirnya Alika pun datang ke kantor Darren. Dia melihat ke sekitar, tak mendapati Aluna. Gadis itu langsung meneguk saliva dengan susah payah, ini pasti gara-gara Aluna yang tiba-tiba saja pergi saat dihampiri oleh bosnya. Dia benar-benar merutuki, kenapa harus dirinya yang terlibat dalam masalah ini? Namun, mau bagaimana lagi? Menolak pun rasanya tak mungkin. Bisa-bisa pria itu akan memecatnya dan mem-blacklist Alika dari semua perusahaan yang ada di kota ini. "Duduk!" seru Darren, membuat Alika dengan rasa takut. Wajahnya tampak ketakutan dengan tubuh yang bergetar."Kamu tahu kenapa dipanggil ke sini?" Alika pura-pura menggelengkan kepala. Walaupun dia tahu, Alika tidak mau sampai salah bicara atau temannya akan dalam masalah lagi. "Baiklah, langsung saja to the point. Ke mana Aluna pergi?" "Toilet," jawab Alika langsung, membuat Darren mengerjapkan mata berkali-kali. Tak percaya. "Toilet?" tanya Darren lagi, yang langsung diangguki oleh gadis itu."Tapi, a

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 142 Menghindar (1)

    Aluna tiba-tiba saja menegang, keringat dingin bermunculan di telapak tangan dan juga sulit sekali untuk meneguk saliva. Langkah Darren semakin pasti mendekati Aluna. Dia jadi bingung harus melakukan apa, sampai tiba-tiba satu ide terlintas. "Gue mau ke toilet." Aluna tiba-tiba saja berdiri dan pergi dari hadapan Alika, membuat gadis itu syok. Begitu juga dengan Darren yang tiba-tiba saja melihat Aluna pergi dari sana. "Loh, lo mau ke mana?!" seru Alika melihat Aluna begitu cepat berjalan menjauh darinya. Sementara itu Darren juga dengan cepat berjalan mendekat kepada Alika. "Istriku mau ke mana?" tanya Darren yang tiba-tiba saja membuat Alika kaget sembari duduk dengan wajah ketakutan. "Dia mau ke mana?" tanya Darren lagi memastikan, membuat Alika tiba-tiba saja terserang syok. "Kamu kenapa diam saja?! Aku bertanya kepadamu!" seru Darren yang berhasil membuat Alika terkesiap. "Anu ... dia ke toilet," ucap Alika dengan cepat, membuat Darren mengalami syok, lalu tanpa mengataka

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 141 Ditertawakan

    "Lo jangan diem aja kayak gini, dong! Gue kan jadi bingung harus ngapain. Sebenarnya apa yang terjadi, sih? Kalau misal lo diam aja, ya udah deh gue pergi," ujar Alika, akhirnya kesel sendiri karena dari tadi Aluna hanya diam saja.Saat gadis itu hendak berdiri, Aluna langsung menarik tangan temannya untuk duduk."Oke, oke. Gue akan cerita," ucap Aluna membuat Alika akhirnya bisa bernapas lega. Aluna memberikan isyarat agar Alika mendekat kepadanya, lalu dengan perasaan campur aduk Aluna membisikkan sesuatu kepada gadis itu.Bola mata Alika membulat dengan mulut terperangah. "Lo beneran habis--""Sssttt!" Aluna langsung berdesis sembari menempelkan jari telunjuk ke bibir."Jangan keras-keras!" seru Aluna berusaha untuk melihat ke sekitar. Untunglah orang-orang yang sedang sibuk mengambil makan siangnya, jadi hanya sebagian yang menoleh lalu kembali ke aktivitas semula. Alika masih tampak syok, tapi dia tetap tenang dan mengikuti semua yang diminta oleh temannya. "Sudah jangan dis

  • Istri Bayaran Sang CEO   Bab 140 Malu Bertemu

    Karyawan itu sudah keluar untuk tanda tangan, tetapi Aluna masih enggan untuk masuk ke ruangan Darren. Gadis itu merutuki diri. Kenapa juga harus satu lingkup ruangan dan hanya disekat tembok kecil yang terbuat dari kayu itu? Sama saja bohong!Dia benar-benar harus bisa bertemu dengan Darren. Sementara saat ini tangan dan tubuhnya terasa dingin. Jantung juga berdetak dengan sangat kencang, karena benaknya tiba-tiba saja teringat dengan kejadian tadi. Gadis itu sampai memukul-mukul kepalanya sendiri."Apa sih yang sudah aku lakukan tadi?! Ngapain juga aku ciuman sama Pak Darren?" gumamnya dengan perasaan yang sangat malu. Sungguh, ini pertama baginya. Walaupun memang Darren adalah suami Aluna, tetapi mereka sudah berjanji untuk tidak saling menyentuh. Ini benar-benar membuat dirinya kikuk sekali.Untungnya saat dia merasa kacau, tiba-tiba saja bel istirahat berbunyi. Dengan cepat Aluna pergi ke kantin. Dia sama sekali tidak masuk ke dalam untuk membereskan beberapa berkas. Sekarang ya

DMCA.com Protection Status